3. Bagas Tapanalu

Tringgg.. Tringgg... Tringggggggg.....

Tiga kali bell panjang berbunyi, menandakan waktu pelajaran berakhir.

Para guru di kelas berbeda keluar lebih dulu menuju ruang kantornya masing-masing, di susul dengan siswa siswi penghuni kelas yang juga ingin segera pulang.

Ron sudah lebih dulu berada di parkiran, duduk di atas motor beat karbu sambil memainkan handphone, sembari menunggu Sinta keluar dari gedung sekolah.

Ron terkenal dengan julukan Assasin, sebutan itu di dapat ketika setengah bulan yang lalu, Ron bersinggungan dengan seorang siswa kakak tingkat karena masalah adu jago.

Kala itu Ron yang asik duduk bersama Zal, di kejutkan dengan kehadiran Wesley, yang mana kakak kelas Ron di sekolah, Wesley terkenal dengan kenakalan remaja nya, suka merundung siswa lemah di sekolah favorit.

Wesley memberi sebuah tinjuan ke arah wajah Ron, namun Ron hanya mengerak-kan kepalanya sedikit ke samping, dan pukulan Wesley hanya mengenai angin.

Ron tanpa membuang waktu, Ron dengan sigap langsung memberikan upercut pada dagu Wesley, seketika Wesley terjatuh dengan sekali pukulan, banyak pasang mata yang menyaksikan langsung menobatkan Ron dengan sebutan Assasin.

***

"Sinta?" Ron memanggil Sinta dengan lambaian tangan.

Sinta langsung menoleh ke arah lambaian tangan Ron, dan berjalan menghampirinya.

"Ayo kita pulang" Ron memasang helm Bogo ke kepala Sinta, Helm Bogo Zal yang sengaja di tinggal, karena Ron meminjamnya untuk kepala Sinta.

"Makasih Ya Ron" Sinta tersenyum tidak bisa menunduk karena Ron sedang mengunci Helm yang dikenakan oleh Sinta..

"Hey, pipi kamu merah banget tuh" Goda Ron menyentil pipi Sinta, Ron tersenyum dan menaiki motornya.

"Hehe" Sinta tersenyum lebar dan malu.

Ron sudah menyalakan motor metiknya, disusul dengan Sinta yang menaiki jok penumpang di belakang, tanpa disuruh Ron untuk naik.

"Woy, turun lu, bangsad!!" Bagas datang dari depan dan menahan kenderaan Ron dengan menghalangi jalan Ron.

Bagas datang bersama 2 teman atau di sebut anak buahnya, tengah menenteng badan di hadapan motor Ron yang hampir berjalan.

"Mau apa kamu, Bagas?" Tanya Ron dengan suara datar dan terdengar berat.

"Kenapa lu berani deketin Sinta, gw gak beri ampun buat siapa pun yang berani deketin Sinta." Bagas mengoceh dengan wajah memerah karena emosi.

"Bagas, aku udah berkali-kali bilang ya, aku gak suka sama kamu, gausah lagi deh kamu ngejar-ngejar aku" Sahut Sinta dari belakang pundak Ron.

"Gw tetep mau elu, jadi wanita gw sampai kapan pun gw akan berusaha mendapatkan elu Sinta" Ucap Bagas dengan wajah tambah memerah karena kesal, mendengar penolakan langsung dari mulut Sinta.

Klakk. Standar satu di turunkan, Ron melepas helmnya dan turun mendekat ke arah Bagas

"Kamu punya telinga? denger sendiri kan tadi, Sinta udah nolak kamu secara terang-terangan, jadi buat apa kamu masih ngotot buat dapetin dia?" Ron mulai terpancing emosi, Ron berbicara dengan suara datar dan tidak mengalihkan pandangan menusuk tajam pada mata Bagas.

"Bangsatt, Lu" Bagas melayangkan pukulan ke pipi Ron, dengan sekuat tenaga.

Bughhh....

"Aahhhhh, sakitt" Ucap Bagas ketika sebuah tendangan mendarat tepat di ulu hatinya, sebelum pukulan Bagas mengenai pipi Ron.

Dua anak buah Bagas bergidik karena memang mereka salah mangsa kala itu, mereka hanya berdiri sambil memundutkan langkahnya pelan-pelan.

Ron maju dan menginjak tangan kiri Bagas yang menumpu tubuhnya di lantai parkiran. Bagas meringis menahan sakit pada bagian dada, dan tangan yang di injak Ron.

"Mulai besok, gausah gangguin Sinta lagi, karena mulai besok dia adalah wanita ku," ancam Ron, dengan suara berat, lalu Ron berbalik meninggalkan Bagas, menaiki motornya dan langsung memutar Gas.

Whossshhh....

Ron melengos di hadapan Bagas yang masih terduduk di lantai paping parkiran, sambil menahan sakit di dada dan tangannya.

Bagas yang tersungkur di hampiri dua anak buahnya untuk membantunya berdiri.

"Tololl, kenapa diam aja, adeeehh" Bagas mengumpat sambil mengkeplak kepala anak buahnya, lalu merintih kesakitan.

"Maaf kan kami Boss,.." ucap Satu dari dua anak buah Bagas.

"Sial" Gerutu Bagas sangat emosi dan kesal, karena sama sekali tidak bisa melawan atlit bela diri yang bernama Ron itu.

Setelah Ron dan Sinta keluar gerbang sekolah, mereka mengambil jalur kiri, untuk menuju arah rumah Sinta.

"Apa itu gak keterlaluan Ron" Ucap Sinta menyayangkan perlakuan Ron pada Bagas.

"Kamu lihat sendiri kan, siapa yang nyerang aku lebih dulu" Sahut Ron fokus memandu kuda besinya di keramaian kota.

