Cafe Halusination, dimana Ron dan Zal sudah bersantai di ruang VIP bersama dengan 2 orang wanita sebagai penari di bilik VIP.
Kota Hamparan Batu memiliki aturan hukum yang unik, dimana para remaja di perbolehkan untuk bersenang-senang dengan cara apapun, tapi tetap mendapat hukum bila sudah keterlaluan.
Anak-anak di kategorikan dengan kisaran umur 11 tahun kebawah, sedangkan remaja 11 tahun sampai 16 tahun, kategori dewasa 16 sampai berumur dengan sebutan Tua.
"Dek, mau aku goyangin?" Goda salah satu wanita di hadapan mereka. Wanita itu asik meliak liukan pinggulnya di iringi lagu remix ala-ala aplikasi sosmed ber logo tunas kelapa.
"Boleh" jawab Zal sambil menyandarkan dirinya di sandaran sofa, satu tangan menenteng rokok mild.
Ron bodo amat dengan goyangan wanita satunya dia lebih fokus untuk berbincang dengan calon kekasih barunya yang belum resmi berstatus pacaran.
cuph.
"Ah, Ron jangan dulu, ada Zal aku malu" Ucap Sinta menolak.
"Iya Sinta," Sahut Ron membersihkan bibir Sinta.
"Lu gak ambil jatah Ron?" Tanya Zal yang maksudnya mengambil jatah dari para wanita yang ada di cafe halusination.
"Gak, buat kamu aja semua" jawab Ron sambil menyalakan rokok dan menyaksikan kakak cantik berpargoy di hadapan Zal.
Sinta menarik ujung baju kaos lengan panjang Ron,
Ron menoleh ke arah Sinta "ada apa, Sinta?" Tanya Ron mendekatkan telinganya ke wajah Sinta.
"Kita keluar yuk, agak pengap di sini" Jawab Sinta tidak terbiasa dengan lagu lagu remix dan ruangan gelap plus lampu seperti diskotik.
"Baiklah," sahut Ron. Lalu memalingkan kepalanya ke arag Zal.
"Zal, aku duluan ya, mau anter Sinta pulang" Ucap Ron nyaring di dekat telinga Zal.
"Okee, hati-hati yakk" Sahut Zal tidak mempermasalahkan. Dia terus menikmati pargoy-an kakak cantik yang mulai bermain di atas paha Zal.
Ron menggandeng tangan Sinta sambil beriringan berjalan. Telapak tangan mereka menyatu, Sinta meremas erat tautan tangan Ron, disaat berselisihan dengan laki-laki yang menatap nakal padanya.
"Kita ke taman aja yuk, Sinta" Ajak Ron, menarik tangan Sinta, mensejajarkan langkah mereka, dan Ron merangkul pundak Sinta.
"Boleh" Sinta menerima dan tersenyum, dan mengaitkan tanganya di pinggang Ron.
Ron membawa mobil malam itu, sebenarnya dia belum di perbolehkan untuk membawa mobil akan tetapi dengan keahlian bicaranya, akhirnya Papah Ron, mengijinkan Ron untuk mengendarai mobil.
Sinta membeli jajanan pinggir jalan dan segelas minuman ber boba, Sinta kegirangan karena orang yang pertama kali dia cintai mengajaknya mengabiskan malam.
"Sinta" Panggil Ron, yang duduk si sisi kiri Sinta.
Sinta menoleh ke samping sambil meminum boba nya.
"Jujur, kecantikan kamu membuat aku lupa akan siapa diriku ketika di dalam room tadi, maaf sudah mencium mu tanpa memberi tahu mu lebih dulu" Ron meraih wajah Sinta yang masih menyedot minumanya.
"Tapi aku benar-benar suka sama kamu, apa boleh kita berpacaran mulai saat ini? Akan amat terasa pilu jika kita tidak menjalin hubungan, benar kan?" Tanya Ron memberikan rayuan maut pada Sinta.
Sinta tersenyum dengan sedotan masih menancap di mulut dan menempel erat di bibir manisnya, matanya sipit akibat senyuman yang tertahan kedua tangan Ron.
"Aku mau, sebenarnya aku juga suka sama kamu pas pertama kali kita bertemu" Jawab Sinta menurunkan minumanya.
Setelah mendengar itu, Ron langsung Sinta di hadapanya dengan lembut. Beberapa detik kemudian Ron lalu berdiri sambil meraih tangan Sinta.
"Ikuti aku" Ron menggandeng tangan Sinta menuju parkiran.
"Kemana Ron?" Tanya Sinta bingung, dahi nya berkerut di penuhi rasa penasaran.
"Merayakan hari jadian kita" jawab Ron dengan senyum dan maksud yang pastinya berakhir satu malam penuh di sebuah hotel.
Namun belum sempat Ron masuk ke dalam mobil, sebuah batang besi menghantam kepalanya dari belakang.
Plankkk...
Brukkk....
Ron langsung tersungkur tidak sadarkan diri, setelah mendapat benturan keras di belakang kepalanya, sebelum benar-benar kehilangan kesadaran Ron sempat melihat sosok laki-laki yang memantau dari kejauahan.
"Sialan Lu...." gumam Ron, menutup matanya dan kehilangan kesadaran.
Melihat Ron yang tersungkur tak berdaya, pelaku pemukulan berserta 5 anak buahnya yang lain, membawa Sinta ke sebuah tempat yang sudah di tentukan.
Sosok lelaki yang terakhir kali di lihat Ron, sedang tersenyum puas, hatinya kegirangan melihat Ron terungkur tak sadar-kan diri.
