Di balik cadar itu, ternyata...

Bismillah..

Aisyah menunduk secara tiba-tiba, alhasil membuat kepala mereka terbentur.

"AWH!"

Mereka berdua sama-sama memegangi jidat masing-masing.

"Kamu kenapa bar-bar banget sih?!" ucap Zain kesal.

"La-lagian kenapa Kak Zain mendekat. Aku, kan jadi kaget!" Takut bercampur kesal, Aisyah memegangi jidatnya yang terasa berdenyut.

Zain melihat gadis itu ketakutan. Bahkan, tangan Aisyah terlihat gemetar.

"Kak Zain mau apa lagi?!" tanya Aisyah, ketakutan sambil memejamkan mata.

'Hah! cape banget punya bini bocah, baru didekati begini saja sudah ketakutan?' ucap Zain dalam hati.

Akhirnya Zain tak tega. Ia pun menarik tangan Aisyah dari jidatnya, lalu mendaratkan bibirnya di kening Aisyah.

Cup!

.....

Zain berlalu begitu saja. "Sana mandi, emang kamu mau tidur dengan pakaian itu?" ucap Zain di depan cermin, sambil merapikan rambut yang baru saja ia keringkan dengan handuk.

Aisyah ternganga. Tapi, dia segera sadar! Aisyah langsung kabur ke kamar mandi untuk menyelamatkan diri dan menutup pintu dengan keras, lalu menguncinya.

Bang!

.....

Aisyah memegangi dadanya yang berdegup kencang. Ia melihat dirinya di depan cermin.

Lalu, Aisyah membuka cadarnya. Terlihatlah wajahnya yang sangat merah seperti tomat, di sertai jantungnya masih berdebar-debar tak karuan.

Aisyah memegangi pipi dengan kedua tangannya, "Aku harus bisa! Aku harus berani! Kata Ummi, Aku harus menjalankan kewajiban sebagai sorang istri, jika suamiku menginginkannya" gumam Aisyah bertekad kuat.

"Tapi, aku deg-degan banget. Aku tak tahu harus bagaimana? Mana, Kak Zain kelihatan galak, lagi. Aku, kan jadi makin takut" Aisyah mondar-mandir sambil mengipas wajahnya dengan tangan, beharap merah di wajahnya segera hilang.

Tiba-tiba dia berhenti, "Ah, tidak apa-apa Aisyah! Tenang saja, dia suami kamu, dia berhak atas mu! Kewajiban harus tetap di jalankan! Walaupun, kamu tidak mencintainya!" menyemangati diri sendiri.

Aisyah mengepalkan tangannya kuat, untuk meyakinkan dirinya sendiri agar tidak takut. Setelah itu, Aisyah memutuskan untuk mandi.

.....

Di sisi lain, didepan cermin Zian juga sedang kebingungan dengan tindakannya tadi. Tanpa sadar, dia mencium kening Aisyah. Padahal, niatnya hanya mengerjai istri kecilnya itu. Eh, malah keterusan.

'Sadar Zain! Dia yang bikin Lo harus nikah muda begini! Malah terbawa suasana, Bege bangett!' Zain mengatai dirinya sendiri.

Sebenarnya, dia juga heran dengan tindakannya itu. Entah apa yang merasukinya, hingga hal itu terjadi.

Tidak mau berlama-lama memikirkannya, Zain lebih memilih melupakan kejadian tadi, anggap saja tidak terjadi apa-apa. Lalu, dia duduk di atas ranjang sambil memainkan ponselnya.

Ceklek!

.....

Aisyah membuka pintu kamar mandi. Ia sudah memakai baju tidur berlengan panjang, ia juga mengenakan kerudung instan yang nyaman di pakai senada dengan bajunya. Hanya saja, sekarang dia tidak memakai cadar. Ini pertama kali baginya, membuka cadar dengan sengaja di depan seorang lelaki, yang kini sudah jadi suaminya.

Dia melihat Zain sedang duduk di tepi ranjang, membelakanginya. 'Ayo Aisyah! kamu pasti bisa, Hem!' batin Aisyah lagi-lagi menyemangati diri.

Aisyah menarik nafas dalam-dalam. Kemudian, dia memberanikan diri melangkah mendekati tempat tidur.

"K-kak Zain. Aku..." lirih Aisyah pelan.

Zain yang mendengar, langsung menatap Aisyah beberapa detik. Kemudian, kembali menatap layar ponselnya.

"Kenapa" jawabnya dingin tanpa menatap Aisyah.

Aisyah menarik nafas dalam, lalu menghembuskan. Dan berkata dengan lantang

"Kak, aku sudah siap!"

Zain menatapnya sekilas dengan heran "Siap ngapain?" Lau, kembali fokus ke ponselnya.

"Aku sudah siap memenuhi kewajibanku di malam pe-pertama ini" Aisyah gugup.

"Sorry, aku gak berminat sama, Bocah" ucap Zain santai dengan wajah dinginnya.

Raut wajah Aisyah yang tadinya gugup, setelah mendengar hal itu, dia langsung kebingungan.

"Maksudnya apa?" tanya Aisyah meminta penjelasan.

Zain malah tetap fokus dengan ponselnya. Dia tidak menghiraukan Aisyah yang sedang menunggu jawaban darinya.

Hal ini sungguh melukai harga diri Aisyah. Bayangkan saja, ketika kamu sudah bersiap sedia untuk menyerahkan dirimu kepada suami. Tapi, dianya malah bilang tidak berminat? dan saat di mintai penjelasan, dianya malah tidak menghiraukan mu? Salah ku apa??pikir Aisyah. Malu nya sampe ke ubun-ubun.

.....

Aisyah menghampiri Zain dan merebut ponselnya.

