Berkah Dalam Tragedi

"Theo benar-benar bisa lari" Ucap Gina sambil memegang pinggangnya dan meretakkan tulang-tulang yang ada di badannya dengan wajah yang lelah.

Wystia tertawa saat mendengar ucapan Gina. "Siapa suruh kau mengajak-nya main di taman yang ada di hotel? Kau seharusnya sudah tau seberapa banyak-nya energi milik Theo, apalagi Theo tadi tertidur hampir di setiap penerbangan dan hanya berlari sebentar di bandara-bandara yang kita datangi untuk transit" Kata Wystia sambil mengelengkan kepada-Nya ke Gina.

"Jadi dimana Theo sekarang? Aku tadi mendengar kalian masuk bersama dari suara pintu terbuka dan tertutup, tetapi aku tidak melihat Theo di belakang mu" Wystia bertanya sambil menaruh makan malam mereka di meja makan yang ada di ruang hotel mereka.

Gina langsung melihat dengan mata yang berbinar saat Wystia menaruh makanan diatas meja yang ada, tetapi setelah melihat kalau makanan itu adalah makanan dari room service Gina langsung kehilangan semangat yang sebelumnya. "Theo langsung mencuci tangan dan kakinya setelah kembali tadi. Haish, aku kira tadi ini semua adalah masakan mu. Ternyata makanan ini adalah room service" Ucap Gina.

"Sebenarnya aku juga tidak mau memesan room service dan ingin memasak makanan buat Theo, tapi mau bagaimana lagi ini sudah terlalu malam" Wystia berkata sambil mengelengkan kepala-nya.

Wystia, Gina, dan Theodore mendarat di bandara internasional jakarta tepat di pada saat matahari sudah hampir terbenam, kemudian di saat mereka sudah menemukan supir yang mereka sewa untuk membawa mereka ke hotel. Mereka bertiga terjebak macet selama empat jam di jalan, sebelum bisa sampai di hotel yang mereka sudah booking.

Dalam waktu yang mepet ini, Wystia yang tadinya sudah sengaja mem-booking kamar hotel yang memiliki dapur untuk memaksakan makanan untuk Theodore, hanya bisa memesan room service untuk makan malam mereka hari ini. Jika Wystia berjalan sekarang ke supermarket terdekat pun, ia harus menghabiskan waktu sejam atau tiga jam untuk membeli semua yang ia perlu dan kembali lagi ke hotel mereka. Ini masih belum terhitung berapa lama waktu yang harus di habiskan Wystia untuk memasak.

Gina hanya bisa menghela nafas dan setuju dengan perkataan Wystia. "Tetapi aku benar-benar tidak menyangka kalau polusi di Jakarta ini sungguh parah, saat aku turun ke taman polusi di udara yang ada terasa sangat berat. Untung saja aku tidak punya penyakit asthma, kalo tidak aku yakin diri ku sudah akan ada di rumah sakit setelah bermain lari-larian dengan Theo"

"Tadinya selain untuk membuka cabang perusahaan kita di Indonesia, aku juga ingin mengajak Theo bermain disini. Tetapi setelah melihat keadaan udara Jakarta, aku rasa aktivitas Theo lebih baik di batasi. Aku takut Theo bakal jatuh sakit jika dia terlalu sering bermain di luar" Kata Wystia sambil menghela nafas. "Empat tahun... Itu waktu yang cukup lama untuk semuanya berubah"

Empat tahun sudah berlalu dari kejadian yang membuat satu keluarga-nya harus pindah ke Amerika, Wystia masih tidak bisa percaya dengan apa yang terjadi.

Di saat perusahaan ayahnya bangkrut, Wystia dengan mata yang berkaca mencoba meminta bantuan dari teman-temannya. Tetapi siapa sangka orang-orang yang Wystia anggap teman sejatinya malah mengkhianati Wystia, dengan cara memabukkan Wystia sebelum memberikannya ke pria yang tidak di kenal.

Sentuhan pria yang menjajah tubuh Wystia pada malam itu, masih bisa diingat oleh Wystia dengan jelas walau wajah pria itu terlihat kabur.

Karena waktu Wystia hanyalah remaja berumur sembilan belas tahun, saat ia sudah tersadar di hari esoknya. Wystia langsung memilih cabut lari dari kamar hotel yang berisi pria itu, tanpa mengecek benda atau hal yang lain karena malu.