"Bener juga sih, makasih ya, aku sangat risih ketika di kejar-kejar sama bagas setiap hari, udah tau aku gak suka masih aja ngejar-ngejar aku" Keluh Sinta berbicara di samping helm Ron.

"Ya jelas lah, kamu kan emang Cantik" Goda Ron berbicara sambil mendekatan sumber suaranya ke depan wajah Sinta.

"Gombal banget sih" Sinta tersipu malu mendengar pujian dari Ron.

"Lah dikira gombal" Ron menyangkalnya, dan menarik tangan Sinta di samping untuk memeluknya.

Sinta tidak memberikan perlawanan dan dengan senang hati memeluk Ron sepanjang perjalanan pulang.

Perjalanan begitu lambat, Ron mengemudikan motornya dengan cukup pelan, karena ia ingin merasakan nikmatnya pelukan seorang wanita di atas kuda besinya.

Hembusan angin polusi menerpa setiap kali berselisihan dengan pengendara lain, motor mobil dan truck silih berganti melewati mereka.

Sepuluh menit kemudian Ron dan Sinta sudah berada di area Komplek Perumahan Ketapi.

"Blok dan Nomer berapa rumah elu, Sinta" Tanya Ron memperlambat speed motornya.

"Blok M, nomer 60, terus aja dari sini, pas mentok belok kanan, nah paling ujung sebelah kiri rumah ku" jawab Sinta sembari memberikan arahan jalan pada Ron, dengan tangan.

Rin sudah berhenti di depan Rumah 2 tingkat dengan ukuran lumayan besar berdiri kokoh di sisi jalan, terpampang di sisi pintu tulisan plat aluminium nomer rumah dan blok rumah.

"Kita sampai!" Ucap Sinta turun dari motor Ron.

"Mudah banget ya jalannya, kalo aku jemput nanti malam gak bakal kesasar nih" Ron pura-pura celingak-celinguk mengenali situasi komplek, padahal area itu sudah ia hapal, karena rute jogging Ron setiap pagi.

"Hah! Maksudnya, nanti malem?" Tanya Sinta kebingungan karena ucapan Ron sangat Ambigu.

"Yaudah, aku pulang dulu ya cantik" Ron mengambil helm bogo di tangan Sinta dan melengos meninggalkan Sinta.

Sinta cuman melambai tanpa membalas kata-kata dari Ron, Sinta masih memikirkan kalimat Ron.

"Nanti malem? Apa dia mau ajak jalan? Tapi kok gak ada kata ajakan?" Pikir Sinta bingung. Berbalik menuju pintu rumah nya.

***

Ron adalah cowok tidak cool yang suka menghabiskan waktu di luar rumah, Ayah dan Ibu nya memilih untuk membiarkan jiwa brutal Ron, asal tidak tersandung kasus 378.

"Aku pulang" Ucap Ron ketika masuk kedalam rumah.

"Dari mana Ron, kok telat pulangnya" Pekik Seorang wanita berumur 35 tahun dari arah dapur.

"Dari rumah temen Mah, Mamah masak apa?" Jawab Ron lanjut dengan bertanya, sembari menghampiri Bee di dapur.

"Masak Capcai, kamu mau minum kopi, biar mamah bikinin!" Ucap Bee sambil mengaduk masakan dalam wajan yang bertengger di kompor.

"Gausah Mah, aku mau mandi dulu" Sahut Ron setelah mencium pipi Bee, lalu dia pun berlanjut menuju kamarnya di lantai 2.

"Kalo kamu mau jalan, makan dulu ya?" Pesan Bee pada Ron.

"Siap Mah"

Ron pun masuk ke dalam kamarnya, lalu mengganti bajunya dengan pakaian casual serba hitam, Ron juga memutar musik metal dalam kamarnya yang kedap suara.

Tring.. Sebuah pesan wasap masuk.

"Ron tempat biasa kah?" Pesan WhatsApp dari Zal.

"Lagi males jalan gua Zal" Balas Ron.

"Yah.. Padahal seru malam ini, kan malam sabtu Bro" Zal mencoba membujuk sahabatnya agar mau ikut jalan-jalan.

Ron berpikir sebentar sebelum membalas pesan dari Zal,

"Oke nanti gw jembut" Balas Ron menerima ajakan Zal. dengan memplesetkan ujung katanya.

"Malam ini gw yang traktir lu tenang aja, hehe" Balas Zal dengan emot memperlihatkan gigi di akhir kalimat.

***

Di tempat lain, Bagas dan beberapa anak buahnya sedang berkumpul di sebuah cafe untuk berpesta.

Bagas Tapanalu seorang lelaki tengil yang memiliki kekuasaan oleh ketenaran orang tuanya, terutama Ayah nya.

Keluarga Tapanalu menempati urutan nomer 5 dalam kebangsawanan Kota Hamparan Batu, memiliki beberapa perusahan dan memiliki relasi yang lumayan kuat di kotanya.

"Boss, apa rencana buat balas dendam kepada Ron, tidak berlebihan" Tanya Gon si anak buah kepercayaan Bagas.

"Lu tenang aja, semua masalah nanti biar papa gw yang urus, kalian tinggal ikuti arahan dan jalankan rencana sebaik mungkin" Ucap Bagas menenteng gelas Bir di tanganya.

"Siap Boss" Sahut Gon.

"Tunggu aja lu Ron, sehebat-hebatnya elu kelahi, apa bisa melawan rencana yang sudah gw siapin" Gumam Bagas dalam hati lalu tertawa menuruti seorang pimpinan mafia.

Padahal para cecunguk Bagas hanyalah bocil-bocil ingusan saja, yang kerjaanya minta cuan sama orang tua buat berfoya-foya dan merengek kalau kehabisan cuan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!