Linglung

Adiyasa masuk ke ruangan kecil yang biasa disebut kamar mandi dan di sana, ia melihat wc jongkok. "Sebenarnya apa itu? Kenapa sekarang semua terlihat aneh, atau aku ada di masa depan? Dan bagaimana aku harus menjalani hari-hari kalau banyak ketidaktahuan ini?" tanyanya pada diri sendiri.

Lalu, Adiyasa yang sudah bertelanjang dada itu memanggil adiknya. "Sssuut!"

Dan Kinanti yang sedang memakai lotion itu pun menoleh. "Apa, sih, sat sut sat sut!" ketus adiknya seraya memicingkan matanya.

Kemudian, Adiyasa mengatakan keluhannya dan Kinanti menggeleng, ia tidak habis pikir dan kembali ingat dengan perkataan ibunya untuk membantu kakaknya. Gadis yang sudah berseragam biru putih itu bangun dari duduk, ia tersenyum dan sekarang masuk ke kamar mandi.

Memperagakan caranya buang air besar dan saat ia melihat sikat gigi pun begitu. Sabun mandi dan juga shampoo.

Adiyasa/Elang itu sangat panda sehingga tidak membuat adiknya repot untuk menjelaskan berulang kali.

"Cepetan! Anterin Kinan sekolah, Bang!" kata Kinan yang sedikit sebal karena hari sudah semakin siang dan Adiyasa masih menggunakan kolor.

"Astaga, kenapa abang gue jadi lelet banget, ya. Mandinya lama, dia ngapain dulu, sih. Jangan-jangan tapa lah dia!" Kinanti menepuk jidatnya, menggeleng dan menarik nafas dalam.

"Abang, cepet!" teriak Kinanti seraya mengetuk pintu dan Adiyasa yang sedang memutarkan air di bak mandi itu segera membukanya.

"Apa, sih. Ganggu aja," jawab Adiyasa seraya keluar dari kamar mandi seraya mengusap rambutnya menggunakan handuk yang dikalungkan di lehernya.

Dan Kinanti yang mengikuti kakaknya itu mendorongnya supaya cepat. Gadis berambut pendek itu mengambilkan seragam putih abu, kaos kaki dan sepatu pria tinggi itu.

"Bang, mau sekolah nggak? Kalau Abang masih mau libur, sih, terserah, tapi, Kinan udah telat, nih," kesalnya dan Kinanti menghentakkan kakinya.

Sementara itu, Adiyasa terlihat sedang berpikir, apa? Sekolah? Dan bayangan para murid yang sedang berlatih ilmu bela diri dengan menggunakan pedang masing-masing pun terlintas membuatnya mengangguk.

"Tapi, aku udah lulus sekolah, kenapa sekolah lagi?" tanya Adiyasa seraya menatap adiknya yang sedang menahan tangis dan marahnya.

Dan setelah mendengar pertanyaan yang tak lucu dari kakaknya itu membuat Kinanti berteriak, "Abaaaaang! Nggak lucu bercandanya."

Mendengar teriakan itu membuat Adiyasa bingung, ia mengatakan yang sejujurnya, tapi, kenapa adiknya berteriak tidak terima. Sekarang, pria tampan yang terlihat cupu itu pun menuruti adiknya supaya berhenti menangis.

Dan adalagi kekesalan Kinanti saat tiba-tiba saja kakaknya tidak bisa mengendarai sepeda motornya.

"Ibuu!" teriak Kinanti yang sudah tidak tahan lagi dan ibunya yang bekerja di kantin sekolahan elite itu ternyata sedang mencemaskan anak-anaknya di rumah.

"Mereka udah berangkat sekolah belum, ya?" tanyanya dalam hati, wanita berambut pendek dan menggunakan topi koki juga celemek itu sedang membuatkan susu hangat untuk siswi yang memesannya.

Sementara itu, yang dipikirkan sedang dalam perjalanan dengan Kinanti yang mengendarai sepeda motornya.

Sekarang, keduanya sudah sampai di sekolahan dan mereka sekolah di sekolah yang sama.

Kedatangan keduanya menjadi pusat perhatian semua orang, ya, karena kabar Adiyasa meninggal sudah terdengar oleh sekolahnya dan sekolah lawan Adiyasa yang berada tepat di depan sekolahnya.

Dan saat itu, pintu gerbang hampir saja ditutup. Kemudian, Adiyasa dan Kinanti menengok ke belakang saat mendengar suara gadis cantik memanggil namanya.

"Adi!" teriaknya dari gerbang dan Adiyasa hanya diam saja.

