An Unavoidable Destiny
"Jangan ikut campur urusan ku!" teriak sang adik pada kakak tertuanya.
Setelah berteriak dengan keras, ia bahkan mendorong sang kakak dengan sangat kuat, sehingga membuat sang kakak terkejut dan membuatnya terhuyung kebelakang ...
Brakkkk
Aaaarrgghhh
Dan hal itu membuat sang kakak terguling kebawah dari tangga.
Semua orang yang ada di dalam mansion terkejut mendengar suara teriakan itu.
Para pelayan serta anggota keluarga berlari berbondong-bondong menghampiri asal suara itu.
Mereka bahkan tampak begitu syok melihat seseorang telah jatuh dari tangga dengan darah yang ada di sekelilingnya.
Orang-orang bahkan berkeringat dingin melihat wanita itu telah berlumuran darah.
Tapi, ketika semua mata tertuju keatas, para pelayan itu pun langsung menghela nafas lega.
Bahkan, dua orang paruh baya itu pun langsung berlari melompati tubuh yang tak bergerak itu.
Keduanya dengan cepat berlari keatas dan langsung menghampiri sang anak. "Apa kau baik-baik saja, sayang?," tanya sang ibu pada anak keduanya sambil meraih tangan sang anak dan membolak-balikkan tubuhnya.
Tubuh sang anak tampak bergetar hebat, ia terlihat tengah ketakutan, "A-aku baik-baik saja, tapi kakak ... bu," jawabnya sambil melirik dan menunjuk kearah sang kakak yang sudah bersimbah darah di bawah sana.
Tubuhnya memang terlihat bergetar ketakutan, tapi berbeda dengan tatapannya, kedua bola mata hitam itu terlihat tidak merasa bersalah ataupun merasa kasihan.
Di kedua bola mata itu pun terlihat jelas tidak ada niat untuk menolong sang kakak, justru ia tengah tersenyum smirk serta menunjukkan tatapan mengejek.
Ia bahkan terlihat sangat puas melihat keluarganya lebih memperhatikan dirinya di banding sang kakak.
"Haha ... Aku berharap kau cacat seumur hidup mu," batinnya dengan senyuman smirk.
Dengan tubuh yang ada di lantai, sepasang mata coklat terang disertai alis yang lebat dengan warna hitam legam mulai menatap keatas.
Perlahan-lahan, ia pun mulai menitikkan air mata yang sudah tidak bisa di bendung nya lagi, hatinya begitu teriris ketika melihat anggota keluarganya sendiri tidak memperdulikannya yang sudah bersimbah darah.
Bukan satu atau dua kali dirinya di perlakukan seperti itu, namun ia telah melihat adegan itu selama seumur hidup nya.
Hiks
Hiks
Sudut mata yang tengah mengenai lantai kini semakin mengeluarkan air mata dengan derasnya.
Air mata itu pun mulai tercampur dengan noda darah yang ada di sekelilingnya, kini sebagian wajahnya telah terkena noda darah.
Ia yang belum bisa bergerak harus melihat adegan manis yang ada di atas.
"Aku juga anak mereka, bahkan aku anak tertua di keluarga ini, tapi kenapa aku mendapatkan perlakuan seperti ini?, apa aku ini bukan salah satu dari keluarga mereka?, kenapa mereka memperlakukan ku seperti hama?," batinnya sambil menitikkan air mata.
Sang kakak bahkan bisa melihat tatapan mengejek yang di perlihatkan sang adik padanya, ia bahkan tau bahwa sang adik tengah sengaja mendorongnya.
Setiap hari di dalam hatinya, ia terus bertanya-tanya, kenapa dirinya selalu mendapat perlakuan seperti itu dari sang adik.
"Apa alasan dia membenciku?, apa yang sudah aku lakukan padanya sehingga dia terus saja menyakitiku?," batinnya yang mulai terisak.
Sang kakak mulai mencoba menggerakkan tubuhnya, tapi ketika tubuh itu mulai bergerak sedikit saja, ia bisa merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya.
Hiks
Hiks
Hiks
"Sakit," isaknya dengan pelan sambil menutup kedua matanya.
Sedangkan di atas, sang ibu sibuk mengurus sang adik, ia bahkan terlihat tengah bernafas lega, tapi ketika dirinya merasakan getaran tubuh sang adik, rasa ketidaksukaan itu pun muncul.
Lalu, perlahan-lahan sang ibu pun melihat lirikan sang adik dan ia pun mulai mengikuti arah tatapan itu.
Mimik wajah sang ibu yang awalnya tengah bernafas lega dan menatap lembut kearah sang adik, kini mulai berubah, ia bahkan mulai menampilkan raut wajah yang sangat menyeramkan.
Wajah yang awalnya berwarna putih itu mulai terlihat berubah menjadi merah, bisa di pastikan bahwa kini sang ibu benar-benar sangat marah.
"Claire!" teriak sang ibu dengan kuat dan menggelegar.
Para pelayan terkejut mendengar teriakan itu, mereka yang sedang berkumpul di dekat Claire, kini mulai memundurkan langkah mereka kebelakang.
"Dia selalu saja membuat masalah," gumam salah satu pelayan.
"Benar, dia tidak pantas menjadi kakak dari nona Harmonie," sahut pelayan lainnya.
"Bagaimana bisa kakak sepertinya selalu membuat masalah pada nona Harmonie kita?, dia sungguh keterlaluan," sahut yang lainnya.
Claire yang tengah meringkuk tengah terfokus pada rasa sakitnya, sehingga ia tidak mendengar suara teriakan ibunya ataupun bisikan para pelayan.
Claire merasa telinganya seakan tengah tertutup dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Sedangkan sang ibu, semakin merasa kesal melihat Claire tidak merespon teriakannya.
Kini, sang ibu melepaskan tangannya dari tubuh sang adik, ia pun mulai turun dengan langkah cepat.
Kedua matanya melihat darah yang telah mengelilingi Claire, tapi raut wajahnya justru tampak terlihat semakin marah.
"Apa yang sudah kau lakukan pada adikmu?!," teriaknya dengan suara yang menggelegar.
Lagi-lagi Claire tidak merespon pertanyaan itu, ia justru semakin terisak karena sakit di sekujur tubuhnya tidak kunjung berkurang.
Yovela mengernyitkan dahinya, kaki yang berdiri di depan wajah Claire mulai bergerak dan ...
Brakkk
Kaki itu melayang tepat di wajah Claire.
Aargghhh
Claire berteriak keras lalu kedua tangannya dengan spontan bergerak untuk menutupi wajahnya.
Sakit?, tentu saja. Rasa sakit yang ada di kepalanya kini semakin bertambah, ia seakan bisa merasakan isi kepalanya tengah bergerak kesana kemari.
Claire sendiri tidak menyangka bahwa Yovela akan menendang wajahnya dengan sangat kuat.
Claire juga merasakan sakit di seluruh wajahnya, Isak tangis Claire mulai terdengar begitu keras oleh anggota keluarga itu serta para pelayan.
Tapi, Yovela justru semakin mengabaikan Isak tangis Claire, "Kau selalu saja membuat masalah!, jika saja Harmonie yang ada di tempat mu saat ini, aku tidak akan segan-segan untuk memberimu pelajaran yang lebih menyakitkan!" ancam Yovela sambil menatap Claire dengan tatapan tajam.
"Kenapa mereka begitu kejam padaku?, apa salahku?" batin Claire yang terus menangis.
Isak tangis itu begitu menyayat hati, tapi orang-orang yang ada di dalam mansion bukanlah orang yang memiliki hati.
Mereka memperlakukan Claire dengan sangat kejam, semua kesalahan yang dilakukan Harmonie, selalu berubah menjadi kesalahan Claire.
Claire orang yang lemah lembut, sedari kecil ia sudah di perlakukan berbeda oleh Yovela dan Dean.
Keduanya sangat menyayangi Harmonie serta sang adik, mereka bahkan selalu menuruti perkataan Harmonie dan sang adik.
Berbeda dengan Claire, setiap permintaannya, tidak pernah di turuti oleh Yovela dan Dean, sehingga membuat Claire bekerja keras untuk hidupnya sendiri.
Bahkan di dalam mansion, Yovela dan Dean membuat Claire bekerja seperti maid, padahal, di dalam mansion itu terdapat beberapa maid, tapi mereka justru menyuruh maid untuk melakukan pekerjaan yang lain.
Hal itu di lakukan Dean dan Yovela semata-mata ingin membuat Claire mandiri, Claire yang mendengar alasan itu membuat dirinya percaya pada Yovela dan Dean.
Mengingat hal itu, membuat Hati Claire semakin sakit, "Aku selalu menghormati dan mempercayai perkataan kalian, tapi ... yang aku dapatkan hanyalah hukuman." Batin Claire di sela tangisnya.
"Tidak seorangpun di mansion ini yang menghormati ku, bahkan para maid juga memperlakukan ku dengan semena-mena," batin Claire.
Kepercayaan Claire pada Yovela dan Dean pun mulai runtuh.
Ketiga para pelayan tengah menonton sambil tertawa, tapi ada satu orang pelayan yang tengah menatap Claire dengan rasa iba.
Dan juga, di sudut ruangan seorang pria paruh baya tengah menatap sedih kearah Claire.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Vian Celio
serem bngt jdi orang tua
2024-07-16
0
eka siti N
astaga mom... sampe.segitunya pilikasih
2024-07-02
0
eka siti N
gak mungkin ya ortu kandung keluarga sendiri sampe.segitunya
2024-07-02
0