"Kak, bisa gak jawab dulu pertanyaanku?"kesalnya.

"Berani sekali kamu, merebut ponselku?" Zain tidak habis pikir, ternyata Aisyah bisa seberani ini kepadanya.

Zain berdiri tepat di hadapan Aisyah, perbedaan tinggi badan yang cukup jauh, Aisyah hanya setinggi dada bagi Zain membuat nya harus menunduk untuk melihat Aisyah.

Begitupun dengan Aisyah, ia harus mendongakkan kepalanya untuk melihat Zain.

Zain berusaha merebut kembali ponselnya. Sedangkan, Aisyah juga berusaha menyembunyikan ponsel suaminya itu, di punggungnya. Alhasil, mereka malah jadi berpelukan.

Ini kali pertama bagi Zain, melihat wajah polos Aisyah dengan jelas. Sebelumnya, dia hanya melihat sekilas saja di tambah lagi, Aisyah selalu menggunakan cadar.

Ternyata, di balik cadar itu tersembunyi wajah yang begitu indah, dengan kulit putih bersih, alis yang tebal tapi rapi, bulu mata yang panjang. Serta, hidung mancung dan bibir merah mungil nan cantik.

Wajah itu seperti perpaduan antara orang Korea dan arab. Zain terpana dan menatap lekat wajah itu, yang terlihat indah berseri dengan sedikit merah di pipinya.

 "Kak, Lepas! Kak! Kak Zain!" Aisyah berteriak dan meronta karena sesak.

Tanpa sadar, Zain memeluknya dengan erat.

"Eh! M-maaf" sentak Zain, sadar dari lamunannya. Dia masih belum percaya, ternyata istrinya secantik dan seimut ini. Tapi, dia berusaha untuk tetap cool.

Aisyah segera menjauhkan diri dari Zain dan menyilangkan kedua lengan di dadanya.

"A-apa yang barusan kakak lakukan?!" Aisyah syok, mata nya berkaca-kaca. Sebab, ini pertama kali baginya di sentuh oleh laki-laki sedekat ini.

Ternyata dia salah, hatinya belum siap, baru di peluk saja dia sudah menangis begini.

 Melihat Aisyah yang hampir nangis, Zain jadi panik. Ini sudah tengah malam, jika ada orang yang dengar, nanti dia di bilang macam-macam lagi, pikirnya.

Zain berusaha menenangkan Aisyah.

"Ssttt..jangan nangis yaa Aisyah.." Zain meletakkan telunjuk di depan bibirnya dan ingin mengusap bahu Istrinya agar berhenti menangis.

"Jangan! jangan sentuh aku!" bentak Aisyah.

"Ok. Ok, aku gak akan sentuh kamu" Zain mengangkat kedua tangannya di atas kepala.

"Huu. hik. hik Kak Zain jahat" tangisnya.

"Maaf. Maafkan Kak Zain yaa. Tadi Kak Zain tidak sengaja. Ok, sekarang jangan nangis lagi. Nanti ada yang dengar, dikira aku melakukan KDRT lagi" Zain berusaha menenangkan Aisyah seperti sedang membujuk anak kecil.

Aisyah juga berusaha berhenti menangis dan memahami situasi ini, tapi air matanya terus keluar.

"Ba-bagaimana i-ini , Ka-kak Z-zian? A-aku tidak b-bisa be-berhenti menangis 😭"  Aisyah sesenggukan.

Seharusnya, dia tidak menangis begini, karena dia tahu Zain adalah suaminya, dia berhak atas ini. Padahal, tadi dia sudah bertekad untuk berani. Tapi, ternyata hatinya belum siap.

   Aisyah sesenggukan menahan tangisnya. "Ini minum dulu, biar lebih tenang" Zain memberikan segelas air. Setelah itu,dia menyuruh Aisyah duduk di pinggir ranjang.

Zain berjongkok di depan Aisyah.

"Maaf. Maaf kan aku, aku sama sekali tidak ada niatan buruk terhadap kamu Aisyah" ucap Zain menyesali atas perbuatan salah untuk yang kedua kalinya, pertama kecupan tadi.

Aisyah menarik nafas dalam dan menghembuskan nya, untuk menangkan diri.

"Tidak. Kak Zain tidak perlu minta maaf. Saya saja yang belum terbiasa, Itu memang hak Kak Zain sebagai suami. Aku minta maaf juga yah, Kak Zain. Ternyata aku belum siap" ucap Aisyah menundukkan kepalanya, sadar dirinya yang salah, tidak berani menatap Zain.

"Ya sudah. Karena kita sama-sama salah dan sudah saling minta maaf juga, mending kita istirahat. kamu tidur di kasur dan aku akan tidur di sofa saja. Ok," saran Zain, ingin segera mengakhiri drama tengah malam ini.

"Tapi, kan. Kata Ummi, Orang yang sudah menikah, tidak boleh pisah ranjang, Kak. Nanti Allah murka, nanti..."

"Sttt... sudah, sudah, ya. Baik kita akan tidur di ranjang ini, aku sudah lelah. Aku ingi segera tidur" Zain terpaksa memotong ucapan Aisyah, jika tidak, maka akan panjang lagi ceritanya.

"Hem, baiklah kak" Aisyah menurut saja.

   Zain naik ke atas ranjang dan segera menghadap membelakangi Aisyah, begitu juga dengan Aisyah membelakangi Zain suaminya.

'Siapa suruh kamu menyembunyikan wajah secantik itu, kan, aku jadi hilang kendali saat pertama kali melihatnya' batin Zain. Ia tersenyum entah dia sadar atau tidak, kini hatinya sedang berbunga-bunga. Dan mereka pun larut dalam mimpi...

Like dong, Komen juga boleh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!