"Jangan dekat-dekat sama dia, dia sumber masalah kamu, Bang!" ucap Kinanti yang sedang mengingatkan dan Adiyasa hanya diam, sekarang, pria itu mengikuti langkah adiknya membuat Kinanti kesal.

"Abang, kelas Abang ada di sana, emangnya Abang turun kelas, ya?" Kinanti menunjukkan gedung sekolah kakaknya yang berada di sebelah gedungnya.

Kemudian, Kinanti menepuk jidatnya lagi, ia tau kalau kakaknya masih hilang ingatan dan mana mungkin akan mengingat di mana sekolahnya.

Sekarang, Kinanti menyeret kakaknya, membawanya ke kelasnya dan setelah itu segera berlari ke kelasnya sendiri sebelum bel berbunyi.

"Tiba-tiba aja, aku harus bisa jurus seribu bayangan!" kata Kinanti yang sedang terengah dan sekarang ia sudah duduk di bangku sendiri.

"Kinan, kamu udah masuk sekolah?" tanya temannya yang duduk di belakangnya, "bukannya kamu lagi kemalangan?" lanjutnya lagi dan Kinanti tersenyum, baru saja ia akan menjawab dan guru sudah datang.

Sementara itu, di kelas Adiyasa, ia duduk di bangku milik ketua kelas dan itu membuat ketua kelas terpaksa duduk di bangku Adiyasa yang ada di paling belakang.

Semua murid memperhatikannya dan ada yang berbisik membuat Adiyasa merasa tidak nyaman.

Kemudian, tidak lama datang guru dan guru yang sebelumnya akan mengajak murid-murid untuk takziah ke rumah Adiyasa itu terkejut saat melihat pria itu sudah duduk di bangku paling depan dengan menatapnya.

"Jadi, kami semua kena tipu? Kamu bohong kalau meninggal dunia?" tanya guru itu dan Adiyasa hanya diam.

Ia tidak tau apa yang dibicarakan oleh wanita berbadan sintal itu.

Merasa tidak direspon, ia pun memberikan mata pelajaran dan setelah itu membawa Adiyasa ke ruang guru, guru itu juga memanggil ibunya yang ada di sekolah seberang.

Sekarang, keduanya duduk dengan memperhatikan guru tersebut. Mirah pun menjelaskan kalau anaknya mati suri, ia bangun saat akan dimasukan ke keranda, wanita itu juga meminta pengertian guru atas otak Adiyasa yang sedikit geser.

Memahami itu, sekarang, guru itu pun kembali mengajak Adiyasa ke kelas dan Adiyasa yang melihat pelajaran di bukunya itu menjadi pusing dan memilih untuk tidur di jam pelajaran.

Karena ulahnya, ia harus di pulangkan, mau dihukum dengan berjemur di lapangan pun tidak tega, pria kerempeng itu terlihat linglung.

Dan Adiyasa yang tidak tau jalan pulang itu terus berjalan kaki dengan punggung yang menggendong tasnya.

Sementara itu, kabar kebangkitannya dari kematian membuat berandalan yang bersekolah di sekolah elite itu ketar ketir.

"Sial, kalau dia buka mulut gimana?" tanya Arland pada sahabatnya, mereka sedang ada di belakang sekolah bersama gengnya dan Arland adalah wakilnya.

"Kalau dia buka mulut, seharusnya sudah dari kemarin, tapi, sekarang dia masih diam, bahkan nggak ngenalin Clara," timpal Raja, si ketua geng yang begitu terobsesi dengan Clara.

"Terus, kita harus gimana?" tanya Arland yang kemudian meminum minuman kaleng dingin.

"Kita harus singkirkan dia! Dia nggak boleh buka mulut atau kita akan terancam!" Raja bangun dari duduk, ia pergi untuk kembali ke kelasnya.

Dan benar saja, setelah jam sekolah selesai, Raja dan Arland menunggu Adiyasa di depan gerbang, namun, mereka tak menemukan yang dicari.

Walau begitu, tak menemukan Adiyasa maka Kinanti pun jadi, ia yakin kalau Adiyasa tidak akan diam saja mendengar kabar adiknya berada di tangan musuhnya.

Berhasilkah mereka?

Karya ini merupakan karya jalur kreatif.

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞

🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞

pasti kagak akan berhasilll... jea elang yang akan keluar meghajarrr

2024-02-09

2

🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞

🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞

pergi apa jadi ...
ehhh giman sihh 🤔

2024-02-09

1

🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦

🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦

oooo...mereka tu pembuli ya🤔🤔

2024-02-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!