Episode 04

Setelah kejadian Wildan yang menuangkan merica ke dalam Sup, dia semakin sering ke dapur, menganggu Erin yang menyiapkan makanan 3 kali dalam sehari. Terkadang dia memasukkan gula ke dalam makanan asin, dan menuangkan garam ke dalam jus. Erin menahan dirinya untuk tidak marah atas semua gangguan tersebut. Dia memilih mengabaikan semuanya dan menyiapkan makanan mulai dari awal saat Wildan melakukan kenakalan tersebut.

Hingga suatu hari, Erin menyiapkan makan malam untuk Wildan, hanya untuk Wildan karna kedua orang tuanya pergi berlibur ke luar kota.

Lina bersiap untuk pulang karna jam sudah menunjukkan pukul 9 malam dan Nyonya Triana beserta Tuan Benedict tidak berada di rumah, yang artinya setelah Wildan makan malam, pekerjaannya juga sudah selesai.

Wildan yang tadinya ingin ke dapur untuk mengganggu Erin berhenti dan bersembunyi saat mendengar suara Lina.

"Erin, setelah menyiapkan makan malam untuk Tuan Wildan, istirahatlah secepatnya, akan lebih baik jika dia tidak melihatmu"

"Terimakasih Lina, dia benar-benar menganggu ku selama ini"

"Aku tahu, kau melakukannya sudah cukup baik, teruslah abaikan dia"

"Aku mengalah padanya karna dia masih muda, dia mungkin sedang mengalami masa pubertas, karna itulah dia seperti ini"

"Kau benar, Aku bekerja di rumah ini sejak dia berumur 3 tahun, sekarang dia berumur 18 tahun, tapi dia masih terlihat seperti anak-anak di mataku"

"Lina sudah 15 tahun bekerja disini?"

"Iya, saat itu umurku 26 tahun, ada begitu banyak pelayan, dan koki yang sering bergonta-ganti setiap tahun hingga saat ini, aku berharap Erin berniat menetap sedikit lama disini"

Erin hanya tersenyum pada Lina lalu melangkah menuju kamarnya.

***

Di pagi hari, Erin yang sedang menyiapkan sarapan pagi berharap hari ini tidak ada gangguan dari Wildan. Dia dengan cepat membuat jus lalu meletakkannya di atas nampan. Dengan membawa nampan berisi jus apel dan waffel, saat berbalik, Erin menabrak Wildan yang berdiri tepat di belakangnya.

Kini Waffel itu berserakan di lantai dan jus apel membasahi baju Wildan. Erin menatap waffel yang berserakan sambil mulut yang masih terbuka karna kaget, lalu dengan cepat menatap ke arah Wildan.

"Ada apa? Kau ingin mengatakan sesuatu?"Wildan menatap Erin lalu memeras bajunya yang basah karna jus

"Saya minta maaf, saya akan membereskan semua ini lalu kembali menyiapkan sarapan"Wildan bodoh!! kenapa kau berdiri di belakangku? Bocah ini benar-benar! Aku baru saja berharap tidak ada gangguan darimu hari ini, dan inilah yang terjadi.

"Kemana sikap kasarmu saat pertama kali kita bertemu? Selama ini aku penasaran seberapa lama kau bisa berpura-pura sabar, dan aku mulai berpikir kau cukup sabar, tapi mendengarmu berkata bahwa kau mengalah karna aku masih muda, itu menyakiti harga diriku"

"Menyakiti harga diri anda? Maaf saya tidak mengerti maksud anda Tuan Wildan, dan jujur saja, saya tidak mengerti sikap anda yang selama ini suka mengganggu pekerjaan saya, akibat sikap kekanak-kanakan yang anda miliki, saya harus kembali menyiapkan makanan yang sudah selesai saya kerjakan"

"Aku ingin melihat sikap kasarmu, bukan wajah dengan senyuman palsu yang setiap hari kau berikan padaku, dan juga, menunggumu meledak karna marah setelah menahan semuanya adalah hal yang menyenangkan"

"Jika itu tujuan anda selama ini, maka saya harus meminta maaf lagi, karna saya tidak akan membiarkan amarah saya meledak hanya karna gangguan kekanak-kanakan anda"

Wildan mengepalkan tangannya lalu pergi meninggalkan Erin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!