Sepulang dari Jakarta, di Padang, Arasya harus memulihkan diri. Dia jatuh sakit sejak hari pemakanan ayah tirinya waktu itu.
Mungkin karena terlalu sedih ditinggal Oma Ratna dan Ayah Ihsan dalam waktu berdekatan ditambah kelelahan dan hujan - hujanan. Daya tahan tubuhnya jadi drop. Alhasil rencana liburan keliling Sumatera Barat jadi gagal. Dia cuma pergi ke beberapa tempat yang dekat saja setelah sembuh. Keliling Kota Padang dan pergi ke Solok kota.
Tapi itu cukup membuatnya senang dan terhibur. Ante Dewi jadi teman travelling yang menyenangkan. Mereka menikmati wisata kuliner seperti keinginan Arasya. Semua rasa otentik yang dia rindukan sudah dia cicipi. Mulai dari menu sarapan kesukaannya sate pical, sampai lontong gulai tunjang dekat stasiun kereta api.
Sekarang waktunya fokus menyiapkan kado pernikahan untuk Kak Ran. Sebenarnya dia sudah menyiapkan sebuah kado istimewa, piyama couple dari merk ternama yang dia beli di Paris. Tapi Arasya masih ingin menambahkan hadiahnya, Kak Ran adalah orang yang istimewa baginya. Ini adalah momen sekali seumur hidup, jadi dia akan mencurahkan kasih sayangnya pada Kak Ran dengan kado spesial yang dibuat sendiri.
Sebagai seorang fashion designer, dia menggunakan seluruh keahliannya. Mempersembahkan sebuah gaun yang sangat indah. Dengan bahan kain pilihan yang dia beli di Paris, gaun itu dia kerjakan sendiri. Mulai dari menggambar design, merancang pola, menggunting, dan menjahit.
Pengerjaannya sudah selesai, tinggal finishing dengan menambahkan beberapa detail. Yaitu menjahitkan mutiara sebagai pemanis.
Dia tengah sibuk dengan mutiara, benang dan jarumnya sekarang. Sampai dia melupakan makan siang padahal ini sudah sore.
"Ara, makan dulu lah!" Ante Dewi kembali mengingatkannya. Menyusul Arasya yang sedang sibuk dikamarnya.
"Ya, Nte. Nanggung nih, dikit lagi," Arasya meringis, perutnya juga sudah lapar sekali. Hanya saja dia tipe yang tidak suka meninggalkan pekerjaan yang sedang tanggung. Seolah ada yang ganjal dihatinya.
Ante Dewi berdecak sebal. Keponakannya itu baru juga pulih tapi malah mengabaikan kesehatan dengan menunda makan.
Akhirnya setengah jam kemudian pengerjaan gaun itu selesai juga. Dengan semangat dia lipat rapi lalu dikemas dalam box kado yang cantik dengan pita warna emas.
"Semoga Kak Ran suka," gumamnya dengan mata berbinar melihat box kado yang sudah dia masukkan ke papar bag.
Pernikahan Kak Ran tinggal tiga hari lagi. Dia akan berangkat ke Jakarta bersama Ante Dewi besok malam. Hari ini dia akan memuaskan diri dengan aneka jajanan yang dijanjikan Ante Dewi. Ya, Arasya memang suka sekali menikmati jajanan tradisional khas minang setiap kali dia pulang ke Padang. Di Paris dia tidak akan bisa menikmati semua itu.
"Wuihhh mantap!" seru Arasya melihat meja makan sudah dipenuhi aneka jajanan yang dia minta. Ada kue talam ubi, putu bambu, onde - onde, karupuak leak (Kerupuk dengan kuah sate diatasnya, biasanya juga dilengkapi bihun goreng) dan masih banyak lagi.
"Tapi kebanyakan ya, Nte. Siapa yang ngabisin?" rasanya tidak akan muat diperutnya melihat banyaknya jajanan diatas meja.
"Ah! Gampang mah itu. Ntar dibagiin sekalian ke anak kos." Hari ini Ante Dewi lagi happy. Masalah dengan keluarga Uwo Dalima sudah selesai dengan hitam di atas putih. Dia cukup lega meskipun sekarang rumah peninggalan sang ibu dalam keadaan tergadai.
Tapi dia bisa tenang karena usaha kos - kosan tetap jalan dan menghasilkan.
"Ngomong - ngomong, calon suami Kiranti kerja apa, Ra?" celetuk Ante Dewi sambil memisahkan jajanan yang akan dibagikan ke para penghuni kos yang ada di kos, yang lagi diluar tentu tidak dapat jatah.
"Ara kurang tahu, Nte," jawab gadis rambut sepinggang itu jujur. Sampai hari ini Kak Ran sulit dihubungi. Arasya mencoba maklum. Kak Ran pasti sangat sibuk menyiapkan acara pernikahannya di saat sudah yatim piatu dan tidak punya banyak saudara. Meski dia agak berkecil hati tapi dia mencoba maklum.
Dalam hal ini keadaan mereka sama. Dari pihak mama Amirah tidak banyak keturunan yang tersisa. Sedangkan dari pihak papa Rusli kebanyakan ada di pulau Jawa dan Kalimantan. Arasya juga jarang sekali bertemu mereka.
Ante Dewi mengurungkan niat untuk bertanya lebih jauh. Melihat air muka Arasya yang berubah mendung.
"Ya, sudah. Buruan makan jajananya habis itu makan nasi!" ultimatum Ante Dewi. Dia takut Arasya kalap makan jajanan sampai kenyang. Lalu melupakan makan nasi dan lauknya.
"Hehe...iya, aman!" sahut Arasya lalu nyengir. Dia sih tidak bisa janji. Pikirnya gak apa - apa sesekali tidak makan nasi. Toh di Paris dia jarang makan nasi. Disana adanya pizza dan pasta serta berbagai roti - rotian. Dia juga jarang masak sendiri karena banyak kesibukan. Belakangan dia sempat dimanjakan dengan kedatangan Oma Ratna yang menemaninya selama beberapa bulan. Membawa banyak rendang dan beras asli Solok yang terkenal itu.
.
Waktunya berangkat ke Jakarta. Arasya membawa koper yang dia gunakan ketika pulang dari Paris. Karena rencananya dia akan kembali ke Paris seminggu setelah akad nikah Kak Ran, langsung dari Jakarta.
Ante Dewi cuma membawa koper kecil karena hanya akan menetap beberapa hari saja.
Mereka tiba dengan selamat di bandara Soekarno Hatta hampir tengah malam. Menginap di hotel yang sama dengan saat itu, hari pemakaman ayah tirinya. Arasya memilih hotel itu karena cukup dekat dari rumah Kak Ran yang menjadi tempat dilangsungkannya akad nikah.
Usai mencuci muka mereka naik ke tempat tidur masing - masing. Arasnya memilih kamar dengan double bed.
Ante Dewi sudah tertidur dengan lelapnya begitu tubuhnya menempel dikasur. Wajar saja ini sudah tengah malam. Tapi anehnya Arasya tidak bisa tidur. Seperti ada yang menahannya untuk terlelap.
Mendadak bayangan wajah Diko muncul dikepalanya. Tatapan mengintimidasi pria itu sekali lagi mengusiknya malam ini. Perasaannya jadi tidak enak. Padahal sejak hari itu dia tidak lagi memikirkannya.
Arasya pun mengambil buku sketsa dari tote bagnya. Buku yang selalu dia bawa kemana - mana. Tempatnya mencurahkan segala ide dan inspirasi yang muncul dikepala dengan goresan pensil.
Mencoba melanjutkan design yang belum selesai. Dia membuat goresan demi goresan sampai akhirnya memekik frustasi karena tidak bisa fokus.
