Dipaksa Menikahi Bidadari Surga

Dipaksa Menikahi Bidadari Surga

SAH!

Bismillah...

Aisyah duduk di sebuah ruangan dimana ia di suruh untuk menunggu, bersama Ummi nya dan Kakak petamanya-Zahra.

Jantung Aisyah berdetak tidak karuan. Apalagi saat ini momen dimana Zain akan mengucapkan ijab Qobul.

“Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka binti Zaahra Aisyah Khirina 'alal mahri 100 jiram dhahab wamajmueat min 'adawat alsala hallan”. Kiai Ahmad melafazkan kalimat Ijab.

"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha ‘alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq!" ucap Zain dengan mantap, sekali tarikan nafas.

"Bagaimana para saksi, sah?

SAH!

Aisyah tersentak dan hatinya bergetar mendengar suara Zain sangat merdu mengucapkan lafaz Qobul dengan lancar.

Dia langsung menggenggam tangan Ummi nya. Sungguh tidak di sangka, bahwa Zain mampu menyelesaikan tantangan yang baru saja ia berikan kepada lelaki yang beberapa detik lalu, sudah Sah menjadi Suaminya.

Air mata Aisyah menetes, lantaran kini statusnya sudah menjadi seorang istri. 'Mimpi apa aku, harus menikah di usia semuda ini' batin Aisyah.

Walaupun begitu, ia tetap ikhlas menerima semua ini, karna menurutnya kejadian ini pasti skenario terbaik dari Allah, untuk dirinya.

.....

'Wah! Hebat juga tuh, anak. Dia belajar dari mana sii?' batin Akhtar.

Akhtar pun juga tidak menyangka karena sejak tadi, Zain sama sekali tidak latihan dalam melafazkan kalimat Qobul dalam bahasa arab, sesuai keinginan Aisyah dengan lengkap seperti yang baru saja ia dengar.

Kiai Ahmad langsung membacakan do'a setelah akad.

"Bârakallâhu laka wa bâraka 'alaika wa jama'a bainakumâ fî khairin.

Allâhumma allif bainahumâ kamâ allafta baina Adam wa Hawwa, wa allif.

Bainahumâ kamâ allafta baina sayyidinâ Ibrâhîm wa Sârah, wa allif.

Bainahumâ kamâ allafta baina sayyidinâ Yûsuf wa Zulaikha, wa allif

Bainahumâ kamâ allafta baina sayyidinâ Muhammadin shallallâhu 'alaihi wa

Sallama wa sayyidatinâ Khadîjatal kubrâ, wa allif bainahumâ kamâ

Allafta baina sayyidinâ 'Aly wa sayyidatinâ Fâthimah az-Zahrâ.”

Setelah itu, Aisyah di bawa keluar oleh Kakak dan Umminya untuk menemui Zain yang sekarang sudah resmi menjadi suaminya.

"Mari, Aisyah. Temui suamimu" ucap Ummi Afifah.

Dengan gugupnya, Aisyah berjalan perlahan mengikuti langkah Ummi di sebelah kanan dan Kakak Zahra di sebelah kirinya.

"Hati-hati jalanya, Nak" ucap Umminya, melihat Aisyah yang kurang fokus.

.....

Zain yang melihat kedatangan Aisya dengan gaun pernikahan yang begitu indah, namun tetap syar'i. Seakan-akan ada daya tarik magnetnya, Zain tidak bisa mengalihkan pandanganya dari kecantikan wanita yang sudah sah berstatus sebagai istrinya dari Zain Abdullah.

'Cantiknya, Istriku' tanpa sadar Zain berkata demikian dalam hatinya.

"UPS! Apa yang barusan gw pikirkan?! Sadarlah Zain! Sadar!!" ucapnya dalam hati.

Setelah sadar dari lamunannya, Zain kembali memasang ekspresi wajah seperti semula. Tampak lelaki itu dengan wajah datarnya. Tidak terlihat raut wajah tegang ataupun marah. Zain terlihat biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa.

"Senyum, Zain!" Bisik Bunda Zain-Qinka.

"Hem" jawab Zain memperlihatkan senyum penuh keterpaksaan dengan wajah datar.

Walaupun batinya berkata "Bodo amat! Terserah kalian, atur aja. Capek juga ngebantah terus, ga bakal di gubris juga"

.....

Walau masih dalam balutan cadar, kecantikan Aisyah tetap terpancar, membuat wanita-wanita yang hadir di sana merasa iri.

Tidak hanya wanita, bahkan semua orang tentu saja pangling melihat penampilan Aisyah saat ini.

Aisyah di tuntun untuk duduk di samping Zain yang berhadapan dengan penghulu dan dikelilingi Abi dan kakak laki-laki nya Alif.

Aisyah di minta untuk mencium tangan suaminya. Begitu pun dengan Zain, ia di minta untuk Mengecup kening istrinya.

