(Tak) Seharusnya Terjadi
Di salah satu cafe, terlihat seorang pria yang tengah duduk dengan gelisah. Seperti tengah menunggu akan tetapi orang yang ditunggu tak kunjung datang. Karena ketampanan dan postur tubuhnya yang atletis menjadi pusat perhatian semua orang, terutama kaum hawa. Karena memang dirinyalah yang paling mencolok diantara yang lainnya.
"Hey! Kau kenapa?" tanya salah seorang pelayan cafe tersebut pada teman seprofesinya.
"Astaga! Kau membuat ku kaget saja," ucap pelayan yang dikejutkan tadi sembari memegangi dadanya. "Kau lihat pria itu?" lanjutnya sembari menunjuk ke salah satu meja pelanggan.
"Astaga, Tuhan! Mimpi apa aku semalam..!" seru pelayan tadi saat melihat siapa orang yang tengah ditunjuk oleh temannya itu.
"Kau ini! Kenapa senang sekali membuatku jantungan!"
"Astaga, astaga, astaga..! Kau tak tau siapa dia, Leni?!"
"Entahlah, yang ku tau.. Pria itu sedari tadi hanya duduk diam sendiri tanpa memesan apapun," ucap pelayan yang dipanggil Leni itu. "Entah sudah keberapa kali aku menawarinya untuk agar memesan sesuatu. Tapi tetap saja nanti, nanti, dan nanti."
"Astaga, Leni..! Kau tau? Dia itu adalah tuan Leonardo Graham, tangan kanan sosok nomor satu di kota ini, tuan Arkhana Davidson! Kau tau itu!" pelayan tadi kembali berseru dengan hebohnya.
Ya, pria itu adalah tuan Leonardo Graham, asisten sekaligus tangan kanan tuan Arkhana Davidson. Anak tunggal dari pasangan tuan Mario Graham dengan nyonya Liora Graham.
"Seriusly???! Demi apa?" seru Leni, yang langsung diangguki oleh temannya. "Kalau begitu.. Aku akan coba menawarkannya kembali. Siapa tau jika tetap tak terpikat oleh menunya, justru malah terpikat oleh pelayannya," sambungnya dengan kepercayaan dirinya yang tinggi.
"Dih... Ngarep!"
"Gak papa dong... Kan siapa tau aja, kedepannya tak akan ada yang tau," ucap Leni. "Eh, tapi kau benar yakin jika dia itu tuan Leonardo Graham, Nova?" Leni kembali memastikan karena dirinya sedikit ragu.
"Tentu saja! Kau sih... Ketinggalan zaman. Makanya tuh ponsel segera ganti dengan yang lebih modern, biar tak ketinggalan update terkini," ucap teman Leni yang dipanggil Nova. "Sudah sana, semoga berhasil."
Pelayan itu pun kembali membawa menu menuju meja yang entah sudah keberapa kalinya dirinya datangi.
"Permisi, Tuan... Apa Anda sudah akan memesan sesuatu?" tanya pelayan yang bernama Leni itu.
Sebelum menjawab, terdengar helaan nafas dari pria yang duduk di hadapan pelayan tersebut.
"Baiklah, satu coffee latte."
"Dan satu coklat panas juga cake yang paling best seller di sini." Tiba-tiba dari arah belakang pelayan tersebut terdengar suara wanita menyela ucapan dari pria yang pelayan itu ketahui adalah tuan Leonardo Graham.
Membuat pelayan itu juga tuan Leonardo menatap ke asal suara. Yang membuat tuan Leonardo kembali menghela nafas.
"Maaf, saya terlambat," ucap wanita itu, dan yang tanpa di persilahkan langsung mendudukkan diri ke salah satu kursi di hadapan tuan Leonardo.
"Itu saja yang kami pesan. Kau boleh pergi." ucapan tuan Leonardo menyadarkan pelayan Leni dari keterpanaannya.
"Ah, maaf. Apa tadi yang Anda dan nona ini, pesan?" ucap pelayan itu meminta agar tuan Leonardo beserta teman wanitanya agar kembali menyebutkan pesanannya.
Tuan Leonardo beserta teman wanitanya pun kembali menyebutkan pesanannya.
"Baiklah, mohon ditunggu, Tuan, Nona," pelayan itu kembali berucap saat telah mendapatkan apa yang diperlukannya.
"Huuuft.. Ternyata tuan itu sudah memiliki kekasih. Ini pesanannya." ucap pelayan Leni saat setelah sampai kembali di dekat teman berbincang nya tadi, Nova.
