BAB. 2 Tidak Bisa Menerima Kenyataan

Bima menatap Seira yang masih memeriksanya. Perutnya terasa sakit menahan rasa ingin buang air kecil sejak tadi padahal kateter masih terpasang ditubuhnya tapi dia memilih menahannya.

"Ser, aku ingin buang air kecil," kata Bima yang masih terbaring diranjang rumah sakit.

"Buang air kecil?"

"Iya, Ser, aku ingin buang air kecil."

"Disini saja ya, Bim, buang air kecilnya. Nanti aku bantu."

"Tidak, Ser, aku mau buang air kecil di kamar mandi."

"Kamu tidak diperbolehkan banyak bergerak dulu. Buang air kecilnya di sini saja ya."

"Tapi, Ser_"

"Tidak apa-apa, Bim, aku ini dokter kamu," tukas Seira meyakinkan Bima agar mau di bantu olehnya.

Bima menatap ragu pada Seira, tapi Seira justru menganggukkan kepala.

"Baiklah."

Bima pun akhirnya buang air kecil melalui kateter yang masih terpasang di tubuhnya namun pandangannya terus menatap pada Seira yang masih memeriksanya.

Seira melepas satu persatu alat medis ditubuh Bima setelah pria itu selesai buang air kecil menyisakan infus yang masih terpasang di lengan kirinya.

"Ser."

Seira menoleh pada Bima yang memanggilnya, senyum lebar tercetak di wanita cantik itu. "Iya, Bim."

"Kenapa aku tidak bisa menggerakkan kakiku ya?"

Pertanyaan Bima seketika membuat senyum di bibir Seira menghilang. Wajah Seira berubah Sendu dan Bima pun melihatnya.

"Jangan ada yang kamu sembunyikan, Ser. Ada apa dengan kakiku?"

Bima menuntut Seira untuk menjawab sebab wanita itu hanya diam saja padahal rasa penasaran sekaligus khawatir sudah membuncah didalam hatinya.

Seira menarik nafas terlebih dahulu kemudian menghembuskannya setelah merasa tenang Seira perlahan menjelaskan pada Bima.

"Akibat kecelakaan waktu itu kamu mengalami koma."

"Lalu?"

"Kamu juga mengalami cedera tulang belakang dan ..."

"Dan apa?" tanya Bima lagi.

"Dan mengalami kelumpuhan."

Deg!

Seketika tubuh Bima bergetar dengan mata mengeluarkan cairan bening. Bima menggeleng tidak percaya dengan apa yang Seira katakan.

Mana mungkin dirinya lumpuh sebab sebelum kecelakaan dia masih bisa berjalan dengan normal. Bima tertawa menertawakan penjelasan Seira yang baginya itu omong kosong. Dan hal itu sukses membuat hati Seira sakit seolah tertusuk ribuan jarum.

Seira menangis, dia ingin menjerit mengatakan Bima tidak lumpuh karena sesungguhnya dia juga tidak ingin pria itu lumpuh. Tapi apalah daya karena inilah kenyataan bahwa Bima sekarang lumpuh.

"Bim."

"Tidak, aku tidak lumpuh. Aku tidak mungkin lumpuh."

Bima memaksakan diri turun dari ranjang namun tidak bisa. Kakinya sangat sulit digerakkan bahkan dia pukuli juga sama sekali tidak merasakan sakit. Dia benar-benar lumpuh.

Arrgghh!

Prang! Pyar! Bruk!

"Aku masih bisa jalan, Ser, aku tidak lumpuh. Aku tidak mungkin lumpuh!" teriakan Bima menggema seisi ruang rawat.

Bima melempar semua benda yang bisa dia raih melampiaskan rasa hancurnya dengan kondisinya saat ini.

"Bim, tenangkan dirimu." Seira memeluk tubuh Bima. Tangisnya semakin kencang melihat pria yang dia cintai seterpukul ini.

Hati Seira sakit, dia juga merasakan sama hancurnya dengan Bima. Rasa sakit yang begitu sesak di dada hingga membuatnya kesulitan untuk bernafas.

"Lepas, Ser, aku tidak pantas untukmu! Aku miskin! aku cacat! aku tidak berguna!" Bima melepas tangan Seira yang memeluknya tapi Seira kembali memeluknya.

"Kamu pasti akan sembuh, Bim, kamu pasti bisa berjalan lagi. Aku mencintaimu, Bim."

"Aku tidak akan bisa membahagiakan kamu. Pergilah, Ser! Jangan pedulikan aku! Jangan mengasihani aku dan jauhi aku!"

Bima berhasil melepas tangan Seira yang memeluk tubuhnya. Dia mendorong kuat Seira untuk menjauh namun justru membuat kening Seira terbentur lemari.

Seira tidak menyerah dengan bulir bening yang terus berderai dia kembali mendekati Bima yang tengah mencabut infus dari lengannya. Bima meraih tiang infus lalu melempar kesembarang arah.

