Pertemuan

Langit pun mulai gelap di sertai hujan deras ...

Duar

Arrrgghhh

Petir menyambar dengan kerasnya, seluruh orang yang ada di mansion terkejut mendengar suara menggelegar.

Bahkan keempat pria yang ada di luar langsung berlari ke teras mansion sambil berteduh.

Mereka semua yang ada di mansion bahkan menutup kedua telinga mereka dengan sangat kuat, Dean yang tengah termenung juga ikut terkejut mendengar suara petir itu.

"Claire." gumam Dean yang langsung berlari keluar mansion.

Di ambang pintu, Dean melihat Claire tengah berdiri dengan tubuh yang sudah di basahi air hujan.

Claire berdiri dengan tegak, tapi ia terus menunduk dengan rambut yang telah menutupi wajahnya.

Dean terlihat binggung dengan Claire, "Kenapa dia tidak masuk?," gumam Dean yang berjalan mendekati Claire.

Seketika saja, ia lupa dengan perkataan istrinya dan kata-kata yang sudah di lontarkan ya pada Claire.

"Ayo kita masuk, Claire," ucap Dean yang akan meraih tangan Claire.

Tapi tiba-tiba saja ....

Hihi ...

Hihi ...

Claire tertawa kecil tanpa memperlihatkan wajahnya.

Keempat pria dan para maid yang di mansion terkejut mendengar suara tawa aneh itu, mereka bahkan tidak menyangka, bahwa nona tertua mereka bisa mengeluarkan suara yang sangat mengerikan.

"I-ini, bukan seperti nona," batin salah seorang maid.

Ia bisa mendengar dengan jelas bahwa suara itu sangat berbeda dengan nona tertuanya, "Ada apa dengan nona?," batin maid itu lagi.

Sedangkan Dean, ia pun langsung menghentikan tangannya, ia tidak jadi meraih tangan Claire, tiba-tiba saja ada perasaan takut di diri Dean.

Dean menaikkan satu alisnya, ia terlihat binggung dengan suara yang di keluarkan oleh Claire.

"Ada apa dengan mu, Claire?," tanya Dean dengan pelan.

Sejenak keadaan terasa hening, yang terdengar hanya suara guntur menyambar serta suara tetesan air hujan yang begitu derasnya.

"Nikmati saja hidupmu, karena sebentar lagi aku akan menghancurkan keluarga kecilmu ini," ucap Claire dengan pelan lalu mengangkat wajahnya dan menatap Dean dengan tajam.

Dean terkejut melihat tatapan Claire, bola mata itu terbuka dengan sempurna, bahkan Claire memberi senyuman menyeramkan sehingga membuat seluruh tubuh Dean merinding.

Begitu juga dengan keempat pria itu dan para maid, suara Claire mampu membuat mereka semua merinding.

Walau dalam keadaan takut, Dean tetap bertanya pada sang anak, "A-apa maksudmu, Claire?," tanya Dean dengan terbata-bata.

Di bawah guyuran hujan, Claire berdiri dengan tegak sambil mengangkat kedua sudut bibir dengan sempurna, sehingga membuat dirinya tengah tersenyum sumringah.

Para maid dan penjaga tampak terdiam seperti patung, mereka seolah tersihir sehingga tidak ada dari mereka yang berani mengeluarkan suara.

Senyuman yang perlihatkan Claire mampu membuat mereka tak berkutik, hal itu berlaku juga untuk Dean.

Claire membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan Dean yang sedang menatapnya.

"Cl-Claire!."

Mendengar teriakan itu, sontak semua orang yang ada di sana tampak terkejut.

Mereka terlihat kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi pada nona tertua mereka.

"Bagus nona, pergilah dari neraka ini, kau harus hidup bahagia, sisanya serahkan pada kami," batin seorang maid yang tengah menatap kepergian Claire.

"Tunggu, Cl-claire!." panggil Dean dengan terbata-bata

"Jangan berbalik nona, teruskan langkahmu," batin maid itu lagi.

Walau ada perasaan takut, tapi Dean berusaha memanggil nama Claire, namun, sang anak justru tidak menjawab panggilan itu dan terus melangkah meninggalkan mansion.

Dean bisa melihat punggung sang anak yang tengah berjalan menjauh, "Ada apa dengannya?, kenapa dia berkata seperti itu dan mengabaikan panggilanku?," gumam Dean terlihat kebingungan.

"Tapi yang pasti, tatapan dan suara Claire seperti orang lain," gumamnya lagi.