***
Ron membuka matanya secara perlahan, tubuhnya sangat lemah dan tak bertenaga, matanya menyisir ruangan, melihat awan-awan dari balik jendela, aroma khas anastesi tercium di rongga hidungnya, dengan jarum infus yang masih menancap di pembuluh darah Ron.
"Mah, Pah," Ucap Ron pertama kali ketika sadar.
Ronny dan Bee langsung menghampiri Ron.
"Syukurlah kamu sudah sadar Nak" Bee memeluk Ron dan menangis.
"Maafin aku Mah ngerepotin" Ucap Ron dengan penuh rasa penyesalan.
"Gak ada yang salah, kamu istirahat dulu untuk memulihkan diri kamu ya sayang" ucap Bee dalam tangisnya.
"Iya Mah" sahut Ron masih lemah.
"Maaf, Pah aku gagal melindungi diri" Rintih Ron kepada Papah Ronny.
"Jangan di pikirin, yang utama bagaimana caranya kamu itu pulih, kehidupan tidak ada yang mulus seperti kehendak kita, Ron" Sahut Papah Ronny menyemangati Anaknya.
"Makasih Pah" Ron memejamkan matanya, air mata mengalir di sudut mata Ron.
Ron sudah terbaring selama 3 bulan di rumah sakit dalam ke adaan koma, tubuhnya sekarang kurus seperti mayat hidup, nutrisi hanya di penuhi oleh cairan infus saja, dan untungnya selama itu dia dapat bertahan.
Dalam koma nya Ron selalu di hantui dengan sosok yang terlihat pada malam penyerangan dirinya, Ron memejamkan mata dan mengutuk sosok tersebut.
"Gw bikin perhitungan pada lu suatu saat nanti" gumam Ron mengepal kedua tanganya.
***
Di tempat lain, tepat nya gudang bekas logistik, Bagas sekarang sedang asik dengan menikmati sebotol soda, wajahnya terlihat beringas dari sebelumnya, dia memiliki beberapa pengikut setia mulai dari teman sebaya dan beberapa preman yang di sewanya.
"Udah bangun ya ternyata!" Ketika mendengar laporan dari salah satu anak buahnya mengenai Ron.
Bagas beranjak dari kursinya lalu menuju sebuah kamar dimana dalam kamar itu ada dua wanita berumur sama denganya.
Dengan wajah ketakutan wanita-wanita itu meringkuk dan memohon untuk di bebaskan, Bagas tidak memperdulikan mereka berdua, yang ada nasib kedua wanita itu semakin menderita ketika Bagas mulai menjamahi tubuh wanita itu satu persatu.
Tidak ada perlawanan, karena kedua wanita itu hanya dari golongan rakyat biasa, tidak mungkin untuk melawan Bagas, sebagai salah satu orang terkaya dan berkuasa di Kota Hamparan Batu.
Sinta pun sudah tidak bersekolah dan tinggal di kota itu lagi, habis kejadian penyerangan Ron, Sinta juga mendapat imbas dari keganasan Bagas, dia di bawa ke sebuah gudang kosong lalu Bagas mulai menikmati tubuh Sinta, sampai terkena mental.
Bagas memiliki jiwa mafia yang turun dari ayahnya, Ayah Bagas seorang pimpinan mafia di bidang hiburan, meliputi diskotik, bar, kasino, dan tempat hiburan lain.
Kota Hamparan Batu memiliki tingkatan kasta yang terbagi menjadi dua, pertama uang, kedua kekuatan.
Siapa yang mempunyai kekuatan disitulah dia memiliki jabatan, sedangkan dia yang memiliki kekuatan disitulah mereka akan menjadi raja jalanan.
Berbeda dengan orang yang memiliki uang dan kekuatan, keluarga itu akan di anggap menjadi raja segala Raja.
Namun sangat kecil kemungkinan untuk seseorang atau sebuah keluarga yang memiliki status Raja, sebab mayoritas ini akan menutup diri dan tidak ada publik yang mengetahuinya.
Hamparan Batu memiliki satu keluarga yang menempati puncak rantai kasta, yaitu dari keluarga Huang, akan tetapi sedikit informasi tentang keluarga ini.
***
Ron sudah kembali pulih sepenuhnya, dia sekarang mulai melatih fisik dan stamina kembali, sudah satu bulan pasca bangun dari koma, Ron memiliki rutinitas baru di kehidupanya.
"Empat sembilan, Lima puluh" Ron menyetop push up nya lalu menyeka keringatnya dengan handuk.
"Sayang, istirahat dulu, udah dari pagi kamu gak ada istirahat nya" Ucap Bee yang sedang memantau Ron dari kursi di ruangan latihan olah raga Ron.
"Iya Mah" Ron mendekati Bee, dan mengambil minuman protein serta menenggak dua biji telur ayam kampung.
"Besok kamu mulai bersekolah di SMA Penuh Harapan, semua keperluan sudah Mamah siapin, jadi sisain energi kamu buat besok" Bee menatap Ron yang sudah berwujud remaja tampan penuh ambisi.
"Baik Mah, terus bagaimana rapot dan nilai-nilai ku mah?" Tanya Ron memasang singlet nya.
"Semua sudah Papah kamu urus, kamu tinggal mengikuti pelajaran aja, dan Mamah minta kamu belajarlah yang bener, jangan sesekali membuat masalah di sekolah" Bee melarang Ron untuk berbuat masalah atau menimbulkan masalah di sekolah barunya.
"Aku mengerti Mah" Ron beranjank dari kursinya, Ron menuju kamar mandi untuk membuang peluh dan menyegarkan diri.
"Sekolah baru ya! Sepertinya tidak buruk, sesuai rencana, aku akan membalasmu Bro, tunggu saja tanggal mainnya, Bagas" Gumam Ron menyeringai menatap bayanganya di cermin kamar mandi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments