Setelah mendengar kabar yang cukup menyakiti hati seluruh keluarga di depan ruang rawat itu hanya terdiam menatap nanar pintu rawat Rehan.
Apalagi Rania seolah pasokan udara mulai menipis di tengah tangisan tanpa suara ia harus menerima kemungkinan terburuk yang tidak pernah ia bayangkan.
Dokter dan perawat yang tadinya pergi keluar dengan langkah tergesa kembali lagi kedalam ruangan entah apa yang terjadi di dalam.
Menunggu beberapa menit dengan perasaan harap-harap cemas serta merapalkan doa Rania berusaha menepis pemikiran buruknya ia berusaha menyakinkan diri bahwa suaminya akan baik-baik saja.
"Mas kamu kuatkan, kamu nggak mungkin ninggalin aku sendirikan mas" Ucap Rania dalam hati.
Terdengar derit pintu yang di buka menampilkan seorang suter yang keluar dari dalam ruangan dengan wajah khawatir.
"Apakah ada pihak keluarga yang bernama Saudari Ryan" Ucap Suster seketika saat pintu terbuka.
"Saya Ryan sus, ada apa ya sus" sahut Ryan mendekat pada pintu ruangan
"Anda bisa ikut saya kedalam" Ryan yang binggung lantas hanya menganggukkan kepala sembari mengekor suster yang tadi.
Entah apa yang terjadi di dalam. Tapi hati Rania pun mulai bertanya-tanya kenapa bukan dirinya saja yang di perbolehkan masuk kedalam kenapa harus Ryan yang merupakan adik iparnya itu.
Tak mau berburuk sangka Rania tetap berusaha tenang dengan Rina yang setia mengelus punggungnya di bangku tunggu.
"Doakan yang terbaik untuk Mas Rehan mbak jangan sedih terus mbak kita semua juga sedih" Ucap Rina.
"Rin kenapa Ryan di suruh masuk kedalam ya kenapa kita tidak boleh" Tanya pak Rasid
"Rina tidak tahu pak coba bapak tanyakan saja pada perawat itu" balas Rina sembari menunjuk pada perawat yang berlari ke arah Nurse area.
"Kamu coba tanya Rin bapak takut nanti kena semprot ganggu kerjaan suster itu"
"Males Ah, Rina udah Mager nih pak"
Tak lama Ryan keluar dari ruang rawat itu dengan wajah datar tanpa ekpresi Ryan hanya berjalan dan duduk kembali di tempat semula ia duduk di kursi tunggu dengan diam, Bu Ana dan Pak Rasid sudah bertanya dengan Ryan apa yang terjadi di dalam ruangan itu, tapi pemuda itu membisu dengan tatapan kosong.
Ryan tertunduk lesu, kekuatanya langsung melemah seketika apalagi ia melihat Bapak dak ibu yang sedari tadi bersedia mencurahkan kasih sayangnya menunggu di rumah sakit tentu saja dengan harapan adanya kabar baik.
Tapi sekali lagi Ryan harus menelan pil pahit ia harus menyampaikan perihal pesan sang kakak dan juga menyampaikan kepergian sang kakak untuk selama-lamanya.
"Ryan katakan pada mbak apa yng terjadi di dalam yan" akhirnya Rania buka suara setelah bu Ana dan Pak Rasid yang tak di respon oleh pemuda itu.
"Mbak Rania harus kuat, tabah dan ikhlas itu pesan Mas Rehan untuk mbak Rania" Ucap Ryan sambil mengusap sudut matanya yang sudah berair.
"Keluarga saudari Rehan, Jenazah mau kita mandikan sebelumnya pihak keluarga bisa melihat jenazah di kamar mayat" ucap suster dengan wajah sendu.
"Jenazah? Kamar mayat? Tidaaaakk" Ucap Rania tak lama ia jatuh pingsan.
"MBAK RANIA" teriak Rina
"Maksudnya apa toh yan" Suara bu Ana sudah bergetar dengan kelopak mata yang sudah nerembun.
"Mas Rehan udah nggak ada Pak Bu" Ucap Ryan begitu tersayat hatinya mengatakan kabar ini.
"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" Ucap Pak Rasid.
"Anak sulungku pak, ndak mungkin bohongkan yan" Bu Ana beusaha menyangkal walaupun sudah menangis dengan air mata yang deras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
bunga meluncur
2024-03-16
2
Teteh Lia
salam kenal dari " love story in SMA"
2024-02-02
2
Atha Diyuta
smngt thor
2024-01-22
1