Maid itu pun menatap punggung Dean dengan tajam lalu berbalik meninggalkan semua orang.

Kini matanya mulai tertuju pada darah yang mengotori lantai mansion.

Ia pergi kearah gudang dan kembali dengan perlengkapan kebersihan.

"Tunggu saja nona, darah yang kau keluarkan hari ini tidak akan berakhir sia-sia," batin maid itu sambil mulai membersihkan darah yang mulai mengering itu.

Sedangkan di halaman, Dean masih menatap pagar yang masih terbuka, ia tampak masih memikirkan perkataan Claire.

Dalam hatinya seakan berkata bahwa perkataan itu bukanlah candaan semata, apalagi Dean bisa melihat tatapan kebencian yang di pancarkan oleh Claire.

"Kenapa jantungku berdegup kencang?," gumam Dean sambil memegang dadanya.

Setelah itu, Dean tampak berbalik dan ia melangkah masuk kedalam mansion, ia melihat salah satu maid tengah membersihkan lantai mansion.

Dian menghela nafas kasar lalu masuk kedalam mansion.

Sedangkan ketiga maid juga membubarkan diri, mereka melihat temannya tengah membersihkan lantai.

"Aku tidak ingin membersihkan darah kotor itu, jadi untuk urusan ini aku tidak akan membantumu," ucap Nami dengan melangkahkan pergi.

"Aku juga tidak bisa membantumu," sahut Jina yang mengikuti langkah Nami.

"Maaf ya," sahut Yenda yang mengikuti langkah Jina dan Nami.

Maid yang sedang membersihkan darah itu tampak tak memperdulikan ucapan ketiga temannya, ia bahkan terus membersihkan darah itu dengan perlahan.

Sedangkan keempat pria yang ada di luar hanya menonton para maid itu, dan mereka pun juga melakukan tugas mereka tanpa berniat membantu maid itu membersihkan darah Claire.

"Aku akan membuat kalian membayar setiap tetas darah yang telah nona keluarkan," batin maid itu sambil terus menggerakkan tangannya.

...**********...

Menjelang pagi hari ...

Di sisi lain...

Seorang pria bertubuh kurus tengah duduk di kursi roda, wajah tampan dengan mata berwarna biru itu kini sedang menatap keluar jendela.

Pagi hari, hujan mulai berhenti, angin belakang berhembus dengan pelan, tercium aroma tanah yang sangat menusuk hidung,

"Alex, apa kau lapar?, ibu sudah memasak makanan yang sangat kau sukai," ucap seorang wanita paruh baya yang tengah menyiapkan makanan di atas meja.

Wanita itu melihat sang anak tak bergeming, ia pun menghela nafas pelan, lalu menghampiri sang anak.

Ia melihat tatapan sang anak terasa kosong seperti tak bernyawa, wanita itu pun berjongkok di hadapan sang anak.

Ia memegang tangan sang anak dengan kedua tangannya, "Alex, bukankah kau seharian belum makan?, ayo kita makan sekarang, kau harus mengisi perut mu," ucap sang ibu dengan mengelus kepala Alex dengan lembut.

Alex tersentak kaget dan ia pun langsung menoleh, "Aku tidak lapar ibu," ucap Alex dengan menggelengkan kepalanya dengan pelan.

Liana tampak terlihat sedih, ia sangat tau kenapa Alex begitu sangat berubah, tapi penolakan itu tidak membuat Liana menyerah.

"Apa kau yakin?, padahal ibu baru saja membuatkan makanan kesukaanmu," ucap Liana yang mencoba membujuk Alex.

Tatapan Alex tampak tidak berubah, ia tetap menggelengkan kepalanya terus menerus.

"Yasudah, jika kau tidak ingin makan, maka ibu akan memberikan makanan ini pada anak lain saja," ucap Liana dengan nada yang sedikit mengancam.

Srakkk

Kini sebuah senyuman terukir di bibir Liana, namun liana sendiri tidak memutar tubuhnya, "i-ibu, jangan lakukan itu, aku akan memakan masakan ibu," ucap Alex yang tengah menarik pakaian Liana.

Lalu Liana memutar tubuhnya, lalu ia memegang kursi roda Alex dan langsung mendorongnya.

"Haha ... baiklah, baiklah, ibu tidak akan melakukannya," ucap Liana sambil tertawa kecil.

