Istri Tangguh Pria Lumpuh
Ninu.. Ninu.. Ninu..
Sayup-sayup suara sirine ambulans terdengar bersahutan mendekati rumah sakit.
Menurut informasi telah terjadi kecelakaan lalu lintas dengan korban terluka parah sebanyak lima orang.
Lima ambulans yang membawa korban kecelakaan kini telah tiba dirumah sakit. Beberapa dokter dan perawat bergegas menyambut pasien kecelakaan tersebut.
"Pasien ini kritis!" seru perawat laki-laki dari dalam salah satu ambulans begitu tiba di rumah sakit.
Perawat itu sudah memberikan pertolongan pertama namun kondisi pasien yang parah membuatnya cukup kewalahan. Pasien sudah tidak sadarkan diri, dengan luka parah ditubuhnya.
Darah yang bersimbah diwajah akibat benturan di kepalanya serta di bagian tubuh lain mengalami patah tulang. Oksigen bahkan sudah terpasang ditubuhnya. Selain luka parah, pasien juga mengalami kehilangan banyak darah akibat pendarahan dibagian kepala.
Seorang dokter wanita segera berlari menghampiri ambulans tersebut setelah mendengar seruan perawat disana.
Dia adalah Seira Wijaya, dokter muda berusia 25 tahun, cantik dan berprestasi. Dia bersama dua orang perawat membantu mengeluarkan branker dari dalam ambulans.
Namun tubuh Seira seketika melemas saat melihat wajah pasien tersebut ialah kekasihnya.
"Bima!"
Seketika Seira menangis histeris didepan mata kepalanya sendiri Bima memejamkan mata dengan kondisi sangat mengenaskan. Darah bersimbah diwajah pria itu serta luka-luka di bagian tubuhnya.
"Apa yang terjadi sama kamu, Bima?" Tangis Seira tak tertahankan, dia memeluk tubuh Bima yang berlumuran darah.
Dengan tangan gemetar Seira mengusap wajah Bima dari darah yang menutupi wajah sang kekasih. Seira dibantu dua orang perawat dan satu dokter pria mendorong branker Bima menuju ruang ICU.
"Bima jangan tinggalkan aku," lirih Seira terus menangis, menggenggam tangan Bima yang berlumuran darah. Tangan itu terasa lemas dan dingin membuat Seira semakin takut kehilangan Bima.
Seira sangat mencintai Bima, pria itu sangat berarti untuknya dan dia tidak ingin kehilangannya.
"Tenangkan diri anda, dokter Seira," ucap dokter pria yang sedang membantunya mendorong branker Bima menuju ruang ICU.
Dokter itu ialah dokter Vero. Namun perkataan dokter Vero bagai angin lalu karena Seira tak mendengarkannya. Seira terus menangis dengan isi kepala dipenuhi oleh Bima dan keselamatan pria itu.
"Aku mohon bertahanlah, Bima."
Seira terus menangis, mengajak Bima berbicara berharap pria itu mau merespon perkataannya dengan hanya menggerakkan jari tangan yang digenggamnya namun Bima sama sekali tidak merespon dirinya.
Tiba di depan ruang ICU Seira tidak diizinkan dokter Vero untuk menangani Bima karena kondisi Seira sendiri sangat kacau. Wanita itu tidak akan mampu menangani Bima dalam kondisi seperti ini.
"Dokter Seira tenangkan diri anda. Anda tidak diperbolehkan ikut masuk bila keadaan anda seperti ini," kata dokter Vero.
"Tidak bisa dokter Vero saya ingin menangani Bima." Seira hendak ikut masuk ke dalam ruang ICU namun tubuhnya ditahan oleh dokter Vero.
"Anda tidak bisa menangani Bima dalam keadaan seperti ini, biarkan saya dan perawat yang menanganinya."
Dokter Vero menutup pintu ruang ICU untuk segera menangani Bima. Seira menangis, menatap pintu ruang ICU yang ditutup oleh dokter Vero.
Seira ingin menangani Bima namun benar apa kata dokter Vero bila dirinya tidak bisa menangani Bima dalam keadaan kacau seperti ini.
"Ya Tuhan, selamatkan lah Bima. Aku sangat mencintainya," ucap Seira mendoakan Bima yang tengah berjuang antara hidup dan mati.
Seira duduk di kursi tunggu menunggu dokter Vero selesai menangani Bima. Kondisi Bima yang mengenaskan terus terngiang di kepalanya. Kemungkinan-kemungkinan buruk terjadi pada pria itu juga terus menghantuinya.
Bagaimana bila Bima tidak bisa bertahan?
Bagaimana bila Bima meninggal?
