Awan Kelabu

Angin berhembus membawa sayup-sayup suara gemuruh hujan, awan kelabu memayungi suasana hati Nenek Fatimah dan Lalita Belvania yang sebentar lagi akan berpisah. Nenek Fatimah tak kuasa menahan sang cucu disisinya, nenek Fatimah meneteskan air mata ketika mengemas barang-barang Lalita

"Nak nanti disana yang nurut ya sama papa, oma, opa" ucap nenek Fatimah sambil mengelus lembut rambut sang cucu

"iya nek, Lalita akan nurut" ucapnya sedih

"Pintarnya cucu nenek, cantik pula, senyum dulu nak" pinta sang nenek

"udah nek" (sambil tersenyum kecil)

"nenek pasti merindukan kamu" ucap nenek Fatimah sambil memeluk Lalita dan beliau meneteskan air mata

"Lalita juga, kenapa Lalita harus ikut papa nek? Lalita pengen sama nenek aja"

"Papa dan mamamu lebih berhak atas kamu nak, mereka orang tuamu dan nenek adalah orang yang diberi kesempatan merawat mu, percayalah nenek selalu menyayangimu sampai mati" ucap nenek Fatimah

"Lalita juga sayang nenek" (memeluk nenek Fatimah)

"makasih sayang, yuk kita lanjutin lagi kemas-kemas" ajak nenek Fatimah

Setelah selesai berkemas mereka menuju ke ruang tamu, disana masih ada papa Taufan dan om Wira yang sedang mengobrol

"udah sayang? Tanya papa Taufan ke Lalita

"udah pa" jawab Lalita

"Bu terimakasih ya, maaf kalau selama ini Taufan sama Laila sering menyusahkan ibu"

"Ibu Ndak pernah merasa disusahkan justru ibu senang bisa merawat Lalita" ucapnya sambil menyeka air mata yang mengalir

"Wir, terimakasih juga ya, udah bantu ibu jagain Lalita"

"kita keluarga mas sudah seharusnya saling bantu, lagian kita seneng Lalita ada disini, kalau Lalita pergi bakalan sepi rumah ini"

"aku bakal bawa Lalita berkunjung kesini kalau ada waktu senggang wir"

"pakai jaketnya dulu nak" (mengambil jaket Lalita yang berada diatas tas ransel warna pink"

"iya nek" (mengulurkan tangan ke nenek Fatimah)

Saat nenek Fatimah memakaikan jaket lalu menarik resleting jaket keatas beliau melihat mata Lalita berkaca-kaca lalu nenek Fatimah memeluk cucu tercintanya

"nek" ucap Lalita saat dipeluk oleh sang nenek

"iya sayang, walaupun kita berpisah kamu selalu ada di hati nenek, nenek selalu mendo'akan kamu"

"Lalita sayang nenek huaaaaa" ucapnya lalu menangis kencang

"sayang dengarkan nenek, Lalita anak kuat, Lalita anak hebat, anak pintar, harus nurut sama papa, kalau ada waktu nanti Lalita diantar papa kesini atau nenek juga bisa kesana jenguk Lalita, ya sayang" ucap nenek Fatimah menenangkan sambil memeluk Lalita

"iya nenek" ucapnya sambil menyeka air mata yang mengalir di pipinya

"wir, barang Lalita ada satu kardus lagi, tolong bantu ambil sekalian bawa tali nanti di taro belakang motor diikat kuat biar Ndak jatuh"

"iya Bu, Wira ambilin"

Ketika Wira sampai diruang tamu dan sudah membawa kardus dan tali di tangannya, papa Taufan membawa tas ransel Lalita kemudian berdiri membantu om Wira menata barang Lalita ke motor bebeknya, dan Lalita digendong nenek Fatimah menuju teras tempat motor papa Taufan diparkir. Setelah selesai menata barang-barang, papa Taufan berpamitan

"Bu, wir, saya pamit dulu" menyalami nenek Fatimah dan om Wira kemudian dia mengulurkan tangan mengambil Lalita dari gendongan neneknya. Nenek Fatimah mencium dahi dan pipi Lalita kemudian menyerahkan Lalita pada papanya

