Wah, Adiyasa Hebat!

Kinanti yang melihat empat pria di depan gerbang sekolah itu memilih bersembunyi di balik pohon besar yang ada di halaman sekolahnya. "Ngapain mereka? Apa nggak bosen bully aku sama Bang Adi?" tanyanya pada diri sendiri.

Tidak lama kemudian, ia melihat empat pria yang menunggangi kuda besi itu turun dari kendaraannya dan menunjuk ke arah belakang seraya memanggil nama Adiyasa.

"Wah, dia di sana," kata Miko seraya menepuk bahu Arland.

Ya, Adiyasa yang tidak tau jalan pulang itu sudah berjalan jauh, tapi anehnya kembali ke sekolah dan begitu seterusnya sampai tiga kali.

Sekarang, Adiyasa hanya diam saat melihat empat pria yang sedang berjalan ke arahnya. Dalam hati, pria linglung itu berpikir kalau empat pria tersebut adalah sahabatnya sebelum mati.

"Wooohhhh, lu sehat, Di?" tanya Arland seraya merangkul pria itu dan Adiyasa menurunkan tangan pria itu dari bahunya.

Pria tinggi dengan seragam putihnya itu merasa tidak nyaman setelah melihat senyuman licik dari ke empat pemuda itu.

Sekarang, Adiyasa meneruskan perjalanannya dan Raja menahan tas gendongnya dari belakang. "Udah berani lu sama gue?" tanyanya seraya menarik tas itu dan Adiyasa mengibaskannya.

Terlihat keren saat itu karena hanya mengibaskan tangan saja membuat Raja ikut berputar seperti tertiup angin.

Bruk! Raja terjatuh tengkurap di jalanan beraspal itu. "Aaakh!" pekik Raja yang kesakitan, kepalanya juga ikut pusing setelah dibuat koprol oleh Adiyasa.

Melihat itu membuat tiga teman Raja tidak tinggal diam. Dua dari mereka memegangi lengan Adiyasa yang dikira akan diam saja seperti biasanya.

Namun, sekarang, keadaannya berbalik, seorang Adiyasa yang kurus kerempeng bahkan bisa dikatakan gizi buruk itu hanya diam, ia tidak tau apa salahnya dan sekarang, Arland meninju perut tipis itu, kemudian, ia segera membalas dengan menendang dada pria itu.

Menggunakan dua musuhnya untuk melayangkan kakinya ke arah Arland.

"Kalian payah!" ucap Adiyasa setelah melihat Arland terpental dan sekarang, dua pemuda yang semula memegangi dua lengan Adiyasa itu merasa takut, takut akan menjadi sasaran empuk Adiyasa berikutnya.

"Ampun, Di. Kami cuma diajak sama Raja sama Arland," ucap keduanya seraya mengatupkan dua telapak tangannya, setelah itu pergi dengan menunggangi kuda besinya.

"Sialan, nggak setia kawan. Kita ditinggal, Ja!" kata Arland seraya membantu Raja yang masih menahan sakit, pria itu semakin membenci Adiyasa yang sudah berani melawan.

"Kalau kita nggak bisa ngalahin dia, kita ganggu ibunya!" kata Raja pada Arland dan sekarang, Arland mengajak sahabatnya itu untuk pulang lebih dulu.

Sekarang, Kinanti keluar dari persembunyian, gadis itu berlari dan langsung memeluk kakaknya. "Abang hebat, deh!" pujinya.

"Urusan kaya gitu mah, kecil," jawab Adiyasa seraya memberikan tasnya pada Kinanti.

"Bawa, ayo kita pulang!" ajak Adiyasa seraya berjalan mendahului adiknya.

"Bang, kita bantu ibu dulu!" teriak Kinanti yang masih berdiri di tempatnya membuat Adiyasa menghentikan langkahnya.

"Ah, iya. Aku punya ibu sekarang, dimana wanita itu?" tanyanya pada diri sendiri.

Lalu, Kinanti segera menyeret kakaknya untuk ke sekolah seberang jalan dan di gerbang sekolah sudah ada Clara, gadis keturunan Tionghoa yang sedari tadi memperhatikan Adiyasa.

Gadis cantik yang rambutnya dibiarkan terurai itu tersenyum manis menunjukkan gigi gingsulnya dan Adiyasa terpana akan kecantikannya.

Ia membalas senyum itu walau Kinanti terus menyeretnya dan saat itu. "Abang, jangan terpana, kita nggak selevel sama dia," ucap adiknya dan Adiyasa segera tersadar.

"Sepertinya, aku pernah lihat dia, tapi... di mana?" tanya Adiyasa dalam hati.

Sekarang, Adiyasa memperhatikan adiknya yang sedang membantu Mirah dengan duduk sila di salah satu meja kantin.

Melihat itu, Mirah pun segera menegurnya untuk turun dan Adiyasa menurut. Sekarang, ia berjalan keliling di sekolah elite itu dan tanpa di duga, ia bertemu dengan Clara.

"Adi, aku senang kamu baik-baik aja," ungkap gadis itu, ia tersenyum malu-malu dan Adiyasa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Oia, tumben kamu berani melawan Raja the geng? Tapi, aku suka, sih. Jadi, kamu sama Kinan nggak dibully," lanjutnya. Dan Clara sedikit kikuk karena yang diajaknya bicara lebih banyak diam.

"Bully? Apa itu?" tanya Adiyasa dan Clara menjelaskan panjang lebar membuat Adiyasa mengangguk mengerti.

Mendengar penjelasan itu membuat Adiyasa tau kalau sebelumnya ia memiliki musuh, tapi, Adiyasa bingung kalau sebelumnya adalah musuhnya orang-orang hebat, kenapa sekarang hanya beberapa cecunguk saja?

Tidak lama kemudian, sekarang, lengan Adiyasa ditarik oleh Kinanti. "Ayo, Bang!" ajak Kinanti dan Adiyasa pun menurut.

Sore harinya, Adiyasa yang bosan berada di rumah itu berkeliling kampung dan dia melihat lapangan yang ramai, ia pun pergi ke sana untuk melihat dan terlihat sebagian banyak orang sedang memperebutkan sebuah bola.

Lalu, Adiyasa berlari dengan cepat mengejar bola itu, ia mengempeskan bola karet itu dengan sekali injak.

Plak! Seseorang memukul kepala Adiyasa membuat Adiyasa merasa pernah mengalami hal serupa. Pria itu pun merasa pusing saat serpihan masalalunya kembali.

Terlihat seseorang memukulnya dari belakang mengunakan tongkat berwarna hitam dan saat itu pandangannya jadi gelap.

Dan Adiyasa tersadar saat dirinya sedang digotong oleh para pemain sepak bola itu untuk kembali ke tepi lapangan.

"Begooo, jangan masuk lapangan lagi! Awas lu!" kata si kapten dan Adiyasa tidak menghiraukan, justru, ia ingin mencari jati dirinya yang hilang.

"Aku seperti bukan aku? Kenapa aku ada di tubuh pria ini? Adakah maksud lain dari Sang Dewa mengutusku di sini?" tanya Adiyasa dalam hati.

Sementara itu, perginya Adiyasa membuat Mirah takut, ia akan selalu takut, takut Adiyasa pulang hanya tinggal nama seperti kejadian kemarin.

Mirah menyuruh Kinanti yang sedang belajar itu mencarinya dan Kinanti membuat pengumuman di mushola. "Pengumuman, pengumuman, bagi yang melihat Bang Adi tolong chat saya, biar saya jemput," kata Kinanti dan atas ulahnya itu membuat Mirah memijit kepalanya.

"Anak-anak ku random semua, sabar," ucap Mirah yang kemudian mengelus dada.

****

Kemudian, Kinanti mendapatkan pesan dari juragan yang mengatakan kalau Adiyasa ada di kebun mangga miliknya, dengan segera gadis remaja itu menyusul. "Ngapain Bang Adi di sana? Apa dia lupa juragan sangat pelit?"

Sesampainya di sana, Kinanti melihat Adiyasa yang ada di atas pohon sedang memakan mangga. Kinanti pun tersenyum kikuk pada juragan yang memegang gagang sapu, melotot ke arahnya.

"Semua yang dia makan harus dibayar!" ucap juragan seraya mengacungkan sapunya dan hap, Adiyasa mengambil gagang sapu itu, ia takut juragan akan melukai adiknya.

Dengan segera, Adiyasa mematahkan gagang sapu itu dan juragan menarik nafas dalam karena itu adalah sudah sapu ke lima yang Adiyasa patahkan.

"Sapu ada lima, bilang sama Mirah, cepat ganti rugi atau saya panggil polisi!" geram juragan dengan bersungut-sungut, hidungnya kembang kempis dengan tangan yang berkacak pinggang.

Melihat itu, Adiyasa menggunakan dua jari tangannya untuk dimasukkan ke hidung juragan. "Jangan membentak adik saya!" ucapnya dan juragan menangis karena kesakitan.

"Brengsek, mati suri bikin lu jadi songong, ya?" tanya juragan seraya berusaha melepaskan tangan Adiyasa dan tak semudah itu karena Adiyasa yang sekarang sangat kuat dan pemberani.

Karya ini merupakan karya jalur kreatif

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞

🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞

bihhh si abi harus di kasih imu sopan. santun🤣

2024-02-09

2

🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦

🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦

alamak jdi besar lh lubang idung juragan itu lho😬😬

2024-02-04

2

🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦

🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦

mending nanya sama othor nya adiyasa

2024-02-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!