Rania yang memang lapar ketika di hadapkan dengan aroma makanaan yang mengugah selera tentu saja tidak akan melewatkannya.
Sesuai perintah suami brondong alias mantan adik ipar naik tahta jadi suami, Rania mengambil wadah bekal makanan ia tata dengan rapi makanan tersebut tidak lupa ia juga lengkapi dengan botol air minum yang sudah di isi penuh.
Drap...Drapp...
Langkah kaki Ryan membawanya ke meja makan melihat masakan yang ia makan di makan oleh mantan janda alias mantan kakak iparnya yang kini berubah status menjadi istrinya.
Ryan tarik satu kursi di meja makan lalu duduk ia mengedarkan pandangannya mencari sesuatu.
"Gimana rasanya mbak enak tidak"
"Hah lumayan mbak baru tahu kamu pintar masak" kilahnya Rania tidak mau saja jujur kalau memang masakan Ryan enak dia gengsi untuk memuji suami brondongnya itu.
'Eleh sok-sokan bilang lumayan tapi habis juga sepiring dasar wanita' ucapnya dalam hati dan faktanya ia hanya tersenyum kecut.
"Oh aku dari dulu emang suka masak kalau ibu lagi sibuk bantu bapak di kios" jawab Ryan jujur.
"Ini bekal kamu, kenapa harus bawa bekal sih nggak langsung sarapan aja. Sini sarapan kan masih sempat"
"Aku nggak bisa makan pagi mbak, sarapanku itu jam 10-an kalau di paksa sepagi ini bisa mual aku mbak"
"Oh maaf mbak nggak tahu"
"Tidak masalah, oh ya mbak anterin ke sekolah dong motor aku masih di bengkel nih" Ucap Ryan sambil melihat Arloji milik kakak kandungnya alias Almarhum suami dari istrinya saat ini.
"Hah" Rania syok mendengarnya Ryan minta dia mengantarkan ke sekolah sementara penampilannya masih dasteran begini.
"Malah bengong suami ajak bicara loh ini" Goda Ryan pada mantan kakak iparnya itu.
"Hah mbak ganti baju dulu ya kamu panaskan aja mesin mobil dulu kuncinya di gantung dekat garasi"
"Nah gitu kek dari tadi cepatan ya mbak jangan dandan segala lama ini udah mau jam setengah tujuh loh"
"Iya ..iya " Rania langsung ngacir ke atas menuju kamar mereka.
Sungguh absurd sekali pasangan pengantin baru itu, karena memecah ke canggungan di antara mereka jadi harus ada yang ngalah bukan.
Ryan menuju garasi di samping rumah dua lantai itu saat tiba ia hanya melihat satu kunci mobil yang tergantung di sana.
Ia tahu itu kunci mobil sport milik Rania yang di beli dari hasil kerja keras Rania sendiri tanpa bantuan almarhum kakak kandungnya.
Ia ambil kunci tersebut lalu masuk dalam mobil sport BMW M4 Coupe Competition warna Putih Metalik itu harganya sangat fantastis, Ryan masuk kedalam mobil tersebut dan menyalakan mesin mobil untuk di panaskan.
Tampilan Ryan memang sudah seperti remaja dari kalangan Elite saja sepatu dan jam tangan yang ia kenakan adalah barang-barang bermerek dan harganya tidak main-main jika mereka jeli melihatnya.
Ryan dengan sabar menunggu istri matangnya itu walaupun Rania sudah berusia matang 29tahun tetap saja ia masih terlihat cantik kalau orang lain memandangnya pasti mengira ia masih berusia 20 tahunan.
Dengan rasa resahnya Ryan menunggu di depan pagar rumah dua lantai itu setelah mengeluarkan mobil ke depan pagar dan menutup serta mengunci garasi.
"Mbak cepatan aduh udah jam segini nggak keburu nih kalau macet"
Rania keluar rumah dan langsung mengunci pintu ia keluar dengan midi dress ala fuji warna kuning. Sesungguhnya Ryan terpana dengam kecantikan alami mantan kakak iparnya itu. Tapi ada satu yang membuat Ryan menahan tawanya entah Rania menyadari hal itu atau tidak.
"Cepatan toh mbak aku bisa telat ini. Aku ujian hari terakhir sekarang"
"Iya iya ini juga udah buru-buru tahu Yan"
"Ayo masuk..."
"Lah mbak mau ngapain"
"Mau antar kamu ke sekolah kan"
"Aku yang nyetir, mbak di samping aja bisa telat aku kalau mbak yang nyetir"
Rania menurut saja ia buka pintu samping kemudi langsung duduk dengan nyaman.
"Are you Ready" Rania yang merasa di tanya lansung mengangguk saja.
Ryan melihat safety belt milik istrinya belum terpasang lansung lepas safety belt miliknya lalu mendekatkan diri pad Rania dengan maksud ingin memasangkan safety belt tersebut.
Rania yang melihat Ryan memperhatikannya apalagi wajah Ryan mendekat ke arahnya tentu saja ia mengambil langkah waspada.
"Mau ngapain yan jangan macam-macam"
Ryan diam saja ia semakin mendekatkan dirinya untuk mengapai safety belt Rania wajah keduanya berada dalam jarak yang
dekat bahkan Rania bisa dengan jelas menatap mata indah ke coklatan milik Ryan itu.
Sreeek
'Hah safety belt ku kira dia mau mencium ku astaga Rania pikiran kotor apa itu' dalam hati Rania ia realita ia mengeleng-gelengkan kepalanya untuk menampik pemikiran mesumnya pagi ini, maklum saja gelora janda mengebu-gebu.
"Ngapain geleng-geleng kepala gitu mbak, mikirin hal mesum ya"
"Ah nggak ya kamu sok tahu, ayo alan katanya udah telat" Kelit Rania karena ketahuan dia berpikiran mesum pada mantan adik iparnya itu.
"Baiklah pegangan ya" Ryan langsung melajukan mobil tersebut.
Mobil melaju di sepanjang perjalan keluar area komplek masih biasa-biasa saja saat tiba di jalan raya Ryan menambah kecepannya hal itu sontak membuat Rania kocar kacir bagaimana tidak Ryan mengendarai mobil seakan ada si sirkuit balapan saja.
"Yan hati-hati, turunkan kecepatannya bisa kena musibah kita nanti yan" teriak Rania yang sudah ketakutan dengan cara mengemudi Ryan.
"Mbak diam saja tenang kita pasti sampai dengan selamat" ucapnya percaya diri seorang Ryan Wijaya.
"Aduh gusti" celoteh Rania tak henti-henti sepanjang perjalan.
CIIIIITTTT
Mobil yang di kendarai Ryan sudah mengerem dan berhenti tidak jauh dari gerbang sekolahnya. Ryan tidak perduli apa tanggapan Rania ia hanya mengambil tasnya lalu menjulurkan tangan ke arah Rania.
Rania yang loadingnya langsung 4G tentu saja ia tahu maksud Ryan. Ia ambil tangan terulur Ryan lalu ia salim dengan takzim.
"Ya sudah aku masuk kelas dulu mbak jangan lupa jemput aku jam 11 siang ya jangan telat" sambil keluar dari kursi pengemudi. Rania langsung bergeser ke bangku kemudi.
Tok...Tok...Tok...
Ryan mengetok pintu jendela di kursi kemudi Rania yang peka ia langsung menurunkan kaca mobil.
"Apa ada yang ketinggalan yan"
"Ada ini" Ucap Ryan membuat gerakan mengambil sesuatu dari saku bajunya dan saat keluar adalah tangan dengan jari telunjuk dan jempol yang membentuk sarange
Pipi Rania seketika memerah bak kepiting rebus seumur-umur ia baru kali ini di mendapat perlakuan begitu.
"Mbak terpesona ya karena kegantengan aku tenang aja mbak aku ini suaminya mbak sekarang oh ya jangan marah-marah ya nanti jelek kayak ikan buntal"
"Hah sudah sana masuk, ngapain masih disini sekolah sana" Usir Rania karena saking malunya dia dengan perlakuan Ryan yang sudah mengajaknya melayang ke atas awan tapi langsung terjun bebas ke dasar bumi.
"Oke-oke aku akan pergi, jangan lupa jemput jam 11 ya mbak. Dan satu lagi itu rambutnya tolong di perbaiki mbak udah kayak rambut Singa untung pakai rol rambut kan" Ryan berlalu menuju gerbang sambil terkekeh.
"Astaghfirullah aku baru sadar rol rambut, malunya aku di depan Ryan"
"Arrrrrggghhhh Ryan Wijaya" teriak tertahan Rania akhirnya tumpah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Siti Nina
makin seru ceritanya,,,👍
2024-01-30
1