Bab 5 Seandainya

Seketika begitu masuk ke dalam rumah Riska sudah tercium wangi masakan.

"Hmmm.... Wangi banget, lagi bikin apa Ris? "

"Aku lagi bikin Spaghetti Bolougnese, tinggal bikin bumbunya saja" Riska kemudian mengambil alih mengaduk bumbu Spaghetti yang tadi ketika Zia datang diambil alih oleh Bi Minah.

"Nahhh.... Sudah matang"

Riska kemudian memindahkan bumbu Spaghetti tersebut ke wadah dan menyimpannya ke meja makan.

"Yuuu Zi, kita makan Spaghetti"

"Oh iya kamu mau minum apa? "

"Kebetulan juga aku baru bikin jus melon, mau nga? Tanya Riska sambil menuangkan jus untuk dirinya sendiri.

" Mauu... Mauuuu... "

"Mana aku bisa nolak dikasih jus mah, mana siang ini panas banget, alhamdulillah rezeki ini mah namanya" Kekeh Zia.

"Zi.. Zi... Tingkah kamu yang kayak gini nih yang bikin aku kangen masa-masa kita bareng terus setiap hari" Ucap Riska sambil terkekeh.

Sambil menikmati Spaghetti dan jus melon, sambil Zia dan Riska bertukar cerita. Padahal bisa dibilang hampir setiap hari mereka bertukar kabar via whatsup tetapi tetap saja saat bertemu seperti ini masih saja banyak yang diceritakan.

"Jadi gimana Zi ?"

"Jadi gimana-gimana Ris? "

"Kamu kalau nanya suka nga lengkap" Ucap Zia.

"Hmmm... Kamu jadi kuliah dimana"

"Di kampusku masih nerima pendaftaran kok Zi"

Tiba-tiba raut wajah Zia berubah. Riska sebagai sahabat sudah hapal betul mimik Zia saat ini dan Riska baru menyadari ada yang beda dengan mata Zia hari ini.

"Hadeuuh sepertinya aku salah bicara" Batin Riska.

"Maaf ya Zi"

"Maaf untuk?? " Tanya Zia tidak paham kenapa Riska kenapa tiba-tiba meminta maaf kepadanya.

"Maaf..... Kalau aku sudah salah bicara" Ucap Riska yang jadi merasa tidak enak sendiri melihat raut wajah Zia yang seketika berubah.

"Yaelahhh Ris... Aku kira maaf kenapa"

"Gak apa-apa lagi, santai aja friend"

Lalu mengalirlah cerita Zia tentang tadi malam yang tidak sengaja ia mendengar pembicaraan antara Abi dan Umminya, serta setelahnya Zia menangis hingga tertidur.

Walaupun Zia berusaha ikhlas, tetapi tidak semudah mengatakannya. Bahkan saat menceritakan kejadian tadi malam, Zia kembali meneteskan air matanya.

Riska yang semula makan berhadapan dengan Zia, langsung menghampiri dan duduk disamping Zia dan berusaha mentransfer kekuatan untuk sahabatnya tersebut agar sabar dan ikhlas menerima setiap keputusan didalam hidup.

"Sabar ya Zi.... "

"Ingat Zi...Orang-orang yang sabar akan mendapat pahala yang tiada terhingga. Ini adalah janji Allah yang menggembirakan bagi mereka yang memilih untuk bersabar dalam menghadapi ujian hidup" Ucap Riska sambil memberikan tissu dan mengusap punggung Zia.

Riska pun bahkan sempat larut dalam kesedihan yang dirasakan Zia, karena ia tahu sendiri tekad Zia yang sangat ingin kuliah hingga jenjang doktor.

"Gimana kalau kamu terima tawaran dari Papa aku Zi? "

"Kan kamu jadi bisa tetap kuliah tahun ini" Ucap Riska masih berusaha membujuk Zia supaya menerima tawaran Papa Pras yang ingin membiayai Zia kuliah.

"MasyaAllah ya Ris, Papa Pras itu orang baik apalagi di dukung dengan memiliki istri seperti Mama Dinda"

"Pantas rezekinya mengalir terus"

"Tapi maaf ya Ris, sudah banyak kebaikan yang keluarga kalian. Berikan ke aku, jujur aku suka malu sendiri karena ujung-ujungnya pasti selalu masalah biaya"

"Biar kali ini aku usaha sendiri saja Ris, ya siapa tahu saja aku memang nga bisa kuliah tahun ini, tapi siapa tahu tahun depan aku bisa kuliah" Ucap Zia.