Sreeeekkk!
Lembar yang dia kerjakan itu dia sobek lalu di re mas sampai membentuk bola lalu dilemparkan ke tong sampah.
"Aaaiiihhss!" jadi tambah kesal karena lemparannya meleset sehingga bulatan kertas itu jatuh ke lantai.
Akhirnya dia pasrah, membiarkannya saja dan segera mematikan lampu. Dia mencoba tidur dengan menutup matanya dengan lengan. Berguling kekiri dan kekanan. Berulang kali membetulkan selimutnya.
"Gerah!" dia menyibak selimut yang menutupi dari leher sampai ke ujung kaki.
"Errgghh...dingin!" selimut kembali dipakai.
Dia ingin mengatur ulang suhu pendingin ruangan tapi sudah malas turun dari ranjang untuk mengambil remote.
Belum lima menit dia sudah gelisah lagi karena merasa tidak nyaman dengan selimutnya.
"Uuuhh...ini baru enak!" batinnya setelah menjulurkan satu kaki keluar selimut sedangkan kaki lainnya tetap dalam selimut.
.
"Saya terima nikah dan kawinnya Arasya Dwina Putri binti Rusli Munandar dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"
"Sah?"
"Sah!"
"Alhamdulillah!"
Arasya membeku saat keningnya dicium dengan takzim!
"Istriku!"
"Kamu bukan istriku!"
"Kamu bukan istriku!"
"Kamu bukan istriku!"
Bibir Arasya kelu. Dia ingin berlari mengejar pria itu yang baru saja mencium keningnya.
Tapi kakinya mendadak tersandung sehingga dia terjatuh dan tersungkur dilantai yanh dingin.
"Arasya!"
"Ara!"
Mata Arasya perlahan membuka dengan tidak rela.
"Kamu mimpi apa sih? Sampai jatuh gitu?" Ante Dewi geleng - geleng kepala.
Sontak Arasya melihat ke sekeliling.
"Kok aku dilantai?"
"Ya, kamu jatuh!"
Arasya masih belum sepenuhnya sadar. Di luar masih gelap. Dia ingin tidur lagi dan segera naik ketanjang.
"Eh, malah lanjut tidur! Bangun, udah mau subuh ini," Ante Dewi menyibak lagi selimut Arasya membuat gadis itu merengek dan memegangi selimutnya.
"Ante mandi aja dulu. Gantian, kalau udah selesai baru bangunin aku. Masih ngantuuk!" rengeknya dengan mata kembali memejam.
Ante Dewi akhirnya membiarkan keponakannya tidur lagi. Kasihan juga, dia tahu biasanya Arasya sulit tidur ditempat baru. Dia harus segera mandi karena akan berdandan dengan kemampuan make up nya yang pas - pasan, akan butuh waktu setidaknya dua jam. Sedangkan mereka harus sudah berangkat pukul 7 nanti. Arasya ingin menyaksikan prosesi akad nikah Kiran dari awal.
"Aduh kebelet pipis!" Ante Dewi bergegas ke kamar mandi dan tidak sengaja membanting pintu.
BLAMP!
Arasya yang baru jatuh ke alam mimpi terkaget. Dia terperanjat dan langsung duduk.
"Tadi mimpi apa, ya?" Dia tiba - tiba melihat cuplikan mimpinya.
"Astaga!" dia menyugar rambutnya cepat.
Jantungnya bertalu dengan keras. Dia berdebar entah kenapa. Mimpinya aneh sekali. Dia bahkan tidak bisa mengingat wajah siapa dimimpinya. Dia hanya ingat namanya disebut dalam sebuah acara yang seperti acara akad nikah.
"Mungkin karena terlalu mikirin nikahannya Kak Ran," gumamnya lalu kembali tidur.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Mesri Simarmata
belum up lg ya?
2024-01-21
1