Bab 2 Rumah Baru

Daniel kembali ke kantornya untuk melaporkan informasi yang telah dia dapatkan.

"Jadi, dia sudah dititipkan sejak berusia 6 bulan? Mereka benar-benar orang tua yang luar biasa. Mereka meninggalkan anak mereka sendiri sejak bayi. Entah apa dosa yang telah mereka lakukan," ujar sang kepala.

Sejak saat itu, kasus tersebut menjadi terbengkalai karena tertimpa kasus-kasus penting lainnya. Daniel terus bertemu dengan Ghania di akhir pekan untuk bermain selama beberapa bulan, dan keduanya menjadi sangat akrab satu sama lain.

"Kakak, kenapa kakak bodoh sekali? Masa polisi tidak bisa menangkap anak kecil," ejek Ghania sambil berlari.

"Ghania, kamu memang luar biasa. Kakak pun tidak bisa menangkap Ghania. Hahaha," ucap Daniel.

"Pak Daniel benar-benar akan menjadi seseorang yang sempurna untuk menjaga Ghania," ujar ibu panti dari kejauhan mengamati keduanya tertawa dengan riang.

Setelah puas bermain, Ghania dipanggil untuk makan siang, sedangkan Daniel diajak bicara oleh ibu panti di kantornya.

"Ada apa, Bu? Tiba-tiba Anda ingin bicara? Sepertinya ini cukup serius," tanya Daniel.

"Saya benar-benar memperhatikan Ghania ketika bersama dengan Anda. Dia tampak sangat bahagia, dan Anda juga tampak sangat menyayangi Ghania. Jadi, saya ingin bertanya, apakah Anda berniat untuk mengadopsi Ghania? Menurut saya, Anda adalah pilihan terbaik untuk Ghania," ucap ibu panti.

"Mengadopsi? Saya tidak pernah memikirkan itu sebelumnya. Tetapi kenapa Anda ingin saya mengadopsi Ghania?" tanya Daniel lagi.

"Saya hanya berpikir bahwa Ghania layak mendapatkan keluarga yang sebenarnya di luar sana. Dia sudah berada di sini sejak bayi. Saya ingin dia keluar dan melihat banyak hal di luar sana, dan saya merasa Anda adalah orang yang tepat untuk itu, Pak Daniel."

"Maafkan saya, Bu, tetapi mungkin saya akan berpikir lagi tentang itu," jawab Daniel.

"Tidak masalah, Anda dapat berpikir pelan-pelan."

Sore harinya, Daniel berpamitan dengan Ghania dan segera melaju dengan mobilnya pulang ke rumah. Setelah menyegarkan diri, Daniel duduk di ruang tamu rumahnya sambil menyantap mi instan dan menonton TV. Dia terus memikirkan perkataan ibu panti padanya.

Keesokan harinya, ini adalah hari yang berat bagi Daniel. Dia dimarahi habis-habisan oleh atasannya karena sebuah kasus yang tak kunjung selesai. Dia kembali ke rumah dengan lelah, menyadari bahwa rumahnya begitu sunyi dan kosong. Benar-benar menyedihkan. Mengulang hal yang sama berulang-ulang setiap hari. Ketika dia mengingat Ghania, entah rasanya hatinya memanas dan membuat kelelahannya sirna. Pada saat itu, dia memutuskan bahwa dia akan membawa Ghania ke rumahnya.

Pagi hari di akhir pekan ini, dia telah meyakinkan diri bahwa dia akan merawat Ghania. Dia berangkat ke panti asuhan dengan hati senang. Begitu sampai, dia langsung menemui ibu panti.

"Begini, tentang apa yang Anda katakan sebelumnya. Saya sudah berpikir cukup lama dan saya merasa bahwa saya bisa merawat Ghania bersama saya. Jadi, Bu, izinkan saya merawat Ghania," kata Daniel.

"Benarkah? Saya turut senang untuk Ghania. Saya percaya Anda akan menjaga Ghania dengan baik nantinya," ujar ibu panti.

"Terima kasih, Bu. Saya akan membawa Ghania bersama saya hari ini jika diizinkan," pinta Daniel.

"Tentu, Pak Daniel. Kami akan bicarakan dengan Ghania terlebih dahulu jika begitu. Silakan Pak Daniel berkeliling atau beristirahat dahulu," ucap ibu panti sambil beranjak dari tempat duduknya.

Di sisi lain, Ghania sedang duduk menggambar di bawah sebuah pohon ketika ibu panti mendekatinya.

"Sayang, kamu sedang apa ?" tanya ibu panti.

"Ghania sedang menggambar, Bu. Ini Ghania, ini Kakak, ini Papa, dan Mama," jelasnya.

"Wah, Ghania pintar gambarnya ya. Ghania, mau tidak tinggal bersama Kakak?" tanya ibu panti.

"Kakak? Mau! Ghania mau, Bu!" teriaknya antusias.