"Bim_"

"Pergi Seira! Pergi! Aku bilang pergi!"

...****************...

Seira menangis duduk dikursi sembari menatap Bima yang kini tengah terlelap. Dia terpaksa menyuntikkan obat penenang pada Bima agar pria itu tidak terus mengamuk.

Bima yang tampan memiliki tubuh tinggi dan gagah tentu saja tidak terima dengan kondisinya. Usia belum genap 26 tahun tapi dia sudah tak bisa berjalan.

Seira mengusap lelehan cairan bening di pipinya. Membenahi selimut Bima yang tersingkap kemudian bangkit menuju sofa. Seira merebahkan tubuhnya disofa setelah selesai mengobati keningnya yang memar.

Dia berbaring menghadap Bima yang sedang terlelap. Menatap wajah tenang pria itu kemudian memejamkan mata membuat cairan bening keluar kembali dari sudut matanya.

"Kamu pasti kuat, Bim, aku janji aku tidak akan pernah meninggalkanmu meski kondisimu tak seperti dulu lagi."

...****************...

"Dokter Seira," panggil dokter Vero membuat Seira yang hendak masuk ke ruang rawat Bima menghentikan langkah kakinya.

"Iya, dok, ada apa?"

"Bagaimana kondisi Bima sekarang?"

"Sudah lebih tenang, dia sudah mulai menerima kondisinya yang sekarang."

"Saya ingin melihatnya, boleh saya membesuknya?"

Seira menatap dokter Vero lebih dulu kemudian menganggukkan kepala.

"Bim," panggil Seira setelah masuk ke dalam ruang rawat Bima dan menghampiri pria itu yang sedang memalingkan wajahnya. Bima tidak menyahut dan tidak menanggapi panggilan dari Seira.

"Ini ada dokter Vero ingin membesukmu," ucap Seira memberitahu Bima.

Dokter Vero melangkah mendekat pada Bima, menghentikan langkah kakinya setelah tiba di sebelah Seira.

"Bagaimana kondisi kamu, Bim?" tanya dokter Vero tapi tidak mendapat jawaban dari Bima.

Bima tahu sekali dokter Vero menyukai Seira terlihat jelas dari cara pria itu menatap kekasihnya. Usia dokter Vero 3 tahun lebih tua dari Bima tapi pria itu jauh lebih sukses darinya. Dokter Vero memiliki karir yang baik juga usaha yang didirikannya sendiri.

Bima tentu saja tidak percaya diri bila dirinya dibandingkan dengan dokter Vero. Setiap kali melihat kedekatan Seira dengan dokter itu setiap kali itu juga Bima ingin menyerah dengan hubungannya. Seira lebih pantas bersama pria itu, bukan dirinya.

"Tetap Semangat, Bim, yakinlah kamu pasti akan sembuh," ucap dokter Vero yang masih tidak mendapat tanggapan dari Bima.

"Sebaiknya kamu kembali istirahat, Bim, maaf kedatangan saya menganggu kamu." Dokter Vero kemudian menatap Seira yang berada di sebelahnya.

"Dokter Seira, saya kembali keruang praktek."

"Iya, dok, terima kasih sudah menyempatkan diri membesuk Bima," ucap Seira yang diangguki oleh dokter Vero.

Dokter Vero keluar dari ruang rawat tersebut meninggalkan Seira dan Bima disana.

Seira melirik jam yang melingkar di lengannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi.

"Sudah jam 10.00, Bim, kamu harus minum obat terus istirahat."

Seira mengambil air minum dan obat yang harus Bima minum kemudian membawanya mendekat pada pria itu.

"Ayo buka mulutnya, diminum dulu obatnya."

Tak ada tanggapan dari Bima pria itu masih mengabaikannya.

"Bim ...."

Pyar!

Bima menepis tangan Seira yang memegang gelas membuat gelas itu seketika jatuh kelantai dan pecah.

"Aku hanya bisa merepotkanmu, Seira, aku tidak pantas untuk kamu."

Seira menggelengkan kepala. "Tidak, Bim, kamu tidak merepotkan aku. Aku tulus merawatmu, aku juga tulus mencintaimu."

"Banyak laki-laki yang lebih pantas untuk kamu, Ser, bisa membahagiakan kamu, bisa memberi nafkah lahir dan batin untukmu. Sementara aku tidak bisa. Aku ini cacat, Seira."

Seira menangkap kedua sisi wajah Bima, mengarahkan agar pria itu mau menatapnya.

"Aku mencintai kamu, Bim. Aku menerima kekurangan serta kelebihanmu. Aku juga tidak akan pernah meninggalkanmu."

Seira memeluk Bima yang menangis. Dia juga ikut menangis melihat Bima seperti ini tapi dia harus kuat demi Bima, demi menguatkan pria itu untuk bisa menerima kenyataan.

Terpopuler

Comments

Murni Zain

Murni Zain

semangat sehat Bima

2024-01-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!