Seketika begitu masuk ke dalam rumah Riska sudah tercium wangi masakan.
"Hmmm.... Wangi banget, lagi bikin apa Ris? "
"Aku lagi bikin Spaghetti Bolougnese, tinggal bikin bumbunya saja" Riska kemudian mengambil alih mengaduk bumbu Spaghetti yang tadi ketika Zia datang diambil alih oleh Bi Minah.
"Nahhh.... Sudah matang"
Riska kemudian memindahkan bumbu Spaghetti tersebut ke wadah dan menyimpannya ke meja makan.
"Yuuu Zi, kita makan Spaghetti"
"Oh iya kamu mau minum apa? "
"Kebetulan juga aku baru bikin jus melon, mau nga? Tanya Riska sambil menuangkan jus untuk dirinya sendiri.
" Mauu... Mauuuu... "
"Mana aku bisa nolak dikasih jus mah, mana siang ini panas banget, alhamdulillah rezeki ini mah namanya" Kekeh Zia.
"Zi.. Zi... Tingkah kamu yang kayak gini nih yang bikin aku kangen masa-masa kita bareng terus setiap hari" Ucap Riska sambil terkekeh.
Sambil menikmati Spaghetti dan jus melon, sambil Zia dan Riska bertukar cerita. Padahal bisa dibilang hampir setiap hari mereka bertukar kabar via whatsup tetapi tetap saja saat bertemu seperti ini masih saja banyak yang diceritakan.
"Jadi gimana Zi ?"
"Jadi gimana-gimana Ris? "
"Kamu kalau nanya suka nga lengkap" Ucap Zia.
"Hmmm... Kamu jadi kuliah dimana"
"Di kampusku masih nerima pendaftaran kok Zi"
Tiba-tiba raut wajah Zia berubah. Riska sebagai sahabat sudah hapal betul mimik Zia saat ini dan Riska baru menyadari ada yang beda dengan mata Zia hari ini.
"Hadeuuh sepertinya aku salah bicara" Batin Riska.
"Maaf ya Zi"
"Maaf untuk?? " Tanya Zia tidak paham kenapa Riska kenapa tiba-tiba meminta maaf kepadanya.
"Maaf..... Kalau aku sudah salah bicara" Ucap Riska yang jadi merasa tidak enak sendiri melihat raut wajah Zia yang seketika berubah.
"Yaelahhh Ris... Aku kira maaf kenapa"
"Gak apa-apa lagi, santai aja friend"
Lalu mengalirlah cerita Zia tentang tadi malam yang tidak sengaja ia mendengar pembicaraan antara Abi dan Umminya, serta setelahnya Zia menangis hingga tertidur.
Walaupun Zia berusaha ikhlas, tetapi tidak semudah mengatakannya. Bahkan saat menceritakan kejadian tadi malam, Zia kembali meneteskan air matanya.
Riska yang semula makan berhadapan dengan Zia, langsung menghampiri dan duduk disamping Zia dan berusaha mentransfer kekuatan untuk sahabatnya tersebut agar sabar dan ikhlas menerima setiap keputusan didalam hidup.
"Sabar ya Zi.... "
"Ingat Zi...Orang-orang yang sabar akan mendapat pahala yang tiada terhingga. Ini adalah janji Allah yang menggembirakan bagi mereka yang memilih untuk bersabar dalam menghadapi ujian hidup" Ucap Riska sambil memberikan tissu dan mengusap punggung Zia.
Riska pun bahkan sempat larut dalam kesedihan yang dirasakan Zia, karena ia tahu sendiri tekad Zia yang sangat ingin kuliah hingga jenjang doktor.
"Gimana kalau kamu terima tawaran dari Papa aku Zi? "
"Kan kamu jadi bisa tetap kuliah tahun ini" Ucap Riska masih berusaha membujuk Zia supaya menerima tawaran Papa Pras yang ingin membiayai Zia kuliah.
"MasyaAllah ya Ris, Papa Pras itu orang baik apalagi di dukung dengan memiliki istri seperti Mama Dinda"
"Pantas rezekinya mengalir terus"
"Tapi maaf ya Ris, sudah banyak kebaikan yang keluarga kalian. Berikan ke aku, jujur aku suka malu sendiri karena ujung-ujungnya pasti selalu masalah biaya"
"Biar kali ini aku usaha sendiri saja Ris, ya siapa tahu saja aku memang nga bisa kuliah tahun ini, tapi siapa tahu tahun depan aku bisa kuliah" Ucap Zia.
"Terus... "Ucap Riska terpotong karena ragu khawatir salah bicara.
" Terus apa?? "
"Terus belok kanan, lurus, lewat polisi tidur baru deh sampai ke rumah aku, hihihiii" Jawab Zia.
"Ziiiiii..... "Riska langsung menepuk bahu Zia
" Adawwww sakit tau!!! " Ucap Zia sambil meringis, karena memang Riska menepuk nya kencang.
"Lagiiiii kamu mah, orang lagi serius malah bercanda!! " Ucap Riska sambil sedikit cemberut.
"Ehhhh makanya kalau nanya itu jangan setengah-setengah"
"Kebiasaan kamu mau Ris, ya mana aku ngerti kamu mau tanya apa? "
"Iya.. Iya bawelll"
"Maksud aku, terus rencana kamu selanjutnya apa? " Tanya Riska seperti biasa memasang muka seriusnya.
Karena sebenarnya antara Riska dan Zia ini memang dari awal bertolak belakang. Riska tipenya seriusan, sedangkan Zia banyak bercanda. Tetapi justru karena perbedaan itulah mereka jadi cocok dan saling mengisi. Justru Riska yang seriusan dan cenderung pendiam, jika bersama Zia bisa berubah menjadi banyak bicara.
"Ooh... Itu"
"MasyaAllah alhamdulillah Ris, tadi pagi waktu antar kue Ummi ke Kedai Cemal Cemil, aku ditawari kerja di sana"
"Terus.... Kamu terima?" Tanya Riska lagi.
"Ya iyalah... Masa nga"
"Alhamdulillah mulai besok kerjanya"
"Alhamdulillah aku jadi punya penghasilan sendiri Ris, jadi nge ngerepotin Abi sama Ummi lagi Ris"
"Akkkhhhhh aku juga ikut senang dengarnya Ziiii..... "
"Selamat ya!!!!! " Ucap Riska ikut bahagia mendengar apa yang baru saja disampaikan Zia.
"Tapi.... " Tiba-tiba raut wajah Zia berubah lagi.
"Tapi kenapa Zi???? "
"Kok ada tapi???? " Riska jadi binggung sendiri.
"Aku ngerasa bersalah banget udah suudzon sama Abi dan Ummi"
"Mana tadi pagi juga udah bohong sama Ummi, tapi tadi pas pulang aku udah minta maaf sama Ummi" Ucap Zia.
"Sudah-sudah yang terpenting jangan sampai dilakukan lagi ya Zi semua pasti ada hikmahnya, jangan lupa shalat taubatnya, ganbateeee!!! Riska berkata sambil mengangkat tangan kanannya ke atas.
" Oh iya Ris, ingat Bu Tuti yang suka pesan kue ke Ummi kan? " Tanya Zia.
"Oooh yang orangnya ramah dan senang diajak ngobrol? "
"Iya iya aku ingat, yang waktu itu pas aku lagi main ke rumah kamu ada ibu-ibu yang ikut nimbrung sama kita berdua, kenapa gitu Zi? "
"Tau nga ternyata Ibu Tuti itu ibunya Ka Ilham! "Ucap Zia.
" Ka Ilham mana? "Riska langsung mengkerut kan keningnya mencari jawaban.
" Ka Ilham Wiguna"Zia mengucapkannya secara lantang.
"Oooh senior kita di mading, senior favorit kamu kan Zi, hihihiii" Kekeh Riska.
Zia pun jadi ikut terkekeh.
"Laahhh Ibu Tuti udah langganan pesan kue sama Ummi Farah, tapi kok kenapa baru tahu sekarang kalau Ka Ilham anaknya Ibu Tuti??" Selidik Riska.
"Dengerin dulu, baru mau cerita udah main nyerocos aja"
"Tadi itu pas kamu telephone, aku lagi nganter pesanan kue ke rumah Ibu Tuti"
"Biasanya kan aku cuma nganter di depan pager terus pergi lagi atau hanya nunggu di teras. Tadi mah Ibu Tuti ngajak aku ke dalam rumah, terus aku di suruh duduk di ruang tamu"
"Naaah...... Di didinding ruang tamu itulah aku liat ada foto keluarga Ibu Tuti"
"Dan.... Masa Ibu Tuti bilang cocok sama aku dan pingin aku jadi mantuuuuunyaaaaaa" Zia semangat sekali menceritakannya, bagaimana tidak karena Ilham adalah pria yang Zia kagumi.
"Ahhhhhhh..... Aku ikut senang dengarnya" Teriak Riska.
"Jangan senang dulu" Jawab Zia.
"Haaaaaa??? "
"Kenapa??? " Riska binggung.
"Kan aku nga tau Ka Ilhamnya suka ma aku atau nga???? "
"Yang bilang gitu kan Ibu Tutinya bukan Ka Ilhamnya" Ucap Zia sambil tersenyum mengucapkannya. Tetap saja Zia merasa senang walaupun kedepannya belum tahu Ilham bakal suka sama Zia atau nga.
"Seandainya aku jadi Ka Ilham pasti aku mau sama kamu" Semangat Riska.
"Weyyyy.... Ingat nga boleh mengucapkan kata seandainya"
"Qadarullah wa ma sya-a fa’al, ingat hal ini telah ditakdirkan Allâh dan Allâh berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya. Ucapan “seandainya” akan membuka pintu perbuatan syaitan”. Zia mengingatkan ucapan sahabatnya.
" Astagfirullahaladzim... "
"Terima Kasih ya Zi sudah mengingatkan"
"Tapi ini mah ya Zi... Kalau.... " Belum juga Riska meneruskan ucapannya sudah dipotong oleh Zia.
"Ris.... STOP" Zia mengulurkan tangannya.
"Sama saja tau mau seandainya kek mau kalau kelk"
"Sudah ah... Jangan berandai-andai Ris, yang ada didepan mata saja jalani dulu"
"Jangan sampai lupa Ri, jika motif ucapan adalah keluhan, ungkapan kesedihan, mempermasalahkan takdir dan syari’at yang ditetapkan Allah atau angan-angan untuk melakukan keburukan, maka hal ini tercela dan terlarang" Ucap Zia mengingatkan Riska kembali.
"Iya deh.. Iya"
"Peace.... " Riska mengangkat kedua jarinya.
"Zi... Yang ada didepan mata saja atuh, tuhhh Ka Eka. Gimana??? " Ucap Riska sambil menaik turunkan kedua alisnya.
"Hmmmm.... Gimana ya Ris???? "
"Aku sendiri jadi binggung" Jawab Zia.
"Binggung gimana Zi? "
"Emang kurangnya Ka Eka apa? "
"Sholeh InsyaAllah mapan iya" Ucap Riska berusaha meyakinkan Zia.
"Ya... Kalau lihat dua hal tersebut sih iya, tapi... "
"Aku kok ngerasa biasa saja ya dengan Ka Eka, nga dag dig surr seperti kata kamu Ris"
"Sedangkan aku kan maunya menikah sekali seumur hidup" Ucap Zia.
"Iya sihh Zi, tapi kan kata orang cinta tumbuh seiring dengan waktu" Ucap Riska.
"Entahlah Ris, yang namanya perasaan kan nga bisa dipaksakan"
"Iya sih Zi.... "
"Aku juga paham"
"Tapi... Maaf ya Zi, bentar lagi Ka Eka mau datang sama Aa" Ucap Riska. Sejak menikah dengan Reza, Riska memanggil Reza dengan sebutan Aa.
"Makanya, tujuan aku minta kamu ke sini itu, selain karena aku juga kangen sama kamu, tapi juga atas permintaan Aa"
"Kata Aa, ada yang Ka Eka pingin utarakan sama kamu Zi. Kalau cuma kalian berdua bertemu kan tidak mungkin, makanya Ka Eka meminta bantuan Aa sama aku" Ucap Riska.
"Ddduhhh Ris, kenapa nga bilang dari awal?? "
"Kalau tahu dari awal, aku nga akan datang" Ucap Zia agak sedikit kesal.
"Yaaa mau gimana lagi Zi, niat Aa sama aku kan hanya memfasilitasi niat baiknya Ka Eka"
"Kalau memang kamunya nga mau sama Ka Eka, ya nanti kan tinggal kamu sampaikan langsung ke Ka Eka"
"Aduuuh Ris, aku takut nyakitin perasaannya Ka Eka"
"Yaaaa...... Mau gimana lagi Zi. Bukankah itu bagian dari resikonya Ka Eka" Jawab Riska.
"Haddduuuhhh...... Aku jadi binggung gini deh sekarang"
"Aku nga mau nyakitin Ka Eka, dia tuh baik banget orangnya. Tapi masalahnya perasaan aku ke Ka Eka sama seperti perasaan aku ke kaka aku sendiri" Ucap Zia.
Tidak lama kemudian terdengarlah suara adzan sholat ashar berkumandang. Riska dan Zia segera menunaikan sholat ashar. Riska sholat di kamarnya dan Zia sholat di kamar tamu.
Setelah mereka berdua selesai menunaikan sholat ashar. Terdengar ada suara mobil yang masuk ke dalam rumah Riska.
"Sepertinya Aa datang, bentar ya Zia aku kedepan dulu"
"Kamu tunggu saja disini" Ucap Riska.
"Aku ikut Ris.... Aku kan juga mau nyambut Aa" Ejek Zia dan Riska langsung melotot ke arah Zia.
"Iyeeee... Iye.... "
"Cuma bercanda"
"Duuuh istri posesif" Ejek Zia dan tidak dijawab oleh Riska, karena Riska bergegas ke arah depan hendak menyambut suaminya pulang dari bekerja.
Riska diberitahu oleh Mama Dinda, bahwa ketika suami pulang dari bekerja atau dari luar rumah, maka sambutlah kepulangannya dan berikan senyuman saat menyambutnya. Karena itu merupakan salah satu kunci rumah tangga harmonis dan salah satu cara supaya suami tetap sayang dengan istrinya.
Laki-laki senang melihat wanita tersenyum, supaya laki-laki nyaman sambut dengan senyum, karena laki-laki senang melihat wanita tersenyum, jangan sampai tetangga duluan yang senyum. Salah satu pesan Mama Dinda untuk Riska.
Rumah tangga yang dijalani oleh Papa Pras dan Mama Dinda merupakan gambaran rumah tangga yang ideal untuk Riska, makanya Riska sering bertanya perihal rumah tangga kepada Mamanya dan Mama Dinda dengan senang hati mengajarkan Riska.
Zia yang menunggu sendirian di ruang keluarga sambil memainkan ponselnya, jadi binggung sendiri karena akan bertemu dengan Eka. Disatu sisi Zia tidak mau menyakiti Eka, karena memang Eka sama seperti Reza, baik dan santun perilakunya. Tetapi disatu sisi Zia juga tidak mau memaksakan perasaannya ke Eka.
Untuk Zia, menjalani rumah tangga adalah hal yang serius, dan Zia inginnya hanya menikah satu kali seumur hidupnya, oleh karena itu Zia ingin mencari sosok yang benar-benar cocok untuknya. Awal ketemu dengan Eka dulu saat SMA memang Zia mengagumi sosok Eka, tetapi setelah kenal lama, Zia merasa ia hanya kagum saja dengan sosok Eka tidak lebih dari itu. Berbeda dengan yang Eka rasakan, Eka dari awal sudah merasa Zia adalah pilihan yang cocok untuk hidupnya.
Lamunan Zia dibubarkan oleh langkah kaki Riska, Reza dan Eka.
"Ehh ada Zia" Sapa Reza
"Assalamu'alaikum Ka " Ucap Zia kepada Reza dan Eka.
"Waalaikumsalam..... " Reza dan Eka menjawab salam dari Zia secara bersamaan.
Jangan ditanya, Eka langsung tersenyum lebar ketika melihat Zia, bahkan detak jantung Eka langsung berdegup kencang. Berbanding terbalik dengan Zia, yang hanya merasa biasa-biasa saja ketika ketemu dengan Eka.
Perasaan memang sesuatu yang tidak dapat dipaksakan. Tidakk bisa dipungkiri bahwa semua orang yang ada di dunia ini pasti membutuhkan cinta. Namun terkadang cinta itu bisa lebih bersifat menyakiti daripada menghasilkan kebahagiaan. Ketika mencintai orang lain, pastikan terlebih dahulu bahwa kita juga merasakan hal yang sama.
Pada hakikatnya cinta itu harus bisa saling menerima satu sama lain. Ingatlah bahwa kita itu berhak untuk bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments