gadis sombong

Bab 2

Tidak lama kemudian Aku pun sampai di depan rumah nya, dengan petunjuk arah dari nya.

"Berapa bayaran nya, Bang?" tanya nya.

"15 ribu Neng," sahut ku sopan.

"Nih," dia lansung memberi kan uang sejumlah 50 ribu.

"Tunggu kembali an nya Neng," pekik ku sopan. Sambil memberikan kembalian nya kepada gadis yang ku kira adalah seorang putri yang ku temui waktu aku pingsan tadi.

"Em... Neng nama kamu siapa?" tanya ku lagi sa'at dia ingin beranjak pergi ke rumah nya.

"Kamu nggak perlu tau, siapa nama ku," sahut nya , lalu pergi ke rumah nya.

"Benar-benar gadis yang sombong, wajah nya saja yang cantik tapi ahklak nya buruk sekali," gumam ku, setelah kepergian gadis itu, entah siapa nama nya.

"Hey, Nik..." sapa teman ku yang bernama Anto.

"Hay, Nto, ngapain kamu di sini,?" tanya ku heran, karna Anto tiba-tiba sudah ber ada di depan kereta kuda ku.

"Kamu yang ngapain di sini, Di kampung ujung kerang, desa sebelah?" sahut nya lagi.

"Aku tadi baru aja anterin seorang gadis, yang sangat sombong," sahut ku kesal.

"Maksud kamu Sandra?, seorang gadis cantik yang rumah nya di situ?" tanya Anto lagi sambil menunjuk ke arah rumah gadis yang ku antar kan tadi.

"Iya, Nto. Kamu tau siapa dia?"

Aku pun heran karena Anto terlihat tidak suka kepada gadis itu.

"Dia itu adalah Anak dari saudagar kaya, di kampung ujung karang ini," sahut Anto antusias.

"Terus?" tanya ku lagi.

"Iya itu... Dia itu memang sangat sombong dan arogan, Nik. Aku nggak suka sama dia, Aku ada ide nih," celetuk Anto yakin.

"Ide apa'an Nto?" tanya ku heran.

"Gimana kalau kita taruhan aja," ucap Anto antusias.

"Taruhan?... Taruhan apa'an sih?"

"Kamu itu kan tampan, banyak gadis-gadis yang naksir sama kamu, tapi kalo kamu bisa mendapat kan cinta nya si gadis sombong itu, aku akan memberi kan kamu satu petak tanah sawah ku."

"Ah, yang bener nih Nto?" Aku ber semangat menjawab ucapan dari Anto tadi.

"Ya, bener dong. Emang sejak kapan aku bohong sama kamu?"

Aku pun cengengesan.

Anto ini adalah Anak dari Seorang Bos sawit di kampung Cobek Lama, yaitu kampung kami, walau pun anak orang kaya, tetapi Anto tidak sombong seperti gadis yang ku temui tadi.

"Yaudah kalau gitu, aku akan Terima taruhan kamu tadi," ucap ku yakin.

"Tapi kalau kamu nggak bisa membuat dia jatuh cinta sama kamu, maka kamu harus kerja di kebun sawit bapak ku selama sebulan, tanpa di gajih" sahut Anto lagi, ter lihat meremeh kan ku.

"Lah... Kok gitu sih!"

"Gimana? mau nggak taruhan sama Aku? bilang aja kalo nggak sanggup." Anto pun terlihat terus meremeh kan ku.

"Yaudah deh," sahut ku lemah. Namun jiwa ku ter tantang akan taruhan itu.

"Dil... Dil" kami pun ber jabat tangan.

***

Kini aku sudah sampai di rumah. Dengan membawa uang hasil kerja ku hari ini, yang tidak seberapa.

"Niko... Udah pulang Nak?" tanya Ibu ku yang ber ada di teras, sambil menyusun kue jualan nya,

yang masih ter sisa di meja.

"Iya, Bu. Niko udah pulang," sahut ku sambil mencomot kue jualan Ibu Ku.

"Ayo masuk Nak. Ibu udah siapin makanan untuk kita semua makan," ucap Ibu Ku sambil masuk ke dalam rumah, menuju dapur, untuk menata makanan di meja makan kami yang sudah lapuk.

"Pa, Indra, Lisa, Niko... Ayo makan, Makanan nya udah siap," panggil Ibu ku kepada Ku, dan Adik Adik ku yang ber nama Indra dan Lisa.

Aku ber gegas masuk kerumah dengan semangat, untuk makan ber sama keluarga.

"Wah... Ada Ayam, sama sayur kangkung," pekik Lisa adik ku yang paling kecil, yang ber usia 12 tahun.

"Iya, Sa. Kalau gini terus hari-hari Aku akan tambah gemuk," sahut Indra semringah, Adik ku. Kakak dari Lisa, yang usia nya sudah 15 tahun. Sedang kan umur ku sudah 21 tahun.

"Alhamdulillah, Nak... Hari ini kita bisa makan enak lagi," sahut Ibu ku bersyukur sekaligus senang karena kita selalu makan apa ada, nya jika uang hasil kusir kuda hanya sedikit dan hasil jualan kue waktu sepi pembeli.

"Uhuk, Uhuk, Uhuk...." Bapa selalu ter batuk-batuk kala ber jalan menuju meja makan, karena kami tidak mampu untuk membeli kursi roda untuk Bapa ku.

"Bapa... Seharus nya Bapa diam aja di kamar, entar Niko bakalan anterin makanan nya ke kamar Bapa," ucap ku hawatir ke pada Bapa.

"Bapa nggak papa kok, Nak. Bapa bisa jalan, kasian Kamu selalu mengantar makanan untuk Bapa setiap waktu makan," sahut Bapa sedih.

"Nggak papa, Pa. Itu sudah kewajiban Niko untuk ber bakti kepada Bapa." Aku memeluk Bapa, dengan perasa'an sedih.

***

Pagi tiba, Aku ber gegas untuk berangkat kerja, mencari nafkah, itu adalah tujuan pertama Ku sebagai tulang punggung keluarga.

"Bu, Niko mau pamit kerja dulu, ya," kata ku yang sudah selesai makan, sambil ber gegas pergi, setelah ber pamitan ke pada Bapa dan Ibu ku. Sementara Lisa dan Indra sudah berangkat ke sekolah.

"Hati-hati ya, Nak," sahut Ibu sambil menata kue-kue dagangan nya di meja.

"Iya, Bu." Aku berangkat membawa kereta kuda dengan penuh semangat setiap hari nya.

Seperti biasa, para emak-emak langganan ku semua sudah pada ngumpul di tempat biasa nya mereka menunggu ku, untuk segera mengantar kan mereka, ketempat tujuan masing-masing.

"Hari ini Aku duluan ya, Bu-Ibu."

"Enak aje, Aku dong."

Seperti itu lah per debatan mereka setiap hari nya. Sebenar nya Aku sudah bosan sih, dengan semua ini. Nasip-nasip punya wajah tampan tapi mau gimana lagi, udah kerja'an setiap hari.

Setelah selesai mengantar para Ibu-ibu ke tempat tujuan mereka masing-masing Aku ber gegas ingin pulang, karena sudah jm 1 siang.

Di perjalanan tidak sengaja Aku ber temu gadis sombong itu lagi, entah sedang apa dia di pinggir jalan sini.

Aku terus membawa kereta kuda ku tanpa menghirau kan gadis sombong itu ketika lewat di depan nya.

"Hei, Bang. Tunggu!" teriak gadis itu kepada ku.

Aku menghentikan kereta kuda ku.

"Kenapa, Neng?"

"Kamu kusir kuda kemaren yang anterin aku ke rumah kan?"

"Iya, Neng. Emang kenapa?

" Sekarang anterin aku lagi hari ini ya, Bang... Aku mau kamu anterin aku terus setiap hari ya, Bang," ucap gadis itu entah kenapa sikap nya masih saja se arogan kemarin.

"Harus... Emang kamu siapa aku?" tanya ku tidak suka.

"Asal kamu tau, Ya. Aku ini adalah anak orang ter kaya di kampung sebelah, jadi jangan kan nyuruh kamu, beli kamu sama kereta kuda kamu pun aku mampu," pekik nya sinis, dengan meremeh kan ku.

"Ma'af ya. Aku mau pulang. Nggak ada waktu untuk anterin gadis sombong seperti kamu," sahut ku sambil menjalan kan kereta kuda ku.

"Ehh, Tunggu-tunggu. Kamu harus anterin aku, Bang. Kalau tidak aku akan teriak sekarang, dan memberi tahu semua orang kalau kamu mau memperkosa ku," ancam nya sambil masuk ke dalam kereta kuda ku.

"Teriak aja, Aku nggak peduli," sahut ku yang tidak percaya.

"Tolong!... Tolong!--" teriak nya dengan keras.

Aku ber gegas me nutup mulut nya dengan tangan ku, karena takut akan banyak warga yang akan datang.

"Emmm, emmm!" Walau pun mulut nya sudah ku tutup dengan tangan ku, namun dia masih saja ingin ber teriak.

"Diem... Diem, yaudah aku akan anterin kamu sampai rumah, tapi jangan teriak lagi!" pekik ku kesal.

Namun aku tidak sadar sudah ber ada di dekat nya, jarak kami sangat lah dekat sehingga hembusan nafas nya terasa di wajah ku.

Aku menatap wajah nya dengan teliti, Cantik. Memang sangat cantik, batin ku.

Ter nyata Gadis sombong ini juga menatap wajah ku yang sangat begitu dekat dengan wajah nya.

Lama kami diam dalam posisi seperti ini, Tiba-tiba...

"Woyyy... Ngapain kalian?!" tanya seorang Bapak tua yang kebetulan lewat di depan kereta kuda ku.

Aku langsung ter kejut, dan segera melepas kan Gadis sombong ini. Suasana pun menjadi canggung.

Aku menjauh dari nya dan ber niat mengantar kan nya ke rumah.

"Ya sudah, Aku akan mengantar kan Kamu kerumah mu," ucap ku gugup. Setelah apa yang barusan ter jadi.

"Iya, makasih," sahut nya canggung.

Terpopuler

Comments

A. Nusantari

A. Nusantari

waduuhhh

2024-01-24

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!