Seira menggelengkan kepalanya menangis deras disana dengan doa-doa yang terus dia lafalkan pada sang pencipta untuk keselamatan Bima yang sedang berjuang antara hidup dan mati.
Seira bangkit dari duduknya saat melihat dokter Vero membuka ruang ICU setelah 4 jam lamanya.
"Bagaimana kondisi Bima, dok?" tanya Seira setelah dia mengusap bulir bening dipipinya.bulir bening di pipinya.
Dokter Vero tidak langsung menjawab, dia menelisik penampilan Seira yang masih sama seperti tadi. Sangat kacau dengan pakaian terdapat banyak noda darah Bima.
Wajah Seira yang sembab juga tak luput dari pandangan dokter Vero.
"Kuatkan hati anda, dokter Seira," kata dokter Vero membuat Seira semakin takut hal buruk terjadi pada kekasihnya.
"Apa maksud anda dokter Vero?" tanya Seira dengan mata kembali memanas ingin kembali menangis.
"Bima mengalami gegar otak akibat benturan kuat di kepalanya yang menyebabkan dia koma. Selain itu Bima juga mengalami kelumpuhan akibat cidera tulang belakang."
Seira menggelengkan kepala dengan kaki melangkah mundur.
Bima koma?
Bima lumpuh?
Seira merasa dunianya runtuh, hatinya hancur mendengar apa yang dokter Vero katakan.
Dia tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya Bima setelah sadar dari koma kondisinya tak seperti dulu lagi. Bima pasti lebih hancur dari dirinya.
Bima dipindahkan ke ruang rawat VIP dengan alat medis terpasang ditubuhnya.
Seira melangkah mendekat pada Bima yang terbaring di ranjang pasien. Tak ada lagi Bima yang selalu menggodanya, memperhatikannya, dan selalu ada untuknya. Sekarang yang ada hanyalah Bima yang tengah koma dengan berbagai alat medis yang menopang pria itu untuk tetap hidup.
Seira menduduki kursi yang berada disana, meraih tangan Bima dan menggenggamnya.
"Bim, aku mencintaimu. Apapun yang terjadi padamu aku tetap mencintaimu," kata Seira dengan air mata yang mengalir deras.
Hati yang hancur tak bisa Seira gambarkan. Dia benar-benar hancur, meski begitu dia tetap mencintai Bima.
...****************...
10 hari berlalu...
Bima mengedarkan pandangannya yang tidak begitu jelas kepenjuru ruang rawatnya. Ruangan nampak sepi hanya terdengar suara alat pendeteksi detak jantungnya yang berbunyi.
Samar-samar Bima melihat sosok wanita yang dia cintai sedang menyuntikan obat pada infusnya.
"Sei-ra," panggil Bima membuat Seira yang baru saja menyuntikkan obat menoleh padanya.
"Bima!" Seira terkejut melihat Bima sudah membuka mata padahal tidak ada tanda-tanda Bima akan sadar dalam waktu dekat.
Seira langsung memeluk Bima, menangis haru disana sebab kekasih yang dia cintai telah sadar dari komanya.
"Akhirnya kamu sadar, Bim," ucap Seira mengusap bulir bening dipipinya.
"Sei-ra," panggil Bima lagi.
"Iya ini aku Seira. Sebentar ya aku periksa kondisi kamu dulu." Seira kemudian memeriksa Bima sesuai prosedur pemeriksaan pada pasien yang baru sadar dari koma.
Kondisi Bima baik-baik saja, dia tidak mengalami amnesia karena gegar otak yang dialaminya. Bima masih ingat semua kejadian yang dia alami selama hidupnya.
Namun...
Kenapa kakinya tidak bisa digerakkan?
Bima merasa kakinya mati rasa. Dia berusaha menggerakkan lagi kakinya tapi tetap tidak bisa. Bima menatap Seira yang tengah melepas alat medis ditubuhnya menyisakan infus yang masih tertancap di tangan kirinya.
"Ada apa?" tanya Seira sembari tersenyum pada Bima.
"Kenapa kakiku tidak bisa digerakkan?"
Pertanyaan itu sontak saja membuat senyum di bibir Seira menghilang.
*
*
Terima kasih buat readers yang sudah mampir, semoga betah bacanya..
Salam dari : Author Tri Haryani 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Ara Julyana
mampir kk
2024-02-02
1
Murni Zain
Awal cerita menyentuh, sedih' hanya perempuan hebat yg mau dn menerima.. keadaan Bima skrng 🙏🏼🥰🤗 salam Thor ikut nyimak ☺️
2024-01-24
1
Tara
hanya wanita tangguh yg siap berkorban segalanya 🤔🙏
2024-01-23
1