Sore harinya, pukul 5 sore, Daniel kembali ke rumah untuk menemui asisten rumah tangga baru yang dikirimkan oleh salah seorang kenalannya.
"Selamat sore, tuan. Saya Emilda, asisten rumah tangga yang dikirim Pak Ari," sapanya.
"Singkat saja, kamu hanya perlu mengurus rumah dan membantu adik saya bersiap untuk sekolah, dan mungkin sesekali memasak untuknya jika saya sedang tidak di rumah. Untuk jenis makanan apa yang kamu masak untuk adik saya, kamu harus bertanya dulu pada saya. Intinya adalah bersikap baiklah pada adik saya. Gajimu sebesar 60 juta per bulan. Jika kamu setuju, silakan tandatangani kontrak ini, dan jika nanti kamu melanggar, maka saya bebas memecat mu kapan pun saya mau," jelas Daniel.
"Baik, tuan," ucap sang ART sambil menandatangani kontrak kerjanya.
Sementara itu, Ghania baru saja pulang dijemput oleh sopir yang ditugaskan Daniel untuk menjemput Ghania selama dia tidak bisa menjemputnya.
"Kakak!" teriak Ghania begitu masuk dari pintu.
"Halo, Tuan Putri. Bagaimana sekolahnya?" tanya Daniel langsung menghampiri Ghania.
"Keren, sekolahnya bagus. Ghania juga bertemu teman baru, kak. Terus belajar lukis," jelas Ghania dengan wajah berbinar-binar.
"Tetapi... ibu ini siapa, kak?" tanya Ghania, menyadari ada orang asing di rumahnya.
"Halo, Nona. Saya Emilda. Saya akan membantu Nona untuk melakukan semua hal ke depannya. Senang berkenalan dengan Anda," sapa Emilda.
"Dia nanti bakal bantuin Ghania. Nanti kalau Ghania butuh apa pun, Ghania bilang saja sama Bu Emilda ya," jelas Daniel.
"Oh begitu ya, kak. Oke, kak. Halo, Bu Emilda, aku Ghania, adiknya kakak," sapanya dengan lucu.
"Anda anak yang sangat lucu," puji Emilda.
"Terima kasih," jawab Ghania.
"Emilda, silakan mulai bekerja. Sekarang saya yang akan mengurus Ghania," perintah Daniel.
"Baik, tuan."
Daniel pun menggandeng tangan Ghania sambil membawakan ranselnya menuju ke kamar Ghania. Kemudian, memerintahkan Ghania untuk menyegarkan badannya dan berganti pakaian.
"Sini, rambutnya kakak keringkan," ucap Daniel menawarkan.
Ghania pun duduk di kursi depan kaca sambil melihat sang kakak yang membantu mengeringkan rambutnya.
“Tuan, putriku bertemu teman baru hari ini?” tanya Daniel.
"Iya, tapi kak, mereka aneh. Mereka terus bertanya apakah aku kaya atau tidak. Memangnya mengapa kalau kaya?" curhat Ghania.
"Memangnya siapa yang bertanya?" tanya Daniel.
"Temen kelas Ghania, namanya Bianca, dan dia terus mengatakan bahwa nama belakangnya Gichelon. Memangnya apa pentingnya nama belakang?" kesal Ghania.
"Sayang, nama belakang mungkin tidak berarti bagi sebagian orang. Namun, beberapa orang di kelas sosial yang tinggi menggunakan nama belakang untuk menandakan posisinya sekaligus mengenali keluarganya. Jika nama belakangnya Gichelon, maka dia adalah anak keluarga sekolah. Kau tahu bapak yang kita temui saat pendaftaran kemarin," jelas Daniel.
"Iya, Kak Ghania ingat, tapi memangnya sepenting itu ya?" tanya Ghania lagi.
"Untuk orang-orang seperti kita, itu penting. Bahkan kakak memberimu nama belakang kakak, dan nama belakang kakak itu kakak dapat dari ayah dan kakek kakak. Dan sekarang kau juga bisa memanfaatkan nama belakangmu, Sayang."
"Lalu mengapa aku tidak pakai nama belakang papaku saja, Kak?" tanyanya polos.
"Kau akan tahu nanti saat besar, tuan putri."
"Lalu siapa lagi yang kau temui hari ini?" tanya Daniel lagi.
"Aku bertemu seorang teman yang baik, namanya Alea dan Tasya. Nama belakang Alea adalah Shalion, dan nama belakang Tasya adalah Dayne. Apakah mereka anak kaya juga, Kak?" jelas Ghania.
"Iya, Shalion itu adalah keluarga kaya yang menjalankan perusahaan sangat besar, dan Dayne menjalankan bisnis restoran terkenal," jawab Daniel.
"Wah, nama belakang mereka berarti sangat keren, Kak. Lalu, namaku apa, berarti sangat hebat juga, Kak?"
"Tentu saja, nama Arnatha itu terkenal sebagai keluarga dengan sejarah petinggi kemiliteran bahkan sejak kakek buyut kita. Pun adalah orang yang sangat terpandang dari dahulu hingga sekarang. Karena itulah kau bisa menggunakan nama belakang jika diperlukan, namun tidak untuk hal buruk. Mengerti?" ucap Kakak.
"Mengerti," jawab Ghania.
"Selesai, sekarang waktunya siap-siap untuk makan malam, lalu tidur. Mari, tuan putri," ajak Kakak.
Setelah menikmati makan malamnya, Ghania pun kembali ke kamarnya untuk beristirahat karena besok pagi dia harus pergi sekolah.
"Sekarang, lembaran baru dalam hidupmu telah dimulai. Jangan sedih, karena akan ada lebih banyak hal bahagia yang menunggumu di masa depan, Ghania."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments