Bab 5

     Bab 5

"Niko... Niko!" ucap Sandra mem buyar kan lamunan ku.

Astaghfirullah... Rupa nya tadi hanya hayalan ku saja, batin ku. Aku pun jadi malu-malu sendiri kepada Sandra.

"Kamu kenapa, sih. Nik? kok bengong, mikirin apa'an?" tanya Sandra yang kebingungan melihat ku.

"Nggak mikirin apa-apa kok, San," sahut ku gelagapan.

Sandra pun manggut-manggut.

"Ayo kita jalan lagi, kuda kamu udah istirahat juga kan? aku buru-buru nih mau pulang," pekik Sandra yang tak sabaran.

"Yaudah-yaudah, ayo kita jalan lagi," sahut ku.

Dengan cepat aku pun melepas kan ikatan kuda kesayangan ku dari pohon tadi. Dan menarik kuda ku untuk segera di masuk kan ke kereta kuda lagi.

"Semangat, Dod," ucap ku kepada kuda kesayangan ku.

"Dod? Siapa itu, Dod?" tanya Sandra kebingungan.

"Ini, kuda kesayangan ku dan nama nya Dodi," sahut ku menjelaskan.

Sandra akhirnya manggut-manggut lagi, tanda ia mengerti dengan maksud ku tadi.

"Ayo kita jalan," ucap ku sa'at kami ber dua sudah ber ada di dalam kereta kuda. Sedangkan kuda kesayangan ku narik kami lagi.

Di perjalanan, tidak ada satupun dari kami yang bicara. Kami ber dua ter hanyut dalam pikiran masing-masing.

Tidak berapa lama, kami pun sampai di pekarangan rumah Sandra.

"Sandra... Kamu udah pulang, Nak?" ucap Seorang laki-laki yang kira-kira sudah ber usia 40 ke atas.

"Iya, Yah. Sandra udah pulang," sahut Sandra sambil mencium punggung tangan laki-laki itu. Dan per kira'an ku dia adalah Ayah nya Sandra.

"Siapa Anak laki-laki, kusir ini?" tanya laki-laki itu kepada Sandra.

"Dia nama nya Niko, Yah," sahut Sandra ramah kepada sang Ayah.

"Tuan... Tuan Bagas. Saya udah selesai membersih kan taman belakang rumah Tuan Bagas, Dan saya mau ijin pamit dulu ya, Tuan, anak saya lagi sakit di rumah," ucap salah satu suruhan, Ayah Sandra.

Apa?... Tuan Bagas!... Apa kah orang ini yang sudah Bapa cerita kan kepada ku, batin ku menginterogasi.

"Apa! berani-berani nya kamu mau pulang sekarang! kerja'an kamu masih banyak, tau!" sahut Ayah Sandra kepada orang suruhan nya itu.

"Tapi, Tuan... Anak saya lagi sakit di rumah, saya harus segera membawa nya berobat," ucap Darto orang suruhan tadi.

"Nggak!.. Nggak ada tapi-tapi an. Kamu harus kerja di sini sampai saya ijin kan kamu untuk pulang!" pekik Pak Bagas sambil mendorong orang suruhan nya tadi sampai ter jatuh ke tanah.

Ya ampun... Bener-bener nggak punya hati, Nih orang. Pantesan anak nya sombong dan arogan, batin ku sambil geleng-geleng kepala.

"Yah, biarin aja Pak Darto pulang, Yah. Kasian anak nya lagi sakit," saran Sandra sambil mengusap bahu sang ayah.

"Nggak, Sandra!... Orang kek gini kalo di kasih hati, lama-lama bisa ngelunjak!" sahut Bagas lagi.

"Tapi kan, Yah. Anak Pak Darto lagi sakit. Ayah ingat kan, dulu karna Ayah maksain kehendak, sama Ibu waktu Ibu lagi sakit, Ayah menyuruh Ibu agar memberi kan Ayah anak laki-laki, Ayah ingat kan apa akibat nya. Ibu jadi meninggal Yah!" ucap Sandra sedih.

"Dan setelah itu, Ayah menikah lagi dengan wanita muda yang sangat jahat ke pada ku, Apa kah Ayah tidak punya perasa'an sama sekali kepada orang-orang ter dekat Ayah, seperti aku ini, dari kecil aku sudah kehilangan sosok Ibu kesayangan ku," pekik Sandra lagi dengan sedih.

"Paling tidak untuk sekarang, Ayah harus mengubah sikap keras kepala Ayah! untuk mengijin kan Pak Darto mengobati anak nya, Bahkan untuk hari ini saja," pinta Sandra sambil menangis.

Melihat anak perempuan nya menangis. Bagas pun luluh. Dan mengijinkan Pak Darto untuk pulang dan mengobati anak nya.

"Baik lah, Sandra... Ayah akan mengijin kan Darto untuk pulang hari ini," ucap Bagas yang merasa ber salah kepada anak semata wayang nya.

"Terima kasih, Yah," ucap Sandra sambil ter senyum, senyuman nya sangat menawan.

"Sama-sama, Anak ku sayang," sahut Bagas sambil mengusap rambut Sandra pelan.

"Terima kasih Tuan Bagas. Kalau begitu saya pamit dulu," pamit Darto sambil beranjak pergi dari pekarangan rumah besar Bagas.

Bagas pun hanya menanggapi Darto dengan Anggukan pelan.

"Oh iya, Yah. Aku lupa mau bayar Niko, karena udah antar aku pulang," ucap Sandra sambil mengambil uang 20 ribu rupiah, dan mem berikan nya kepada ku.

"Kembalian nya buat kamu aja, Nik," ucap Sandra lagi.

"Makasih, San," sahut ku sambil menerima lembaran uang dari Sandra.

"Makasih ya Nak. Udah anterin Sandra anak saya," ucap Bagas ter senyum kepada ku.

"Iya, sama-sama Pak, Kalau gitu saya pamit dulu ya," pamit ku sambil beranjak pergi dari pekarangan rumah Sandra, membawa kereta kuda ku.

***

Kini aku sudah ber ada di dalam kamar Bapa ku, ber baring di ranjang lusuh Bapa.

"Pa... Sekarang Niko udah tau siapa itu Pak Bagas... Dia ada lah Ayah dari gadis sombong yang selalu Niko antar pulang," gumam ku sedih sambil mengusap bantal bekas tempat untuk Bapa ku menyandar kan kepala nya.

"Sekarang Niko harus gimana, Pa. Bagas adalah seorang saudagar kaya, sedangkan Niko hanya seorang kusir kuda. Bagai mana Niko bisa mengambil kembali apa yang menjadi hak kita dulu," gumam ku lagi sabil ber sedih.

Seketika, aku langsung teringat kepada Sandra. Dan langsung teringat akan taruhan ku ber sama Anto.

Bagai mana kalau aku mendekati Anak nya saja. Aku akan membuat Sandra mencintai ku dan ingin menikah dengan ku, dengan itu dendam Bapa akan ter balas kan dan aku akan mendapat kan harta Bagas yang memang menjadi hak ku, Karena uang tanah Bapa, yang tidak dia berikan kepada kami.

Besok, aku akan terus menggoda Sandra dan mendekati nya, agar rencana ku ber hasil, aku harus mendapat kan kembali uang Bapa, batin ku ter senyum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!