SELAMAT MEMBACA!
***
"Salat dulu," Gumam Nafisah.
Hal pertama yang dilakukan gadis bercadar itu adalah menutup Nafisah menutup pintu kamarnya bertujuan agar nanti tidak ada yang masuk saat dia sholat karena Nafisah terbiasa sholat tanpa memakai penutup wajahnya.
Setelah memastikan pintu kamar yang ditempatinya sudah terkunci, Nafisah pun masuk ke dalam kamar mandi untuk mangambil air wudhu.
"Ada mukenah gak yah?" tanya Nafisah pada dirinya sendiri setelah keluar dari kamar mandi. "Sepertinya gak ada," jawabnya sendiri.
Tok-tok-tok!
"Sebentar!" seru Nafisah lalu kembali memakai penutup wajahnya.
Setelah memakainya, Nafisah pun membukakan pintu kamarnya dan nampaklah sosok Sofia si pengetuk pintu.
"Ada apa?" Tanya Nafisah.
"Ini," Sofia memberikan mukenah beserta sejadahnya. " Kau pasti membutuhkannya," ucap Sofia setelah Nafisah mengambil alih mukenah dan sejadah yang dibawanya.
"Terima kasih. Kau telah datang di waktu yang tepat Sofia," kata Nafisah tersenyum.
"Kau menganggapku seperti malaikat saja," canda Sofia.
"Benar, kau adalah malaikatku," seru Nafisah dengan polosnya membuat Sofia membulatkan matanya.
" Kau ini ada-ada saja, jangan terlalu percaya padaku! Aku tidaklah sesuci itu sampai kau menganggapku malaikatmu," ucap Sofia sambil geleng-geleng kepala.
"Bagiku kau adalah orang baik dan itu yang aku lihat dan percayai, baiklah kita bicara lagi nanti. Ini sudah waktunya Salat," tutur Nafisah dan Sofia pun mangangguk.
"Aku permisi dulu," pamit Sofia dan dijawab senyuman oleh Nafisah.
Nafisah kembali menutup pintu kamarnya dan tak lupa untuk menguncinya kembali. Nafisah kemudian memakai mukenahnya dan Memulai salatnya.
***
"Assalamualaikum warahmatullahi wbarakatuh," salam Nafisah setelah menyelesaikan sholat isya empat rakaat.
Nafisah kemudian membaca zikir lalu mengangkat kedua tangannya dan membaca doa.
"Ya Allah, engkau yang maha mengetahui semuanya. Hamba memohon kepadamu untuk memberikan perlindungan kepada hambamu ini. Hanya kepadamu hamba memohon dan hanya kepadamu pula hamba meminta, Rabbana atina fidyuna hasana wa fil akhirati hasana wakinah adza bannar," Doa Nafisah.
Setelah menyelesaikan salatnya, Nafisah kembali melipat sejadah dan juga mukenahnya.
"Huft, untung saja tadi aku sudah makan," ucap Nafisah lalu mendudukkan tubuhnya di bibir ranjang.
"Aku harus bisa kabur dari sini! Sofia memang baik, namun tidak dengan kedua pria itu. Siapa tahu masa depan? Bisa saja besok mereka menguburku hidup-hidup atau menjadikanku santapan binatang buas... hiiiy sungguh kejam jika itu benar adanya," ucap Nafisah bergidik ngeri sambil mengamati jendela kamar yang ditempatinya sekarang.
"Lewat jendela?" tanya Nafisah pada dirinya sendiri. " Tidak tidak! Sama saja kalau lewat jendela. Tinggi sekali untukku melompat dari sini" lanjut Nafisah sembari melihat ke bawah.
"Tidak usah berpikiran untuk melompat dari atas sini kalau kau tidak mau bertemu ajal," seru Andra yang entah kapan sudah berdiri di samping Nafisah.
"Astagfirullah," Kaget Nafisah.
" Kau mau melompat dari sini?" Ejek Andra tersenyum miring.
"Tidak! Siapa yang bilang aku mau melompat dari sini? Aku masih waras untuk berpikir jernih, bukannya selamat yang ada aku kembali kepangkuan yang di atas," gerutu Nafisah.