"Terus... "Ucap Riska terpotong karena ragu khawatir salah bicara.

" Terus apa?? "

"Terus belok kanan, lurus, lewat polisi tidur baru deh sampai ke rumah aku, hihihiii" Jawab Zia.

"Ziiiiii..... "Riska langsung menepuk bahu Zia

" Adawwww sakit tau!!! " Ucap Zia sambil meringis, karena memang Riska menepuk nya kencang.

"Lagiiiii kamu mah, orang lagi serius malah bercanda!! " Ucap Riska sambil sedikit cemberut.

"Ehhhh makanya kalau nanya itu jangan setengah-setengah"

"Kebiasaan kamu mau Ris, ya mana aku ngerti kamu mau tanya apa? "

"Iya.. Iya bawelll"

"Maksud aku, terus rencana kamu selanjutnya apa? " Tanya Riska seperti biasa memasang muka seriusnya.

Karena sebenarnya antara Riska dan Zia ini memang dari awal bertolak belakang. Riska tipenya seriusan, sedangkan Zia banyak bercanda. Tetapi justru karena perbedaan itulah mereka jadi cocok dan saling mengisi. Justru Riska yang seriusan dan cenderung pendiam, jika bersama Zia bisa berubah menjadi banyak bicara.

"Ooh... Itu"

"MasyaAllah alhamdulillah Ris, tadi pagi waktu antar kue Ummi ke Kedai Cemal Cemil, aku ditawari kerja di sana"

"Terus.... Kamu terima?" Tanya Riska lagi.

"Ya iyalah... Masa nga"

"Alhamdulillah mulai besok kerjanya"

"Alhamdulillah aku jadi punya penghasilan sendiri Ris, jadi nge ngerepotin Abi sama Ummi lagi Ris"

"Akkkhhhhh aku juga ikut senang dengarnya Ziiii..... "

"Selamat ya!!!!! " Ucap Riska ikut bahagia mendengar apa yang baru saja disampaikan Zia.

"Tapi.... " Tiba-tiba raut wajah Zia berubah lagi.

"Tapi kenapa Zi???? "

"Kok ada tapi???? " Riska jadi binggung sendiri.

"Aku ngerasa bersalah banget udah suudzon sama Abi dan Ummi"

"Mana tadi pagi juga udah bohong sama Ummi, tapi tadi pas pulang aku udah minta maaf sama Ummi" Ucap Zia.

"Sudah-sudah yang terpenting jangan sampai dilakukan lagi ya Zi semua pasti ada hikmahnya, jangan lupa shalat taubatnya, ganbateeee!!! Riska berkata sambil mengangkat tangan kanannya ke atas.

" Oh iya Ris, ingat Bu Tuti yang suka pesan kue ke Ummi kan? " Tanya Zia.

"Oooh yang orangnya ramah dan senang diajak ngobrol? "

"Iya iya aku ingat, yang waktu itu pas aku lagi main ke rumah kamu ada ibu-ibu yang ikut nimbrung sama kita berdua, kenapa gitu Zi? "

"Tau nga ternyata Ibu Tuti itu ibunya Ka Ilham! "Ucap Zia.

" Ka Ilham mana? "Riska langsung mengkerut kan keningnya mencari jawaban.

" Ka Ilham Wiguna"Zia mengucapkannya secara lantang.

"Oooh senior kita di mading, senior favorit kamu kan Zi, hihihiii" Kekeh Riska.

Zia pun jadi ikut terkekeh.

"Laahhh Ibu Tuti udah langganan pesan kue sama Ummi Farah, tapi kok kenapa baru tahu sekarang kalau Ka Ilham anaknya Ibu Tuti??" Selidik Riska.

"Dengerin dulu, baru mau cerita udah main nyerocos aja"

"Tadi itu pas kamu telephone, aku lagi nganter pesanan kue ke rumah Ibu Tuti"

"Biasanya kan aku cuma nganter di depan pager terus pergi lagi atau hanya nunggu di teras. Tadi mah Ibu Tuti ngajak aku ke dalam rumah, terus aku di suruh duduk di ruang tamu"

"Naaah...... Di didinding ruang tamu itulah aku liat ada foto keluarga Ibu Tuti"

"Dan.... Masa Ibu Tuti bilang cocok sama aku dan pingin aku jadi mantuuuuunyaaaaaa" Zia semangat sekali menceritakannya, bagaimana tidak karena Ilham adalah pria yang Zia kagumi.

"Ahhhhhhh..... Aku ikut senang dengarnya" Teriak Riska.

"Jangan senang dulu" Jawab Zia.