Tentu saja, ada perasaan aneh di antara mereka. Seperti, ada yang menggelitik di hati mereka berdua.

"Silahkan, pakaikan cincin ke jari manis istrimu," kata Ummi Afifah, memberikan sepasang cincin yang sudah di sediakan sebelumnya.

Zain mengambil satu cincin, kemudian dia menengadahkan tangan kirinya agar Aisyah memberikan tangan kanannya, untuk di pasangkan cincin tersebut.

.....

Begitu lama menunggu, Aisyah belum juga mengulurkan tangannya.

Sementara itu, Aisyah sedang mengalami Heart Attack, tangannya terasa begitu dingin. Jantungnya memacu kencang, karena Aisyah tidak pernah bersentuhan dengan laki-laki sebelumnya.

"Sini tanganmu" pinta Zain, akhirnya dia bersuara.

"A-aku tidak pernah di sentuh laki-laki yang bukan mahram" kata Aisyah terbata-bata.

"Lalu?"

"Aku pakai sendiri saja cincinnya. Boleh, kan?"

"Memangnya kamu menikah tanpa suami?"

"Tidak. Kamu kan,... suami aku sekarang" jawab Aisyah polos.

Zain terdiam sejenak mendengar perkataan Aisyah barusan. "Itu tahu, yaudah sini tanganmu" pinta Zain kembali.

Ummi Afifah sadar jika saat ini, putrinya masih takut. Beliau pun menghampiri mereka.

"Aisyah, berikan tanganmu, Nak" katanya.

"Tapi, Ummi.."

"Zain sudah menjadi suami kamu. Jangan takut. Berikan tanganmu sekarang." perintah Ummi Afifah.

Dengan terpaksa Aisyah memberikan tangannya, tapi dengan pelan.

Zain yang sudah lelah menunggu, langsung saja menarik tangan Aisyah, lalu memasangkan cincin itu.

 

Setelah cincin terpasang, dengan cepat Aisyah menarik tangannya.

"Tanganmu, Kak Zain.." ucap Aisyah, bersuara kecil tapi masih bisa di dengar oleh Zain.

Zain langsung saja mengulurkan tangannya, tanpa basa-basi. Dia bisa merasakan, tangan Aisyah begitu dingin dan gemetar. Tapi, dia diam saja seakan tidak peduli.

Setelah memasangkan cincin di jari manis Zain, terlihat kedua mata Aisyah mulai berembun.

Sadar akan itu, Zain menaruh telapak tangannya di kepala istrinya, lalu membacakan do'a.

Aisyah tertegun. Iya tidak berani mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Zain, sehingga dia semakin menundukkan kepalanya.

Hatinya tidak karuan saat Zain melakukan hal ini. Namun, ia menepis jauh-jauh perasaan tersebut. Aisyah masih tidak ingin hatinya luluh hanya karena di bacakan do'a oleh Zain.

"Angkat kepala mu Aisyah" bisik ummi di telinga nya.

Reflek Aisyah mengangkat kepalanya dan baru sadar, saat melihat Zain dari jarak sedekat ini, dia terlihat sangat tampan, membuat hatinya berdetak lebih cepat.

"Memangnya ada manusia yang terlihat setampan ini, yah? Bahkan, Dia lebih tampan dari Abi yang menurut ku paling tampan sedunia" batin Aisyah tak sadar memperhatikan Zain yang sedang khusyuk membaca doa' sambil memejamkan matanya.

Tiba-tiba Zain membuka matanya. Tanpa sengaja, mata mereka beradu pandang.

Reflek Aisyah dengan cepat langsung menurunkan pandangannya kembali.

Dan acara pun berjalan dengan Khidmat, rapi dan teratur.

***

"Mas, apa tadi kamu yang mengajarkan Zain?" bisik Qinka kepada suaminya.

"Tidak. Aku saja tidak hafal hehehhe" jawab Aryan.

"Tapi, syukurlah. Aku sangat bangga sama Zain, anak kita. Dia berhasil menyelesaikan tantangan dari Aisyah dalam waktu sesingkat itu" ucap Aryan tersenyum lega menggenggam tangan istrinya.

"Iya, Mas. Aku juga sangat senang. Aisyah sudah menjadi menantu kita sekarang" Qinka tersenyum bahagia.

Meskipun masih merasa bingung, bagaimana putra mereka itu mampu melafazkan kalimat Qobiltu dengan sangat lengkap seperti tadi.

Jangan Lupa Like dan Vote yah ❤️🥰

Terpopuler

Comments

Hasrie Bakrie

Hasrie Bakrie

Assalamualaikum aq hadir ya thor
semoga SaMaWa Zain dan Aisyah , hingga ke Jannah nya 🤲

2025-04-18

0

Soraya

Soraya

Assalamu'alaikum ku numpang mampir thor

2025-04-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!