"Benarkah? Lantas kenapa kau mengamati ketinggian jendela ini?" tanya Andra memojokkan Nafisah.
"A-aku.. mmm... itu... a..." ucap Nafisah terbata-bata.
Andra tersenyum miring. Gadis di hadapannya ini tidak akan mengatakan kebenarannya dan juga tidak akan berbohong. Nafisah yang diperhatikan pun salah tingkah dan lebih memilih untuk duduk di sofa kamar itu guna menghindari tatapan Andra.
"Bagaimana caramu masuk?" tanya Nafisah mengalihkan pembicaraan. Seingatnya tadi dia sudah mengunci kamarnya, lantas bagaimana Andea bisa masuk ke dalam sana?
"Kau lupa? Ini rumahku! Jadi setiap ruangan disini aku mempunya kunci duplikatnya," jawab Andra memperlihatkan kunci duplikat kamar yang ditempati Nafisah.
Nafisah hanya ber 'Oh' riah. Bagaimana dia bisa melupakan jika ini rumah pria iblis itu? Apakah pria di depannya ini tidak punya etika? main masuk kamar orang saja. Eits, salah maksudnya kamar tamu.
"Apa kau datang untuk membawaku ke kandang peliharaan mu itu? Maka ayolah!" tanya Nafisah lalu berdiri dari duduknya.
"Kau mau aku memberikanmu pada tiger?" Tanya Andra santai dan mendudukkan dirinya di sofa.
"Apa kalau aku menjawab tidak, kau akan berubah pikiran?" tanya Nafisah menatap Andra yang duduk bersandar di sofa.
"Entahlah," balas Andra mengedikkan bahunya.
"Tapi, aku memiliki dua pilihan untukmu," ujar Andra masih pada posisinya.
"Apa itu?" tanya Nafisah tidak sabaran, berharap salah satu pilihan yang akan diberikan Andra kepadanya dapat menguntungkan bagi dirinya.
"Pilihan pertama tetap disini sampai aku sendiri yang melepaskanmu dan pilihan kedua menjumpai malaikat mautmu," jelas Andra tanpa dosa
Nafisah membelalak kaget, "Pilihan macam apa itu?" tanya Nafisah tidak terima.
"Terserah. Kalau kau mau menjumpai malaikat mautmu, dengan senang hati aku akan membantumu," jawab Andra santai sambil menyilangkan kakinya.
Nafisah tampak berpikir. Pilihan pertama tidaklah terlalu berat, namun itu masih terdengar sedikit buruk. Pasalnya dalam waktu yang entah sampai kapan, dia akan selalu berada di dalam rumah ini entah apa yang akan pria itu lakukan kepadanya?!
Sedangkan pilihan kedua benar-benar membuat Nafisah menelan salivanya dengan kasar. Apakah jika memilih pilihan kedua Nafisah akan mati dengan cara di tembak seperti bapak tua itu ataukah di jadikan santapan peliharaan Andra? Oh itu sungguh menakutkan, membuat jiwa Nafisah bergetar ketakutan.
"Bagaimana?" tanya Andra serius. Posisinya sudah berubah. Dia menatap Nafisah tajam, menunggu jawaban dari gadis bercadar itu.
"Kalau aku memilih yang pertama, apa saja yang harus aku lakukan dan tidak kulakukan?" tanya Nafisah.
"Yang harus kau lakukan hanya duduk diam di rumah ini dan jangan keluar rumah tanpa seizinku dan yang tidak boleh kau lakukan adalah menemui orang luar baik yang kau kenal maupun tidak kau kenal. Mudah bukan?" jawab Andra sejelas-jelasnya.
"Menurutmu mudah, tapi tidak denganku," batin Nafisah.
Nafisah hanya mengangguk lalu memgangkat jari telunjuknya dan berucap, "Aku memilih pilihan nomor satu."
"Biarkan saja dulu Naf! setelah bosan dia akan membebaskanmu," pikir Nafisah. Namun siapa yang tahu masa depan? Kadang harapan tidak sesuai ekspektasi.
"Good girl!" ucap Andra dan berdiri dari duduknya.
"Tapi, aku punya syarat!" ujar Nafisah.
"Apa itu?" tanya Andra.
"Aku mau selama aku tinggal disini, hanya wanita saja yang boleh masuk ke kamarku tidak dengan pria baik itu pelayan ataupun dirimu sekalipun!" tegas Nafisah.
"Baiklah," balas Andra kemudian meninggalkan Nafisah.
"Tidak sopan sekali pergi begitu saja, tapi syukurlah aku bebas dari maut," ucap Nafisah lalu menghela napas lega.
***
Di ruang tamu rumah besar milik Andra, Semuanya sudah berkumpul atas perintah Dimas dan Sofia agar segera berkumpul di ruang tamu dan tanpa menunggu perintah untuk kedua kalinya mereka pun bergegas ke ruang tamu meninggalkan semua pekerjaan mereka.
Yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang, Andra dengan gontainya berjalan menuju mereka semua. Mereka sedikit membungkuk saat Andra melintas di hadapan mereka.
"Selamat malam semuanya!" sapa Andra terlebih dulu.
"Malam bos," balas mereka serentak.
"Malam ini saya mau memberitahukan hal penting kepada kalian semua!" ujar Andra sembari bersidekap. Benar-benar angkuh dan arogan.
Mereka semua siap-siap menyimak apa yang akan diberitahukan Andra pada mereka, memasang kuping mereka baik-baik karena Andra tidak akan mengulangi perkataannya untuk yang kedua, ketiga dan keberapapun itu.
"Baiklah, saya akan mengatakannya langsung kepada kalian semua dan dengarkan ini baik-baik!" ucap Andra.
"Mungkin diantara kalian tadi ada yang sudah melihat Nafisah dan ada juga yang belum, tapi mulai besok dan seterusnya kalian akan melihatnya terus berada didalam rumah ini. Maka dari itu, kalian akan melayaninya dua puluh empat jam saat dia membutuhkan kalian! Dan dilarang keras bagi yang berjenis kelamin pria untuk memasuki kamar Nafisah ataupun menyentuhnya baik disengaja maupun tidak. Jika ada yang melanggar siap-siap menjadi sarapan untuk tiger!" Jelas Andra sekidit mengancam agar tidak ada yang bertindak seenaknya.
"Satu lagi, panggil dia nyonya!" lanjut Andra lalu meninggalkan mereka semua yang masih penasaran siapa sebenarnya Nafisah? Ada hubungan apa mereka?
"Kau dengar itu dimas?" tanya Sofia berbisik pada Dimas agar tidak di dengar oleh telinga tajam Andra.
"Iya, gue gak tuli," ketus Dimas.
" Mereka ada hubungan apa sih?" tanya Sofia penasaran.
"Heart," Jawab Dimas menggantung lalu berjalan menuju kamarnya.
"Heart? Hati? Why heart? What's wrong with heart?" tanya Sofia pada dirinya sendiri.
"Sof, Apa jam bekerja kami sudah selesai?" tanya Salah satu pelayan pria. Yang dikenal dengan nama Akhsan.
"Menurut kamu?" tanya balik Sofia dengan ketus. Pasalnya ia tidak suka berbicara dengan pelayan pria satu itu.
"Sudah," ucap Akhsan polos.
" Yasudah sana pulang!" usir Sofia sedikit membentak.
Akhsan si pria berhati barbie, Lembek, penakut, dan juga cerewet. Pengagum sesama jenis dan mempunyai mimpi untuk melakukan operasi yang bisa merubahnya menjadi seorang wanita.
"Marah-marah mulu. Nanti cepat tua gak ada yang mau loh mbak!" cibir Akhsan.
Sofia memutar bola matanya malas, "Biarin asal bukan kamu yang mau sama saya!"
"Idih jijik aku sama kamu. Aku tuh maunya yang kayak bos Andra atau bos Dimas," balas Akhsan senyum-senyum sendiri.
"Gila yak?" ucap Sofia sambil berjalan menjauh dari Akhsan takut-takut ketularan nanti. [ Hihihi... ]
🔫🔫🔫
TBC...
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN VOTE💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Andra agamanya apa yach
2021-01-20
0
Khia Ibunya Ghibran
nex
2021-01-13
0
Hastin Faradilla Hlf
lanjjuuut
2020-12-13
0