"Sabar.. Sabar..." ucap pelayan Nova sembari menerima secarik kertas yang berisi pesanan tadi.
Sementara di salah satu meja pelanggan yang ditempati oleh tuan Leonardo dan seorang wanita tadi, tengah ada sedikit perdebatan diantara keduanya.
"Kenapa baru sampai?" tanya tuan Leonardo pada wanita yang saat ini ada di hadapannya dengan nada tak suka. "Apa Anda tidak tau jika saya sudah menunggu Anda dari setengah jam yang lalu?!" sentak nya.
Wanita itu mengerjab-ngerjabkan mata lentiknya beberapa kali, tak langsung merespon kerena terkejut akan sentakan itu.
"Ya maaf, Tuan.., Kenapa Anda jadi marah? Mana saya tau jika Anda akan datang tiga puluh menit lebih awal dari jadwal janji yang kita sepakati. Justru saya datang lima menit lebih awal dari waktu janji temu kita, tapi saya tetap saja meminta maaf. Sekarang saya tanya, yang salah disini saya atau Anda? Sudah meminta, setelah dipenuhi justru dimarahi. Yang salah siapa, yang marah siapa. Kalau Anda tidak benar-benar menginginkan kehadiran saya di sini, maka saya akan pergi. Jadi Anda tidak perlu harus membentak saya! Diperlukan tapi tak diinginkan. Huuh, dasar! Semua pria apa memang seperti ini?! Ingin dimengerti tapi tak ingin mengerti. Kan, jadi kesal saya," ucap wanita itu dengan panjang kali plus plus lebar tanpa jeda sedikit pun. Yang awalnya pelan.. Pelan namun pasti... Dan akhirnya berubah menjadi semakin cepat, semakin cepat, dan menjelma menjadi cerocosan tanpa jeda wanita itu, yang tak lain adalah Eliza Robert. Wanita yang memilih berprofesi sebagai model karena didukung oleh wajahnya yang cantik dan blasteran yang membuatnya semakin percaya diri. "Anda pikir__"
Akhirnya cerocosan Eliza berhenti juga, walau dengan cara tuan Leonardo yang harus membungkam mulut Eliza dengan tangannya.
"Maaf, oke..., saya minta maaf. Saya mengaku salah," ucap tuan Leonardo.
Eliza tak menjawab hanya sedikit memberontak memberi isyarat agar tuan Leonardo menyingkirkan tangannya dari mulut Eliza.
"Saya akan lepaskan, asal Anda berjanji tidak akan berkata-kata seperti tadi lagi," ucap tuan Leonardo yang mengerti akan isyarat Eliza, membuat kesepakatan sebelum dirinya melepaskan bekapannya.
Eliza pun segera mengangguk, yang membuat tuan Leonardo akhirnya melepaskan bekapannya itu.
"Astaga..! Aku tak bisa bernafas," racau Eliza. "Apa Anda sebelumnya sudah cuci tangan sebelum menyentuh?!" ujar Eliza sembari menyentuh mulutnya yang baru saja di bekap oleh tuan Leonardo.
"Entahlah, saya lupa," ucap tuan Leonardo dengan santainya.
"Astaga, Anda benar-benar__"
"Ssst... Anda sudah berjanji, jadi diamlah sebelum saya kembali membekap mulut bebek Anda itu," peringat tuan Leonardo. Yang seketika membuat Eliza terdiam seribu bahasa.
Sunyi
"Sebenarnya ada apa Anda ingin bertemu dengan saya?! Apa hanya akan diam-diaman seperti ini? Jika tidak benar-benar perlu maka saya akan pergi," ucap Eliza yang akhirnya tak betah juga untuk hanya diam saja. "Anda fikir saya tidak memiliki kesibukan lainnya apa, jika hanya untuk meladeni Anda bermain diam-diaman seperti patung," lanjutnya.
Namun tetap sama, tuan Leonardo hanya diam sembari terus menatap Eliza. Eliza yang akhirnya salah tingkah ditatap seperti itu, kembali berujar, "Jika Anda serius hanya ingin seperti ini, saya pergi."
Melihat tuan Leonardo yang masih betah dengan diamnya, membuat Eliza geram dan segera bangkit dari duduknya.
Namun baru saja bangkit dan akan berbalik, terdengar ucapan tuan Leonardo yang membuat Eliza tercengang dibuatnya.
"Jadilah kekasih saya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Dinda Putri
lanjut kan thorr🤗🤗🤗
2024-01-27
0