Bab 3 Identitas Baru

Daniel yang merasakan gerakan-gerakan di sekitarnya membuka mata dan mendapati adiknya, Ghania, berbaring di pelukannya.

" Apa yang kamu lakukan, Tuan Putri?" tanya Daniel.

" Kakak hangat dan wangi," jawab Ghania.

" Benarkah? Kenapa Tuan Putri berada di sini?" tanya Daniel.

" Ghania mencari kakak ke mana-mana tetapi kakak sedang tidur di sini," timpalnya.

" Kamu mencari ku? Hmm? Jadi, bagaimana rumah barumu? Apakah cukup bagus untukmu, Tuan Putri?" tanya Daniel.

" Eummm... Rumah kakak sangat besar, bahkan kamarku sangat besar," jawab Ghania antusias.

" Hahaha, sekarang ini akan menjadi rumahmu juga, Sayang."

" Jadi, apa kita akan menjadi keluarga yang bahagia?" tanya Daniel sambil mengeratkan pelukannya.

" Eumm... Ghania dan kakak akan sangat bahagia," jawab Ghania tersenyum lebar.

" Tidurlah, besok kakak akan mengajakmu berkeliling."

" Benarkah?" tanya Ghania bersemangat.

" Tentu, tetapi sekarang kamu harus tidur dengan baik," ucap Daniel sambil menaikkan selimut untuk menyelimuti Ghania.

" Kakak, selamat malam."

" Selamat malam, Sayang," jawab Daniel.

Pagi hari berikutnya, Daniel bangun lebih dahulu dengan rasa kesemutan di lengannya. Dia perlahan-lahan menarik tangannya dan berdiri tanpa mengganggu tidur Ghania.

Dia turun ke bawah untuk memasak, karena hari ini adalah hari Minggu, dia berpikir untuk memasak sesuatu untuk Ghania namun menyadari bahwa kulkasnya tidak berisi sama sekali. Dia kembali ke atas untuk mengambil dompet dan pergi berbelanja, namun saat dia hendak masuk, ternyata Ghania baru saja terbangun.

" Kakak?" panggil Ghania sambil tersenyum dengan muka bantalnya.

" Selamat pagi, Tuan Putri. Tidurmu nyenyak?" tanya Daniel.

" Eummm," angguk nya.

" Kakak mau ke mana?" tanyanya.

" Kakak akan membeli beberapa barang untuk memasak sarapan," jawabnya.

" Ghania mau ikut."

"Boleh, pergilah cuci muka dan gosok gigimu, lalu kita pergi."

"Baik!"

Keduanya pergi ke supermarket yang tidak jauh dari rumah. Rumah mereka berada di kompleks tengah kota yang sangat dekat dengan fasilitas umum mana pun, sehingga mereka bisa cukup berjalan saja.

Mereka berjalan bergandengan menuju supermarket. Beberapa orang tetangga menyapa dan bertanya siapa anak kecil itu, dan dengan bangganya Daniel menjawab bahwa itu adalah adiknya. Tidak seperti di desa, orang-orang di sekitar tidak terlalu peduli tentang asal usul adik Daniel yang adalah seorang anak tunggal.

Sesampainya di supermarket, mereka mulai berkeliling untuk membeli barang-barang yang mereka perlukan.

"Apakah Ghania punya sesuatu yang ingin dimakan?" tanya Daniel.

"Tidak, Ghania suka apa pun yang kakak masak," jawabnya sambil tersenyum.

Setelah berbelanja di lantai 2, mereka turun melewati beberapa toko pakaian. Daniel pun berpikir bahwa mungkin Ghania butuh lebih banyak pakaian karena dia adalah anak perempuan. Jadi, dia mengajak Ghania membeli beberapa pakaian.

Setelah selesai berbelanja, keduanya kembali ke rumah. Daniel segera pergi ke dapur dan memasak untuk Ghania.

"Kakak, bisa masak?" tanya Ghania.

"Tentu, kakak selalu masak untuk diri sendiri sebelumnya, tetapi sekarang kakak akan masak untuk Ghania juga. Jadi, kalau Ghania mau makan sesuatu lain kali, bilang saja, biar kakak masakkan. Oke?"

"Oke!"

Keduanya menyantap nasi goreng spesial buatan Daniel dengan lahap di meja makan.

"Setelah makan, Ghania langsung mandi. Nanti Ghania ikut kakak keluar ya," ajak Daniel.

"Kita mau ke mana, kak?" tanya Ghania kecil.

"Eumm, buat akta baru Ghania. Setelah itu, kita lihat sekolah buat Ghania."

"Sekolah? Ghania boleh sekolah, kak?" tanyanya dengan semangat.

"Tentu saja, Ghania bisa pilih sekolah mana pun yang Ghania mau."

"Horeee, Ghania boleh sekolah! Hihii," tawanya lucu.

Setelah makan, Ghania naik ke kamarnya untuk mandi dan bersiap. Setelah mandi, Ghania membuka pintu lemari dan melihat deretan baju yang sangat cantik, belum lagi yang baru saja dibelikan kakaknya. Dia memilih acak pakaian-pakaian itu karena dia yakin semuanya pasti cantik saat dikenakan. Dia turun ke bawah untuk menghampiri kakaknya setelah bersiap.

Daniel benar-benar terpanah dengan adik kecilnya yang sangat imut itu. Benar-benar seperti Tuan Putri kecil.

Keduanya pun melaju dengan mobilnya menuju kantor urusan sipil untuk membuat akta. Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya akta untuk Ghania pun keluar.

"Ghania, setelah dapat ini. Sekarang Ghania bukan lagi Ghanisya Ashya, tetapi Ghanisya Ashya Arnatha."

"Arnatha itu siapa, kak?"

"Arnatha itu nama belakang kakak. Sekarang Ghania sudah jadi keluarga kakak, jadi Ghania tidak boleh meninggalkan kakak, oke?"

"Oke! Wahhh, nama Ghania jadi sangat indah, hihii."

"Sekarang ayo lihat sekolah Ghania!" ujar Daniel langsung menggendong Ghania dengan semangat.

Mereka berkendara sekitar 15 menit menuju sekolah itu. Begitu sampai saja, Ghania sudah terkagum-kagum melihat gerbang sekolah yang sangat besar itu. Di atasnya terdapat gapura besar bertulis "International Art School".

Daniel sengaja memilih sekolah ini, karena dia menyadari bahwa Ghania sangat tertarik dengan gambar dan seni.

"Kak, sekolah ini terlalu besar. Bagaimana jika Ghania tidak bisa belajar dengan baik? Pasti di sini banyak pelajarannya," ujarnya tiba-tiba merasa takut.

"Ghania, tenang saja. Di sini Ghania bakal lebih sering menggambar, kok. Pelajaran biasa cuma pendukung saja. Ghania suka gambar, kan?" jelas Daniel.

"Iya, Ghania suka gambar."

Keduanya bertemu kepala sekolah yang telah secara khusus mau bertemu dengan mereka meskipun di hari Minggu.

"Selamat pagi, Pak Hadi. Saya Daniel yang menghubungi Anda tadi pagi."

"Ah, iya, iya, saya kenal, Nak Daniel. Tidak perlu terlalu sungkan. Hahaha, anggap saja seperti di rumah. Jadi ini adik lucu yang mau mulai bersekolah?" tanya Pak Hadi berbasa-basi.

"Iya, ini adik saya, Ghania. Ghania, ayo sapa Pak Hadi."

"Hallo, Pak. Saya Ghania, usia saya 8 tahun," sapa Ghania.

"Ah, iya, iya, lucu sekali," puji Pak Hadi.

"Jadi, maksud saya, saya ingin adik saya belajar di sini, Pak."

"Ah, tentu saja, tentu saja," jawab Pak Hadi tanpa ber basa-basi.

"Tetapi karena adik saya sebelumnya tidak pernah sekolah di sekolah umum, jadi saya berharap sekolah dapat memberikan sedikit lebih banyak perhatian padanya. Apa mungkin untuk seperti itu, Pak?" tanya Daniel.

"Tentu, itu bukan hal yang sulit, tetapi untuk mendapatkan kelas lebih intensif, mungkin adik Anda akan mengorbankan banyak waktu dan juga akan menghabiskan banyak biaya. Apa Anda yakin?" tanya Pak Hadi.

"Saya tidak masalah dengan biayanya, Pak, dan saya yakin adik saya akan menyukainya nanti meskipun agak lebih sulit di awal," jawab Daniel.

"Baiklah, jika Anda yakin, ini adalah formulir kelas intensif. Silakan Anda isi di rumah dan bawa kembali bersama semua persyaratannya besok untuk mulai sekolah," kata Pak Hadi sambil menyerahkan beberapa lembar kertas.

"Ah, iya, baik. Terima kasih atas bantuannya, Pak. Mohon bimbing adik saya, Pak," ucap Daniel sambil berdiri dan bersalaman dengan Pak Hadi.

"Tentu, tentu. Jangan sungkan," balas Pak Hadi. Kemudian, Daniel dan Ghania pun pergi.

"Kak, sekolah ini mahal ya? Jika terlalu mahal, sebaiknya kita cari yang lain saja," ujar Ghania tiba-tiba sambil berjalan ke gerbang keluar.

"Apa?" tanya Daniel heran bagaimana anak kecil ini bisa berpikir seperti itu.

"Kalau sekolahnya mahal, kita cari yang lain saja," jelas Ghania.

"Ghania, sekolah ini memang mahal, tentu saja, karena ini salah satu sekolah yang paling bagus di negara ini. Tetapi itu bukan masalah karena kakak bisa membayarnya. Lagipula, itu bukan urusan anak kecil untuk memikirkan uang. Tugasmu sekarang hanya belajar, mengerti?" ucap Daniel memberi penjelasan.

"Eummm, baik, kak," jawab Ghania.

Keduanya kembali ke rumah. Saat sampai di depan gerbang, Ghania terkesima dengan rumahnya. Sebelumnya, dia tidak benar-benar memperhatikan, tetapi ketika mereka sampai, Ghania baru menyadari bahwa rumah sang kakak sangatlah indah dengan nuansa putih dan emas yang besar dan mewah.

"Kak, rumah ini sangat mewah," ucapnya terkesima.

"Benarkah? Apa kamu baru saja menyadarinya? Hahaha," tawa Daniel dengan ketinggian suara adiknya.

"Tadi Ghania belum sadar, ternyata dari luar pun sudah terlihat indah."

"Ayo, masuk, Tuan Putri. Ini sudah hampir sore," ajak Daniel.

Ghania langsung kembali ke kamarnya untuk mandi dan ganti pakaian, begitu pula dengan Daniel. Keduanya kemudian menikmati makan malam dan kembali untuk tidur. Setelah mengantar Ghania kembali ke kamarnya, Daniel pun pergi ke kamarnya untuk beristirahat.