"Tetapi kalau Ghania tinggal sama Kakak, siapa yang jagain Ibu? Nanti kalau Papa Mama jemput, bagaimana?" tanyanya dengan wajah berubah sedih.

"Ghania, tenang saja. Ibu banyak yang jagain kok. Nanti kalau Papa Mama jemput, Ibu telepon saja Ghania. Kan Ghania bisa telepon Ibu dari rumah Kakak," jawab ibu panti memberikan pengertian.

"Benar, Kakak kan punya banyak uang, pasti di rumahnya banyak telepon. Tapi Ibu janji ya, sering telepon Ghania," ujarnya mengajak si Ibu untuk janji kelingking.

"Tentu, ya sudah, Ghania, siap-siap yuk. Pulang ke rumah Kakak," jawab ibu panti mengaitkan kelingkingnya.

Setelah bersiap-siap, ibu panti mengajak Ghania menemui Daniel di ruang pertemuan.

"Kakak!" teriak Ghania dengan semangat.

"Halo, Tuan Putri. Kamu kangen kakak?" tanya Daniel sambil menggendong dan memeluk Ghania.

"Eumm... Ghania kangen kakak," jawab Ghania.

"Ghania siap buat tinggal di rumah baru?" tanya Daniel.

"Eumm," jawabnya sambil mengangguk.

Namun kemudian dia menatap sang ibu panti dan meronta turun lalu memeluknya.

"Nanti Ghania bakal kangen sama ibu. Ibu jangan lupain Ghania ya?" ucapnya sambil menahan tangis.

"Tentu, Ghania kecil adalah kesayangan ibu. Ibu ga akan lupain Ghania. Nanti Ghania sering-sering main ke sini ya? Bertemu temen-temen sama suster-suster," balas ibu panti sambil memeluk Ghania.

"Iya, nanti Ghania sering-sering ke sini, Bu," jawabnya sambil menangis.

"Ya sudah, Bu, kami pamit dahulu. Nanti kami akan sering berkunjung jika ada waktu. Terima kasih atas jasa Anda selama ini, saya akan menjaga Ghania dengan baik," pamit Daniel sambil meraih tas pakaian Ghania.

"Tentu, Pak Daniel, kami percaya pada Anda."

Keduanya berjalan meninggalkan panti, Ghania terus menangis sambil melihat ke belakang. Setelah duduk di mobil, Daniel melihat Ghania yang masih menangis dan menghapus air matanya.

"Ghania, jangan nangis lagi ya. Nanti kita sering-sering ke sini. Oke?" ujarnya sambil menenangkan Ghania.

"Iya, Kak," jawabnya sambil langsung menghapus air matanya.

"Ghania tidur aja, rumah Kakak lumayan jauh. Nanti Kakak bangunin kalau sudah sampai, ya," ucap Daniel.

Ghania pun mencari posisi yang nyaman untuk tidur.

Keduanya sampai di rumah, melihat Ghania yang tertidur pulas, Daniel tidak tega untuk membangunkannya. Dia pun memutuskan untuk menggendong Ghania ke kamarnya.

Setelah menidurkan Ghania di kamarnya, Daniel kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri dan berbaring untuk beristirahat karena sudah pukul 9 malam.

Sementara itu, Ghania baru saja terbangun dari tidurnya.

Ketika membuka mata, dia tampak kagum dengan ruangan yang dipenuhi dengan nuansa putih dan pink yang lembut. Kamarnya sangat luas, bahkan hampir tiga kali lipat dari kamarnya di panti asuhan, dilengkapi dengan kamar mandi dalam ruangan dan balkon yang cantik menghadap kolam renang.

Memang Daniel adalah orang yang cukup kaya berkat warisan yang ditinggalkan orang tuanya dan pekerjaannya yang stabil.

Ghania keluar dari kamarnya setelah mandi dan berganti pakaian. Dia mencari di mana kakaknya berada. Dia turun ke lantai satu berpikir bahwa sang kakak sedang duduk di sana, namun ternyata tidak ada. Akhirnya, dia kembali ke lantai dua untuk melihat beberapa ruangan di sana. Dia membuka pintu kamar yang tepat berada di sebelah kamarnya dan menemukan sang kakak yang tertidur pulas. Dia naik ke atas ranjang itu dan memposisikan dirinya tidur di pelukan sang kakak.

Episodes
1 Bab 1 Awal ikatan baru
2 Bab 2 Rumah Baru
3 Bab 3 Identitas Baru
4 Bab 4 : Seorang teman kaya
5 Bab 5 : Nama belakang
6 Bab 6 : Wanita jahat
7 Bab 7 Orang baru
8 Bab 8 siapa dia ?
9 Bab 9 Pria tampan
10 Bab 10 Perasaan aneh
11 Bab 11 Aku bukan kakakmu lagi
12 Bab 12 Kakak yang salah
13 Bab 13 Kakak
14 Bab 14 Godaan kecil
15 Bab 15 : Seorang Teman
16 Bab 16 Usia hanya angka
17 Bab 17 Kakak dan Kakak
18 Bab 18 Tumpangan Pulang
19 Bab 19 Aku mengenalimu didalamnya
20 Bab 20 Orang asing
21 Bab 21 Dia adikku
22 Bab 22 Kemana dia
23 Bab 23 Bawa aku pergi
24 Bab 24 Stroberi
25 Bab 25 Bagaimana jika...
26 Bab 26 Pasien pertama
27 Bab 27 Cantik
28 Bab 28 Pura-pura
29 Bab 29 Rasa yang mengerikan
30 Bab 30 Kau adalah dokterku
31 Bab 31 Dukungan
32 Bab 32 Aku juga kaya
33 Bab 33 Kejadian lucu
34 Bab 34 Kelas baru
35 Bab 35 Nona yang lucu
36 Bab 36 Birthday party
37 Bab 37 membawa kabur pemilik pesta
38 Bab 38 Tamu berbahaya
39 Bab 39 Berikan kodenya
40 Bab 40 : Guna seorang teman
41 Bab 41 Kelinci
42 Bab 42 : Apapun yang kau inginkan
43 Bab 43 Pilihlah sesuatu yang tidak melukaimu
44 Bab 44 Kenapa ?
45 Bab 45 Dia yang salah
46 Bab 46 Setelah semuanya
47 Bab 47 Obrolan antara teman
48 Bab 48 Berbagilah dengan kekasihmu
49 Bab 49 Kesalahpahaman
50 Bab 50 seekor tikus
51 Bab 51 Masa depan ?
52 Bab 52 Kencan
53 Bab 53 kehilangan
54 Bab 54 Titik berat
55 Bab 55 Titik terang
56 Bab 56 Inikah akhirnya ?
57 Bab 57 Tempatmu ?
58 Bab 58 Diam dan Nikmati
59 Bab 59 Milikku
60 Bab 60 Seperti kakak
61 Bab 61 Mabuk
62 Bab 62 Pacarku
63 Bab 63 Jangan menariknya kembali
64 Bab 64 Sayang
65 Bab 65 466 Kesempatan
66 Bab 66 Tidak pasti
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Bab 1 Awal ikatan baru
2
Bab 2 Rumah Baru
3
Bab 3 Identitas Baru
4
Bab 4 : Seorang teman kaya
5
Bab 5 : Nama belakang
6
Bab 6 : Wanita jahat
7
Bab 7 Orang baru
8
Bab 8 siapa dia ?
9
Bab 9 Pria tampan
10
Bab 10 Perasaan aneh
11
Bab 11 Aku bukan kakakmu lagi
12
Bab 12 Kakak yang salah
13
Bab 13 Kakak
14
Bab 14 Godaan kecil
15
Bab 15 : Seorang Teman
16
Bab 16 Usia hanya angka
17
Bab 17 Kakak dan Kakak
18
Bab 18 Tumpangan Pulang
19
Bab 19 Aku mengenalimu didalamnya
20
Bab 20 Orang asing
21
Bab 21 Dia adikku
22
Bab 22 Kemana dia
23
Bab 23 Bawa aku pergi
24
Bab 24 Stroberi
25
Bab 25 Bagaimana jika...
26
Bab 26 Pasien pertama
27
Bab 27 Cantik
28
Bab 28 Pura-pura
29
Bab 29 Rasa yang mengerikan
30
Bab 30 Kau adalah dokterku
31
Bab 31 Dukungan
32
Bab 32 Aku juga kaya
33
Bab 33 Kejadian lucu
34
Bab 34 Kelas baru
35
Bab 35 Nona yang lucu
36
Bab 36 Birthday party
37
Bab 37 membawa kabur pemilik pesta
38
Bab 38 Tamu berbahaya
39
Bab 39 Berikan kodenya
40
Bab 40 : Guna seorang teman
41
Bab 41 Kelinci
42
Bab 42 : Apapun yang kau inginkan
43
Bab 43 Pilihlah sesuatu yang tidak melukaimu
44
Bab 44 Kenapa ?
45
Bab 45 Dia yang salah
46
Bab 46 Setelah semuanya
47
Bab 47 Obrolan antara teman
48
Bab 48 Berbagilah dengan kekasihmu
49
Bab 49 Kesalahpahaman
50
Bab 50 seekor tikus
51
Bab 51 Masa depan ?
52
Bab 52 Kencan
53
Bab 53 kehilangan
54
Bab 54 Titik berat
55
Bab 55 Titik terang
56
Bab 56 Inikah akhirnya ?
57
Bab 57 Tempatmu ?
58
Bab 58 Diam dan Nikmati
59
Bab 59 Milikku
60
Bab 60 Seperti kakak
61
Bab 61 Mabuk
62
Bab 62 Pacarku
63
Bab 63 Jangan menariknya kembali
64
Bab 64 Sayang
65
Bab 65 466 Kesempatan
66
Bab 66 Tidak pasti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!