"kalian hati-hati ya, pelan-pelan yang penting selamat sampai tujuan" ucap nenek Fatimah sesekali menyeka air matanya yang mengalir

"Hati-hati mas Taufan, tuan putri baik-baik ya disana, om pasti kangen kamu (mencium pipi Lalita yang sudah berada diatas motor lali membenarkan posisi helm nya)

"iya om Wir, Lalita juga sayang om, sayang nenek juga"

"Bu, wir, kami berangkat, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" ucap nenek Fatimah dan om Wira bersamaan

Lalita melambaikan tangan ke nenek Fatimah dan om Wira, air matanya menetes deras namun dia tahan supaya tidak menangis kencang, begitu juga dengan nenek Fatimah, lambaian tangan Lalita seolah jarum yang menusuk relung hatinya, beliau menangis dan terduduk di teras setelah motor yang membawa cucunya pergi menghilang dari pandangannya. Wira menenangkan sang ibu yang bersedih

"Bu, ayo berdiri, Lalita pasti sedih kalau tau ibu begini" (memeluk Ibu Fatimah yang masih menangis dan terduduk di lantai teras)

"Lalita wir" ucapnya sambil menangis

"iya Bu, kapan-kapan kita bisa kesana kalau ibu kangen" ucap Wira menenangkan

Akhirnya Bu Fatimah mau berdiri dan masuk ke dalam rumah, beliau lalu menuju kamar untuk beristirahat, dan Wira duduk di depan TV menjaga sang ibu yang beristirahat. Seiring waktu yang terus berjalan tibalah Lalita di rumah opa Warno dan Oma Karsi, Lalita disambut hangat oleh mereka dan dibelakang Oma Karsi muncul Tante Yuli dan anak perempuannya bernama Vela yang usianya 5 tahun. Lalita dipersilahkan masuk dan beristirahat di kamar yang sudah disiapkan Oma Karsi

"Cucuku Alhamdulillah sampai" ucap Oma Karsi (memeluk Lalita yang baru turun dari motor)

Lalita menyalami satu persatu orang yang ada disana. Setelahnya ia digendong papa Taufan masuk kedalam rumah

"ajak istirahat dulu fan, mama siapin makan"

"iya ma"

Papa Taufan membawa Lalita masuk kedalam kamar, ia melepas jaket yang melekat di tubuhnya dan meletakkan di gantungan baju kemudian melepas jaket Lalita dan menyimpan di lemari kecil.

"Lalita cuci tangan dan cuci kaki dulu ya, papa antar ke kamar mandi" ucap papa Taufan

"iya pa" jawab Lalita

papa Taufan mengantarkan Lalita ke kamar mandi yang berada di depan kamar. Lalita lalu mencuci tangan menggunakan sabun, mencuci muka dan membasuh kakinya

"Sudah pa"

"Iya nak, ganti baju dulu ya, mandinya besok pagi saja"

Mereka lalu menuju kamar berganti baju dan merebahkan diri beristirahat di kasur. Beberapa waktu kemudian Oma Karsi masuk ke kamar memanggil papa Taufan dan Lalita untuk makan.

"Nak makan dulu ya (memandang Lalita) Fan ajak Lalita makan, udah mamak Siapin"

"iya ma" Jawab papa Taufan sambil mengulurkan tangan hendak menggendong Lalita

"Lalita jalan sendiri aja pa nggk usah digendong"

"oke sayang, anak papa sudah besar" (mengelus lembut kepala Lalita)

Mereka berdua makan di depan ruang televisi, sesekali Vela melirik Lalita yang sedang makan. Setelah selesai makan papa Taufan dan Lalita menuju ke kamar untuk beristirahat dan tidak lama setelah merebahkan diri ke kasur mereka terlelap. Waktu pagi pun tiba, suara ayam berkokok mulai terdengar diantara dinginnya embun pagi, papa Taufan membantu Oma Karsi dan opa Warno berjualan kain dan rajutan di pasar sedangkan Lalita yang masih terlelap dititipkan kepada adik dari papa Taufan yaitu Tante Yuli, inilah awan kelabu bagi seorang Lalita Belvania

Terpopuler

Comments

Acap Amir

Acap Amir

Terperangkap dalam cerita 😱

2024-01-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!