Bab 04

"Hm.., waktu itu kalau tak salah sekitar pukul sembilan malam di daerah jalan lingkar sebelah__"

"Tepatnya pukul sembilan lewat dua puluh dua menit, pada malam rabu di jalan lingkar sebelah barat hotel garden," sela tuan Leonardo.

Ucapan tuan Leonardo membuat Eliza tercengang sampai membulatkan matanya karena tak percaya. "Anda, Anda tau darimana?" ucapnya.

"Apa yang tidak saya ketahui di dunia ini?!" ujar tuan Leonardo, membuat Eliza yang mendengarnya jadi berdecak. "Jika Anda ingin mengetahui yang sebenarnya, ikutlah dengan saya," ucapnya lagi seraya bangkit dari duduknya dan menarik pergelangan tangan Eliza, lalu melangkah meninggalkan cafe tersebut setelah sebelumnya meninggalkan beberapa lembar uang kertas di atas meja yang keduanya tempati.

"Mau kemana?" tanya Eliza.

"Nanti Anda juga akan mengetahuinya," ujar tuan Leonardo sembari menekan ear phone yang sedari awal dipakainya.

Eliza pun hanya pasrah saja. "Entah apa yang akan ditunjukkan oleh tuan Leonardo, ini," fikir Eliza.

"Kau menyamarlah sebagai preman, dan ganggu pria yang saya suruh ikuti kemarin. Ganggu juga wanitanya yang saat ini bersamanya," ucap tuan Leonardo saat salah satu anak buahnya telah menjawab panggilan suaranya sembari terus melangkah, dan berhenti ketika berada di tempat yang menurutnya aman untuk mengintai sesuatu.

("........")

"Dia saat ini berada diarea sekitar cafe Should Happen," ucap tuan Leonardo lagi, dan setelahnya panggilan pun terputus.

"Ck, apa kita hanya akan berdiri saja disini? Apa Anda tak tau jika panas matahari bisa membakar kulit?!" gerutu Eliza seraya berjongkok dan menutupi sebagian wajahnya dengan tangan, berharap bisa mengurangi panasnya matahari tersebut, karena sudah sekian waktu hanya berdiri diam saja di tempat yang sama.

"Anda lihatlah itu," ujar tuan Leonardo seraya menunjuk dan kembali menarik tangan Eliza agar kembali berdiri. "Lihatlah," ucapnya lagi seraya menunjuk ke arah seorang pria yang tengah memohon ampun pada seorang pria lainnya, dan mendorong wanitanya ke arah pria lainnya itu, yang sepertinya agar melepaskan dirinya sendiri.

"Kurang ajar!! Berarti selama ini aku sudah tertipu oleh manusia idiot sepertinya??! Kurang ajar!! Berani sekali dia," geram Eliza dengan apa yang dirinya saksikan saat ini, dan berniat menghampiri pemeran adegan yang saat ini di saksikan nya. Dan pria itu tak lain adalah kekasih dari Eliza.

Dan kali ini tuan Leonardo tak lagi menghentikan Eliza, membiarkannya menghampiri pemeran utama saat ini, dan dirinya hanya akan diam untuk menyaksikan saja.

"Jadi dia orangnya.." gumam tuan Leonardo sembari terus memperhatikan apa yang akan dilakukan Eliza.

"Mustahil!" seru tuan Leonardo saat ketika melihat Eliza tak hanya menampar kekasihnya itu, tapi juga melakukan jurus tendangan maut tepat di wajahnya. "Bagaimana bisa??! Bukankah waktu itu...." ucapnya lagi, dan yang kembali terjeda karena mengingat-ingat sesuatu. "Jika dia mampu, kenapa tidak melawan saja waktu itu?! Gadis ini sungguh misterius!" sambungnya. "Ouwh...!! Sssh... Pasti itu sangat sakit sekali.." seru serta ringisan tuan Leonardo saat melihat kekasih dari Eliza yang baru saja bangkit dari terjatuhnya akibat tendangan yang Eliza berikan, dan saat ini tanpa aba-aba Eliza kembali memberi tendangannya yang kali ini tepat di senjata masa depannya, yang seketika membuatnya terkapar tak berdaya di atas jalanan paving block.

Setelahnya Eliza langsung pergi begitu saja dari sana, tak menghiraukan pria yang selama ini menjadi kekasih tak berguna nya itu.