Setelah pulang dengan tubuh yang ternodai, Wystia langsung terpuruk. Hari berganti malam, Wystia merasa jijik dengan tubuhnya.

Lalu karena sudah tidak kuat dengan pikiran tubuhnya yang kotor, pada malam yang tanpa bulan. Wystia akhirnya memutuskan untuk meny1let lengannya, dengan harapan untuk tidur selamanya.

Tetapi sepertinya kematian masih belum mau menerima Wystia, karena keesokan harinya Wystia terbangun tepat pada rumah sakit dengan sosok kedua orang tuanya yang menangis di samping Wystia.

Di hari dimana Wystia terbangun setelah melewati gerbang kematian, Wystia mendapatkan kembali memori-nya dari kehidupan sebelumnya.

Dia Wystia Floren, sebelumnya adalah pebisnis perempuan tersukses. Tetapi setelah mengumpulkan kekayaan yang banyak, ia tersadar satu hal.

Sebanyak apapun kekayaan yang dia punya, ia selamanya tidak akan bisa membeli hubungan manusia.

Karena hal ini lah walau di kehidupan sebelumnya Wystia memiliki harta yang berlimpah, ia tetap m4ti sendirian tanpa pasangan ataupun anak. Padahal mimpinya dulu adalah memiliki anak yang manis dan imut.

Tetapi dengan kehidupan yang baru-nya ini, Wystia berjanji akan menjaga dengan baik hubungan yang dia punya.

Jadi hal yang pertama dia lakukan adalah meminta maaf kepada kedua orang tuanya, sebelum mengusulkan untuk pergi ke Amerika.

Kedua orang tua Wystia tanpa pikir panjang langsung menerima usulan anak mereka, karena mereka menganggap dengan perubahan lingkungan mungkin anak mereka bisa melepaskan stressnya.

Dengan begitu setelah menjual semua yang mereka punya di Indonesia, keluarga Floren akhirnya pindah ke Amerika.

Sesampainya di Amerika, Wystia langsung melakukan riset pasar dan membangun perusahaan kecil dengan nama New Floren. Tetapi setelah dua bulan perusahaan Wystia berjalan, Wystia tiba-tiba merasa tubuhnya menjadi lebih cepat lelah dan setelah mengecek di rumah sakit. Ternyata Wystia memiliki sebuah kado kecil.

Kado kecil ini menjadi kejutan terbaik bagi Wystia. Agar kado kecil ini tidak tersakiti saat Wystia mengembangkan perusahannya, Wystia akhirnya memilih untuk memperlambat kecepatannya dalam membangun usahanya.

Kemudian tanpa terasa tujuh bulan langsung berlalu dan kado kecil milik Wystia akhirnya lahir di dunia ini.

Saat Wystia pertama kali menggenggam tangan kecil milik anak-nya, entah kenapa ini membuat Wystia menangis. Tetapi tentu saja Wystia tidak memerlukan waktu yang lama untuk tau apa alasan air matanya.

'Oh ini adalah anak ku, anak yang aku bawa selama sembilan bulan'

Dari sana Wystia membuat janji ke dirinya sendiri, untuk Theodore dia akan  melakukan yang terbaik.

"Mommy?" Di saat Wystia sedang mengenang masa lalu, suara kecil yang terdengar dengan manis muncul di antara pikiran Wystia.

"Theo duduk di sini, kursi yang ini lebih tinggi daripada yang lain dan cocok untuk Theo" Wystia langsung meng-gendong Theodore dan membawanya ke kursi yang ia sudah siapkan untuk Theodore. Kemudian sambil berbalik ke Gina, Wystia kemudian berkata. "Gina kau lebih baik mencuci tangan mu dulu, Theo saja sudah membersihkan badannya dari atas sampe bawah setelah bermain di luar. Tapi kau?"

"Aunty Gina! Very kotor! Aunty harus membersihkan diri mu dulu sebelum makan!" Ucap Theodore sambil memandang Gina.

"Okay, okay. Aunty bakal mencuci tangan aunty dulu. Tetapi Theo jangan makan dulu yah, tunggu aunty selesai mencuci tangan baru kita makan. Ok?" Gina tersenyum saat mengatakan ini.

Lalu dengan gerakan yang cepat, Gina langsung mencuci tangannya dan kembali ke meja makanan.

Malam pertama milik Wystia dan Theodore di Indonesia bisa di bilang, di tutup dengan tawa.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jangan lupa untuk Vote, Komen, dan Share cerita ini agar author tetap bersemangat membuatnya!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!