"Jika saja perebutan itu tidak terjadi, mungkin kehidupanmu tidak akan menjadi seperti ini, Alex," batin Liana.

Liana mengingat kecelakaan yang menimpa Alex 5 tahun yang lalu.

Akibat tragedi itu, membuat kedua kaki Alex mengalami kelumpuhan, bahkan Alex mengalami geger otak yang membuat sebagian ingatannya hilang.

Setelah itu, secara diam-diam Liana membawa Alex keluar dari rumah sakit, dan sejak saat itu, ia menjauhkan Alex dari orang-orang itu.

"Tidak terasa tahun demi tahun terus berganti, aku tidak akan membiarkan mereka menemukan anakku," batin Liana sambil menggeretakkan giginya dengan kuat.

Bunyi itu membuat Alex langsung menengadahkan kepalanya, "ada apa ibu?," tanya Alex dengan pelan.

Liana tersentak kaget, ia pun langsung mengelus kepala Alex dengan lembut, "tidak apa-apa, sekarang ibu akan menyiapkan makananmu," ucap Liana sambil tersenyum manis di hadapan Alex.

Kedua orang itu makan dengan perlahan, tiba-tiba saja, acara makan bersama itu terganggu oleh suara ketukan pintu.

Tok

Tok

Tok

Liana yang mendengar itu langsung berdiri dari kursinya dan membuka pintu.

Liana tampak terkejut melihat seorang perempuan berambut merah dengan aura mencekam, serta wajah yang sangat pucat dan penampilan yang sangat berantakan.

Brukkk

"Hei ... Ada apa dengan mu?," tanya Liana dengan wajah terkejut.

Gadis itu langsung terjatuh di hadapan Liana, sedangkan Liana dengan cepat menangkap tubuh gadis yang mengetuk pintu rumahnya.

Liana pun menghela nafas dengan pelan, lalu ia menyibakkan rambut gadis itu dan melihat wajah gadis yang ada di hadapannya.

Liana sedikit terpana dengan wajah gadis itu, "Dia sangat cantik, tapi kenapa wajahnya penuh dengan luka?, melihat dari wajahnya, sepertinya dia masih muda dan tengah dalam situasi yang sulit," batin Liana yang sedikit heran.

Mendengar suara keras sang ibu, Alex pun menghentikan makannya, ia bergegas mendorong kursi rodanya dan melihat apa yang membuat sang ibu begitu lama kembali.

"Ada apa ibu?," tanya Alex dengan wajah yang sangat panik.

Ketika melihat sang ibu bersama dengan seseorang, ia pun dengan cepat langsung mendorong kursi rodanya mendekati sang ibu.

"Ibu, jangan terima dia, biarkan saja dia berada di luar," ucap Alex dengan suara bergetar dan keringat yang sudah membanjiri wajahnya.

Liana merasa kasihan melihat wajah ketakutan Alex, tapi ia juga tidak bisa mengabaikan gadis yang ada di depannya.

"Tenanglah Alex, semua baik-baik saja," ucap Liana mencoba menenangkan Alex.

Alex yang mendengar itu pun langsung menatap sang ibu, ia melihat wajah sang ibu tengah tersenyum padanya.

Melihat Alex tidak berkomentar lagi, Liana pun bergerak untuk memapah tubuh gadis itu dan ia langsung menaruh tubuh gadis itu di atas sofa.

Liana pun langsung menghampiri Alex, dn mendorong kursi roda anaknya mendekati sofa.

Lina pun menyibakkan rambut gadis itu sehingga membuat Alex bisa melihat wajah mungil gadis itu.

"Tenang saja, dia tidak akan menyakiti kita. sepertinya dia juga bukan orang jahat, apa kau lihat wajahnya itu?, dia cantik tapi banyak bekas luka di wajahnya, yang artinya dia sedang tidak baik-baik saja," ucap Liana dengan lembut sambil memegang tangan Alex.

Liana tau bahwa Alex tidak suka bertemu dengan orang asing, karena hal itu bisa membuatnya ketakutan.

Tapi dalam kondisi ini sangat berbeda, entah kenapa hati Liana mengatakan untuk menolong perempuan yang ada di depannya.

"Semoga saja ini pertanda baik untuk kami," batin Liana

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Vian Celio

Vian Celio

ciee ketemu

2024-07-16

0

Cahaya yani

Cahaya yani

koq lm bru up thoorrr ,, sehatkahh ????

2024-01-25

1

Cilya

Cilya

fix, ini camer

2024-01-24

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!