"Haaa... Lega rasanya bisa terbebas dari parasit itu," ucap Eliza setelah kembali berada di hadapan tuan Leonardo.

"Ternyata benar. Kau tidaklah sebodoh itu," ujar tuan Leonardo.

Membuat Eliza tertawa mendengarnya. "Seperti kata saya tadi. Saya melakukan semua itu karena saya merasa memiliki hutang budi padanya. Itu sebabnya saya terkesan menutup mata atas segala perbuatannya itu. Yang ternyata aku telah salah mengenali orang," ucap Eliza, yang diakhir kalimatnya Eliza justru tersenyum sinis saat mengingat kebodohannya itu.

"Saya lihat, Anda sepertinya ada jago beladiri juga," ungkap tuan Leonardo.

"Ya.. Bisalah... Walaupun sedikit," ucap Eliza.

"Lalu kenapa Anda tak lawan saja preman-preman yang mengganggu Anda waktu itu?!" tanya tuan Leonardo yang penasaran.

"Ya.. Saya kan wanita, Tuan. Pasti ada lah rasa takut.. Apalagi saya waktu itu hanya sendiri, sedangkan preman-preman itu ada tiga. Seandainya ada sahabat saya.. Pasti habis tuh preman-preman itu ditangan kita!" ujar Eliza.

"Sahabat?" ulang tuan Leonardo, yang langsung diangguki oleh Eliza. "Maksud Anda, nona Azura??! Ah tidak, maksud saya nona Clara?!" lanjutnya dengan bertanya untuk memastikan.

"Anda mengenalnya???"

Tuan Leonardo hanya bergumam saja menanggapinya, dan setelahnya langsung bertanya, "Apa nona Azura... Tidak, nona Clara juga jago beladiri?"

"Jangan ditanya, dialah jagonya. Saya saja masih beberapa tingkat dibawahnya," jawab Eliza dengan bangga saat mengingat sahabatnya itu. Sementara tuan Leonardo hanya mangguk-mangguk menanggapinya. "Eh, tunggu dulu. Saya tiba-tiba mengingat satu hal tadi," ucap Eliza lagi. "Anda mengetahui dari mana soal kejadian yang menimpa saya dan itupun sangat detail. sampai menit dan jamnya pun Anda sangat detail, dari mana Anda mengetahuinya?!" lanjutnya.

"Heh. Apa yang tidak dapat saya ketahui di dunia ini," ujar tuan Leonardo, membuat Eliza yang mendengarnya jadi mencebik.

"Lalu, jika bukan pria parasit itu yang menolongku waktu itu, terus siapa?" gumam Eliza, yang masih bisa didengar oleh tuan Leonardo.

"Memang untuk apa Anda mengetahui sosok yang telah menolong Anda itu? Apa Anda juga akan melakukan hal yang sama, jika suatu saat Anda mengetahui siapa penolong Anda yang sebenarnya, begitu?!" tanya tuan Leonardo.

"Tidak."

"Tidak? Lalu?" tanya tuan Leonardo.

"Saya hanya akan berterimakasih pada orang itu. Saya tak ingin jika harus jatuh ke lubang yang sama nantinya," jelas Eliza. "Baiklah, saya harus pulang sekarang. Jika tugas saya sudah akan dimulai, maka hubungi langsung saja saya. Saya akan selalu siap dua puluh empat jam untuk Anda," lanjutnya. "Asal saya tak ada pekerjaan saja," sambungnya seraya cengengesan.

"Bagaimana saya bisa menghubungi Anda, jika saya saja tak memiliki nomor ponsel, Anda," sanggah tuan Leonardo.

"Eh, saya kira Anda mengetahui segalanya, termasuk juga nomor ponsel saya. Tapi ternyata saya salah, Anda tak mengetahui apa-apa, bahkan hal sekecil inipun Anda masih harus memerlukan bantuan, saya," ejek Eliza.

Tuan Leonardo tak membalas ejekan dari Eliza, karena dirinya saat ini merasa seperti termakan ucapannya sendiri.

"Mana sini ponsel, Anda," pinta Eliza.

Tanpa berpikir, tuan Leonardo langsung menyerahkan ponselnya pada Eliza.

"Ck, ribet banget sih hidup Anda," ujar Eliza.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!