Putri Mafia

Putri Mafia

Lelucon Finansial

Entah bagaimana, dengan kilatan cahaya aneh, aku tiba-tiba saja berada dalam dunia novel.

Bukan sebagai pahlawan super atau petualang berani, tapi sebagai karakter figuran dengan peran yang entah kenapa sangat kocak.

Aku adalah seorang putri dari mafia, kok iso?

Suasana tiba-tiba berubah ketika pelayan dengan penuh seriusnya mengetuk pintuku.

"Non, disuruh turun, makan malam bareng," ucapnya seolah-olah itu adalah hal yang lumrah.

Aku, dengan cepat seperti badut dalam pertunjukan sirkus, membuka pintu dengan ekspresi sok sopan.

"Makasih ya, mbak," ucapku dengan serius seolah-olah aku adalah putri seorang mafia sehari-hari.

"Iya, sama-sama, non," jawab pelayan dengan kikuk, seolah takut mencelakakan karakter figuran ini.

Dia menundukkan kepalanya, dan tanpa alasan yang jelas, aku juga ikut menundukkan kepalaku.

Semakin ia menunduk, semakin dalam pula aku menundukkan kepala, seolah berlomba-lomba menciptakan pertunjukan tunduk yang epic.

"Kamu ngapain?" tanya kak Candra, sosok ganteng yang terlihat seakan-akan selalu siap berpose untuk sampul majalah fashion.

Aku dan si pelayan, yang entah darimana munculnya, secara bersamaan menoleh ke arahnya.

Sayangnya, si pelayan lebih memilih untuk menundukkan kepala dan menghilang tanpa jejak.

"Ngapain tadi?" tanya kak Candra.

"Tadi mbaknya nundukin kepala, jadi aku ikut-ikut aja," jawabku, mencoba menjelaskan situasi aneh yang baru saja terjadi.

Kak Candra, yang seolah-olah sedang mengikuti audisi untuk menjadi model maskot permen karet, terlihat seperti sedang menahan tawa dengan setengah hati.

Matanya berkaca-kaca, dan seolah-olah dia sedang berjuang untuk tidak meledak dalam tawa.

Aku terus berusaha mempertahankan ekspresi seriusku, meskipun di mataku, kak Candra terlihat seperti sedang menahan eek.

Apakah dia akan terus bertahan atau akhirnya meledak dalam tawa?

Aku menunggu dengan antisipasi, menyadari bahwa kehidupan di dunia novel ini benar-benar penuh dengan kejutan kocak yang tidak terduga.

"Ayok turun," ajak kak Candra dengan nada dingin, seolah-olah cuaca di sini memang selalu dingin.

Aku hanya melongo, seakan-akan pertama kali melihat manusia ganteng tapi sengklek di dunia novel.

Sengklek atau tidak, tetap saja dia terlihat menarik dengan pose eksperi cool-nya.

Aku mengikutinya dengan langkah gontai, bertanya-tanya apakah semua anggota keluarganya akan se-hipster dan se-misterius kak Candra.

Saat aku sampai di meja makan, ternyata sudah berkumpul seluruh anggota keluarga. Ada Deddy bernama Arham, yang entah kenapa aku bayangkan seperti seorang pemain gitar di band indie.

Kakak pertama, Leon, yang tampaknya sibuk memainkan ponselnya dengan sangat antusias, dan kakak kedua, si dingin nan eksperi cool, Kak Candra.

Sementara itu, aku diperkenalkan sebagai Putri Halisa.

Sambil merenung, aku mencoba mencerna betapa anehnya kehidupan di dunia novel ini, di mana setiap orang sepertinya memiliki aura misteriusnya sendiri.

"Ayo makan," ucap Deddy, dengan semangat yang sedikit memecah keheningan.

Semuanya mengangguk seperti anak kucing yang tahu bahwa saat makan adalah waktu paling dinanti-nantikan.

Kak Leon, dengan wajah yang terlepas dari layar ponselnya, menyimpan gadget-nya.

Kami duduk di sekeliling meja makan dengan penuh eksistensi, namun makan dalam diam.

Seakan-akan keheningan ini adalah cara kami berkomunikasi di dunia novel yang tak terduga ini.

Suasana makan seperti diacuhkan, dan aku hanya bisa memperhatikan ekspresi misterius di wajah keluarga mafia ini.

Sambil menyantap hidangan, pikiranku melayang-layang, mencoba memahami lebih dalam tentang dunia ini.

Aku hanya seorang karakter figuran, tapi rasanya ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini.

Apakah aku akan terlibat dalam intrik mafia atau mungkin jatuh cinta pada salah satu kakak-kakak tampan ini? Well, inilah dunia novel yang aneh.

Kami selesai makan, dan seperti keluarga mafia yang penuh misteri, kami langsung berkumpul di ruang keluarga.

Aku, seorang karakter figuran yang baru saja terperangkap dalam dunia novel ini, hanya bisa duduk di pojok sofa seperti tikus yang takut dimakan kucing.

Sejenak, aku merasa seolah-olah sedang menjadi bintang reality show ala mafia.

"Kamu kenapa?" tanya Kak Leon dengan ekspresi penuh kekhawatiran.

Semua mata dalam ruangan seketika tertuju padaku, seolah-olah aku adalah artis utama di acara ini.

Aku merasa seperti sedang diinterogasi oleh detektif-detective keren ala mafia.

"Ada masalah di sekolah barumu?" tanya Deddy dengan nada serius, mencoba meredam ketegangan.

Aku hanya memutar mata dan menjawab, "Enggak ada sama sekali," sambil menyajikan senyuman yang sepertinya lebih mirip senyuman kuda dari pada manusia.

Semua anggota keluarga menatapku dengan tatapan penuh selidik, seakan-akan mereka bisa membaca pikiranku yang sedang bergejolak.

Aku berpikir, apakah mereka menyadari bahwa aku bukan putri yang asli?

Mungkin mereka berpikir, "Ini putri mafia kita, ataukah hanya figuran yang kebingungan?"

Suasana tetap tegang, tapi ada kekocakan di dalamnya.

Aku terus berharap bahwa kehadiran absurdku di dunia novel ini bisa menambahkan sentuhan kocak pada kisah serius keluarga mafia ini.

Hanya waktu yang akan memberi tahu apakah aku akan menjadi elemen kocak yang dibutuhkan ataukah hanya menjadi bahan tertawaan keluarga mafia.

"Oh iya, Daddy lupa. Nanti Deddy transfer," tawanya.

Suasana sejenak terhenti, seolah-olah semua orang sedang menunggu bagaimana kelanjutan lelucon finansial ini.

"Ya elah, ngomong dong kalau galau karena kurang uang," ejek Kak Candra, memberikan komentarnya dengan nada sinis yang memancing gelak tawa dari anggota keluarga yang lain.

"Nanti Kakak tambah," ucap Kak Leon, sambil tertawa ngakak, memberikan saran yang terkesan lebih absurd dari pada situasi awalnya.

Ruangan penuh dengan tawa, seolah-olah keluarga ini adalah keluarga yang terobsesi dengan lelucon mengenai uang.

Aku hanya duduk di pojok sofa, mencoba menyelami dinamika keluarga ini yang penuh kekonyolan.

Entah apa yang membuat mereka tertawa seceria ini di tengah suasana serius seorang mafia.

Mungkin inilah yang membuat dunia novel ini begitu unik, di mana segala sesuatu bisa berubah menjadi bahan guyonan, bahkan ketika berbicara tentang uang dan transaksi keluarga mafia.

"Kamu kelamaan di asrama jadi aneh, tahu enggak," komentar Deddy tiba-tiba, menciptakan ketegangan dalam ruangan.

Aku hanya menatapnya bingung, seolah-olah baru kali ini mendengar bahwa keanehanku bisa dicium oleh anggota keluarga mafia ini.

"Aneh gimana?" tanyaku seperti orang linglung, mencoba mencari tahu lebih lanjut.

"Ya, aneh aja. Tampak lebih pendiam gitu. Padahal kamu tukang lawak," jawab Kak Candra, dengan wajah serius yang mendadak membuatku merasa seperti bocah yang ketahuan menyelinap ke dapur tengah malam.

"Hah?" bengongku, mencoba mencerna pernyataan absurd mereka.

Seketika, semuanya langsung tertawa, seolah-olah aku baru saja melakukan pertunjukan lawak spontan yang sangat kocak.

Aku merasa seakan-akan menjadi bahan tertawaan mereka.

Tanpa daya, aku langsung berlari menuju kamar, karena sudah tidak tahan lagi dengan kekacauan ini.

Sialnya, di tengah perjalanan, aku hampir saja jatuh di tangga.

Untungnya, kejadian itu tidak berakhir seperti adegan sinetron India, dengan guling-guling dan musik dramatis.

Aku hanya bisa berharap bahwa besok pagi, semua ini akan menjadi bagian dari kenangan lucu di dunia novel ini.

"Kamu enggak papa?" panik Deddy sambil berdiri, diikuti oleh kedua kakakku yang juga bersiap-siap menghampiriku.

Aku, dalam kepanikan, berteriak sekuat tenaga, "Enggak papa!" seolah-olah sedang memberikan pengumuman penting di tengah malam.

Aku langsung ngacir ke kamar dengan kecepatan luar biasa, seolah-olah sedang berpartisipasi dalam lomba lari cepat.

Saat tiba di depan pintu kamar, aku menutupnya dengan suara yang menggelengar, seolah-olah itu adalah suara pintu gerbang neraka yang baru saja tertutup.

Mungkin akan lebih baik jika aku bisa mengunci pintu, tapi sepertinya itu tidak ada di opsi dalam dunia novel ini.

Di dalam kamar, aku duduk di pinggir tempat tidur, mencoba menyusun kembali pikiranku yang kacau.

Aku berpikir, 'Apa yang sedang terjadi? Kenapa aku jadi pusat perhatian? Kenapa semuanya begitu kocak dan aneh?'

Sambil mencerna pertanyaan-pertanyaan itu, aku hanya bisa berharap bahwa esok pagi akan membawa kejelasan dalam petualangan absurdku di dunia novel ini.

Terpopuler

Comments

Selviana

Selviana

Aku sudah mampir nih kak.Jangan lupa mampir juga di karya aku yang berjudul (Terpaksa Menikah Dengan Kakak Ipar)

2024-02-10

1

ndaaa

ndaaa

baru 1 bab uda ngakak

2024-01-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!