Episodes
1 Bab 1 Awal ikatan baru
2 Bab 2 Rumah Baru
3 Bab 3 Identitas Baru
4 Bab 4 : Seorang teman kaya
5 Bab 5 : Nama belakang
6 Bab 6 : Wanita jahat
7 Bab 7 Orang baru
8 Bab 8 siapa dia ?
9 Bab 9 Pria tampan
10 Bab 10 Perasaan aneh
11 Bab 11 Aku bukan kakakmu lagi
12 Bab 12 Kakak yang salah
13 Bab 13 Kakak
14 Bab 14 Godaan kecil
15 Bab 15 : Seorang Teman
16 Bab 16 Usia hanya angka
17 Bab 17 Kakak dan Kakak
18 Bab 18 Tumpangan Pulang
19 Bab 19 Aku mengenalimu didalamnya
20 Bab 20 Orang asing
21 Bab 21 Dia adikku
22 Bab 22 Kemana dia
23 Bab 23 Bawa aku pergi
24 Bab 24 Stroberi
25 Bab 25 Bagaimana jika...
26 Bab 26 Pasien pertama
27 Bab 27 Cantik
28 Bab 28 Pura-pura
29 Bab 29 Rasa yang mengerikan
30 Bab 30 Kau adalah dokterku
31 Bab 31 Dukungan
32 Bab 32 Aku juga kaya
33 Bab 33 Kejadian lucu
34 Bab 34 Kelas baru
35 Bab 35 Nona yang lucu
36 Bab 36 Birthday party
37 Bab 37 membawa kabur pemilik pesta
38 Bab 38 Tamu berbahaya
39 Bab 39 Berikan kodenya
40 Bab 40 : Guna seorang teman
41 Bab 41 Kelinci
42 Bab 42 : Apapun yang kau inginkan
43 Bab 43 Pilihlah sesuatu yang tidak melukaimu
44 Bab 44 Kenapa ?
45 Bab 45 Dia yang salah
46 Bab 46 Setelah semuanya
47 Bab 47 Obrolan antara teman
48 Bab 48 Berbagilah dengan kekasihmu
49 Bab 49 Kesalahpahaman
50 Bab 50 seekor tikus
51 Bab 51 Masa depan ?
52 Bab 52 Kencan
53 Bab 53 kehilangan
54 Bab 54 Titik berat
55 Bab 55 Titik terang
56 Bab 56 Inikah akhirnya ?
57 Bab 57 Tempatmu ?
58 Bab 58 Diam dan Nikmati
59 Bab 59 Milikku
60 Bab 60 Seperti kakak
61 Bab 61 Mabuk
62 Bab 62 Pacarku
63 Bab 63 Jangan menariknya kembali
64 Bab 64 Sayang
65 Bab 65 466 Kesempatan
66 Bab 66 Tidak pasti
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Bab 1 Awal ikatan baru
2
Bab 2 Rumah Baru
3
Bab 3 Identitas Baru
4
Bab 4 : Seorang teman kaya
5
Bab 5 : Nama belakang
6
Bab 6 : Wanita jahat
7
Bab 7 Orang baru
8
Bab 8 siapa dia ?
9
Bab 9 Pria tampan
10
Bab 10 Perasaan aneh
11
Bab 11 Aku bukan kakakmu lagi
12
Bab 12 Kakak yang salah
13
Bab 13 Kakak
14
Bab 14 Godaan kecil
15
Bab 15 : Seorang Teman
16
Bab 16 Usia hanya angka
17
Bab 17 Kakak dan Kakak
18
Bab 18 Tumpangan Pulang
19
Bab 19 Aku mengenalimu didalamnya
20
Bab 20 Orang asing
21
Bab 21 Dia adikku
22
Bab 22 Kemana dia
23
Bab 23 Bawa aku pergi
24
Bab 24 Stroberi
25
Bab 25 Bagaimana jika...
26
Bab 26 Pasien pertama
27
Bab 27 Cantik
28
Bab 28 Pura-pura
29
Bab 29 Rasa yang mengerikan
30
Bab 30 Kau adalah dokterku
31
Bab 31 Dukungan
32
Bab 32 Aku juga kaya
33
Bab 33 Kejadian lucu
34
Bab 34 Kelas baru
35
Bab 35 Nona yang lucu
36
Bab 36 Birthday party
37
Bab 37 membawa kabur pemilik pesta
38
Bab 38 Tamu berbahaya
39
Bab 39 Berikan kodenya
40
Bab 40 : Guna seorang teman
41
Bab 41 Kelinci
42
Bab 42 : Apapun yang kau inginkan
43
Bab 43 Pilihlah sesuatu yang tidak melukaimu
44
Bab 44 Kenapa ?
45
Bab 45 Dia yang salah
46
Bab 46 Setelah semuanya
47
Bab 47 Obrolan antara teman
48
Bab 48 Berbagilah dengan kekasihmu
49
Bab 49 Kesalahpahaman
50
Bab 50 seekor tikus
51
Bab 51 Masa depan ?
52
Bab 52 Kencan
53
Bab 53 kehilangan
54
Bab 54 Titik berat
55
Bab 55 Titik terang
56
Bab 56 Inikah akhirnya ?
57
Bab 57 Tempatmu ?
58
Bab 58 Diam dan Nikmati
59
Bab 59 Milikku
60
Bab 60 Seperti kakak
61
Bab 61 Mabuk
62
Bab 62 Pacarku
63
Bab 63 Jangan menariknya kembali
64
Bab 64 Sayang
65
Bab 65 466 Kesempatan
66
Bab 66 Tidak pasti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!