"Haaaaaa??? "

"Kenapa??? " Riska binggung.

"Kan aku nga tau Ka Ilhamnya suka ma aku atau nga???? "

"Yang bilang gitu kan Ibu Tutinya bukan Ka Ilhamnya" Ucap Zia sambil tersenyum mengucapkannya. Tetap saja Zia merasa senang walaupun kedepannya belum tahu Ilham bakal suka sama Zia atau nga.

"Seandainya aku jadi Ka Ilham pasti aku mau sama kamu" Semangat Riska.

"Weyyyy.... Ingat nga boleh mengucapkan kata seandainya"

"Qadarullah wa ma sya-a fa’al, ingat hal ini telah ditakdirkan Allâh dan Allâh berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya. Ucapan “seandainya” akan membuka pintu perbuatan syaitan”. Zia mengingatkan ucapan sahabatnya.

" Astagfirullahaladzim... "

"Terima Kasih ya Zi sudah mengingatkan"

"Tapi ini mah ya Zi... Kalau.... " Belum juga Riska meneruskan ucapannya sudah dipotong oleh Zia.

"Ris.... STOP" Zia mengulurkan tangannya.

"Sama saja tau mau seandainya kek mau kalau kelk"

"Sudah ah... Jangan berandai-andai Ris, yang ada didepan mata saja jalani dulu"

"Jangan sampai lupa Ri, jika motif ucapan adalah keluhan, ungkapan kesedihan, mempermasalahkan takdir dan syari’at yang ditetapkan Allah atau angan-angan untuk melakukan keburukan, maka hal ini tercela dan terlarang" Ucap Zia mengingatkan Riska kembali.

"Iya deh.. Iya"

"Peace.... " Riska mengangkat kedua jarinya.

"Zi... Yang ada didepan mata saja atuh, tuhhh Ka Eka. Gimana??? " Ucap Riska sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Hmmmm.... Gimana ya Ris???? "

"Aku sendiri jadi binggung" Jawab Zia.

"Binggung gimana Zi? "

"Emang kurangnya Ka Eka apa? "

"Sholeh InsyaAllah mapan iya" Ucap Riska berusaha meyakinkan Zia.

"Ya... Kalau lihat dua hal tersebut sih iya, tapi... "

"Aku kok ngerasa biasa saja ya dengan Ka Eka, nga dag dig surr seperti kata kamu Ris"

"Sedangkan aku kan maunya menikah sekali seumur hidup" Ucap Zia.

"Iya sihh Zi, tapi kan kata orang cinta tumbuh seiring dengan waktu" Ucap Riska.

"Entahlah Ris, yang namanya perasaan kan nga bisa dipaksakan"

"Iya sih Zi.... "

"Aku juga paham"

"Tapi... Maaf ya Zi, bentar lagi Ka Eka mau datang sama Aa" Ucap Riska. Sejak menikah dengan Reza, Riska memanggil Reza dengan sebutan Aa.

"Makanya, tujuan aku minta kamu ke sini itu, selain karena aku juga kangen sama kamu, tapi juga atas permintaan Aa"

"Kata Aa, ada yang Ka Eka pingin utarakan sama kamu Zi. Kalau cuma kalian berdua bertemu kan tidak mungkin, makanya Ka Eka meminta bantuan Aa sama aku" Ucap Riska.

"Ddduhhh Ris, kenapa nga bilang dari awal?? "

"Kalau tahu dari awal, aku nga akan datang" Ucap Zia agak sedikit kesal.

"Yaaa mau gimana lagi Zi, niat Aa sama aku kan hanya memfasilitasi niat baiknya Ka Eka"

"Kalau memang kamunya nga mau sama Ka Eka, ya nanti kan tinggal kamu sampaikan langsung ke Ka Eka"

"Aduuuh Ris, aku takut nyakitin perasaannya Ka Eka"

"Yaaaa...... Mau gimana lagi Zi. Bukankah itu bagian dari resikonya Ka Eka" Jawab Riska.

"Haddduuuhhh...... Aku jadi binggung gini deh sekarang"

"Aku nga mau nyakitin Ka Eka, dia tuh baik banget orangnya. Tapi masalahnya perasaan aku ke Ka Eka sama seperti perasaan aku ke kaka aku sendiri" Ucap Zia.

Tidak lama kemudian terdengarlah suara adzan sholat ashar berkumandang. Riska dan Zia segera menunaikan sholat ashar. Riska sholat di kamarnya dan Zia sholat di kamar tamu.

Setelah mereka berdua selesai menunaikan sholat ashar. Terdengar ada suara mobil yang masuk ke dalam rumah Riska.

"Sepertinya Aa datang, bentar ya Zia aku kedepan dulu"

"Kamu tunggu saja disini" Ucap Riska.

"Aku ikut Ris.... Aku kan juga mau nyambut Aa" Ejek Zia dan Riska langsung melotot ke arah Zia.

"Iyeeee... Iye.... "

"Cuma bercanda"

"Duuuh istri posesif" Ejek Zia dan tidak dijawab oleh Riska, karena Riska bergegas ke arah depan hendak menyambut suaminya pulang dari bekerja.

Riska diberitahu oleh Mama Dinda, bahwa ketika suami pulang dari bekerja atau dari luar rumah, maka sambutlah kepulangannya dan berikan senyuman saat menyambutnya. Karena itu merupakan salah satu kunci rumah tangga harmonis dan salah satu cara supaya suami tetap sayang dengan istrinya.

Laki-laki senang melihat wanita tersenyum, supaya laki-laki nyaman sambut dengan senyum, karena laki-laki senang melihat wanita tersenyum, jangan sampai tetangga duluan yang senyum. Salah satu pesan Mama Dinda untuk Riska.

Rumah tangga yang dijalani oleh Papa Pras dan Mama Dinda merupakan gambaran rumah tangga yang ideal untuk Riska, makanya Riska sering bertanya perihal rumah tangga kepada Mamanya dan Mama Dinda dengan senang hati mengajarkan Riska.

Zia yang menunggu sendirian di ruang keluarga sambil memainkan ponselnya, jadi binggung sendiri karena akan bertemu dengan Eka. Disatu sisi Zia tidak mau menyakiti Eka, karena memang Eka sama seperti Reza, baik dan santun perilakunya. Tetapi disatu sisi Zia juga tidak mau memaksakan perasaannya ke Eka.

Untuk Zia, menjalani rumah tangga adalah hal yang serius, dan Zia inginnya hanya menikah satu kali seumur hidupnya, oleh karena itu Zia ingin mencari sosok yang benar-benar cocok untuknya. Awal ketemu dengan Eka dulu saat SMA memang Zia mengagumi sosok Eka, tetapi setelah kenal lama, Zia merasa ia hanya kagum saja dengan sosok Eka tidak lebih dari itu. Berbeda dengan yang Eka rasakan, Eka dari awal sudah merasa Zia adalah pilihan yang cocok untuk hidupnya.

Lamunan Zia dibubarkan oleh langkah kaki Riska, Reza dan Eka.

"Ehh ada Zia" Sapa Reza

"Assalamu'alaikum Ka " Ucap Zia kepada Reza dan Eka.

"Waalaikumsalam..... " Reza dan Eka menjawab salam dari Zia secara bersamaan.

Jangan ditanya, Eka langsung tersenyum lebar ketika melihat Zia, bahkan detak jantung Eka langsung berdegup kencang. Berbanding terbalik dengan Zia, yang hanya merasa biasa-biasa saja ketika ketemu dengan Eka.

Perasaan memang sesuatu yang tidak dapat dipaksakan. Tidakk bisa dipungkiri bahwa semua orang yang ada di dunia ini pasti membutuhkan cinta. Namun terkadang cinta itu bisa lebih bersifat menyakiti daripada menghasilkan kebahagiaan. Ketika mencintai orang lain, pastikan terlebih dahulu bahwa kita juga merasakan hal yang sama.

Pada hakikatnya cinta itu harus bisa saling menerima satu sama lain. Ingatlah bahwa kita itu berhak untuk bahagia.

Episodes
1 Bab 1 Impian Yang Sirna
2 Bab 2 Nga Boleh Menolak Rezeki
3 Bab 3 Berkhayal
4 Bab 4 Do'a
5 Bab 5 Seandainya
6 Bab 6 Eka Di Tolak
7 Bab 7 Sakit Hati
8 Bab 8 Surprise
9 Bab 9 Hari Pertama
10 Bab 10 Titisan Mama Loreng
11 Bab 11 Mimpi
12 Bab 12 Siti Vs Siti
13 Bab 13 Gadis Lugu
14 Bab 14 Akhirnya Aku Menemukanmu
15 Bab 15 Radio Rombeng
16 Bab 16 Kursus Sepeda
17 Bab 17 Ilham KW
18 Bab 18 Zydan
19 Bab 19 Gaji Pertama
20 Bab 20 Kecewa
21 Bab 21 Chef Madia
22 Bab 22 Rendah Hati
23 Bab 23 From The Moon and The Back
24 Bab 24 Dokter Emir
25 Bab 25 Firasat
26 Bab 26 Bahagia
27 Bab 27 Bunga Mawar
28 Bab 28 Doa dan Restu
29 Bab 29 Kuring Resto
30 Bab 30 Empat Jempol
31 Bab 31 Cantik
32 Bab 32 Kunjungan Dadakan
33 Bab 33 Acara Lamaran
34 Bab 34 Motor Listrik
35 Bab 35 Merubah Penampilan
36 Bab 36 Roti Rusia
37 Bab 37 Butik
38 Bab 38 Dani Lembur
39 Bab 39 Warung Steak Akang
40 Bab 40 Persiapan Pernikahan
41 Bab 41 Ilham Kelelahan
42 Bab 42 IGD
43 Bab 43 Ilham Kritis
44 Bab 44 HP Low Bat
45 Bab 45 Dani Tersentil
46 Bab 46 Hari Ke Dua Di ICU
47 Bab 47 Bidadari Nana
48 Bab 48 Pernikahan Ditunda
49 Bab 49 Ilham Sadar
50 Bab 50 Bangun Untuk Berpamitan
51 Bab 51 Alam Wiguna Berduka
52 Bab 52 Selamat Jalan Ka
53 Bab 53 Satu Tahun Berlalu
54 Bab 54 Melepas Cincin
55 Bab 55 Kembali Tersenyum
56 Bab 56 Maju Selangkah
57 Bab 57 Sendal Hilang
58 Bab 58 Tidak Rela
59 Bab 59 Bertemu Keluarga Irsyad
60 Bab 60 Restu Abi dan Ummi
61 Bab 61 Irsyad Melamar Zia
62 Bab 62 Baby Ciara
63 Bab 63 SAH
64 Bab 64 Masak Perdana
65 Bab 65 Nasihat Papa Iwan
66 Bab 66 Ponsel Addict
67 Bab 67 Hari Kedua Di Rumah Papa Iwan
68 Bab 68 Hidup Bersama Bukan Tinggal Bersama
69 Bab 69 Dua Tahun Pernikahan
70 Bab 70 Terbiasa
71 Bab 71 Chila
72 Bab 72 Ego Level Teratas
73 Bab 73 Sandiwara
74 Bab 74 Video Call
75 Bab 75 Bubur Ayam Kang Wawan
76 Bab 76 Rahasia Archie
77 Bab 77 Pernikahan Toxic
78 Bab 78 Atas Nama Ibadah
79 Bab 79 Chilo atau Chila?
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 Impian Yang Sirna
2
Bab 2 Nga Boleh Menolak Rezeki
3
Bab 3 Berkhayal
4
Bab 4 Do'a
5
Bab 5 Seandainya
6
Bab 6 Eka Di Tolak
7
Bab 7 Sakit Hati
8
Bab 8 Surprise
9
Bab 9 Hari Pertama
10
Bab 10 Titisan Mama Loreng
11
Bab 11 Mimpi
12
Bab 12 Siti Vs Siti
13
Bab 13 Gadis Lugu
14
Bab 14 Akhirnya Aku Menemukanmu
15
Bab 15 Radio Rombeng
16
Bab 16 Kursus Sepeda
17
Bab 17 Ilham KW
18
Bab 18 Zydan
19
Bab 19 Gaji Pertama
20
Bab 20 Kecewa
21
Bab 21 Chef Madia
22
Bab 22 Rendah Hati
23
Bab 23 From The Moon and The Back
24
Bab 24 Dokter Emir
25
Bab 25 Firasat
26
Bab 26 Bahagia
27
Bab 27 Bunga Mawar
28
Bab 28 Doa dan Restu
29
Bab 29 Kuring Resto
30
Bab 30 Empat Jempol
31
Bab 31 Cantik
32
Bab 32 Kunjungan Dadakan
33
Bab 33 Acara Lamaran
34
Bab 34 Motor Listrik
35
Bab 35 Merubah Penampilan
36
Bab 36 Roti Rusia
37
Bab 37 Butik
38
Bab 38 Dani Lembur
39
Bab 39 Warung Steak Akang
40
Bab 40 Persiapan Pernikahan
41
Bab 41 Ilham Kelelahan
42
Bab 42 IGD
43
Bab 43 Ilham Kritis
44
Bab 44 HP Low Bat
45
Bab 45 Dani Tersentil
46
Bab 46 Hari Ke Dua Di ICU
47
Bab 47 Bidadari Nana
48
Bab 48 Pernikahan Ditunda
49
Bab 49 Ilham Sadar
50
Bab 50 Bangun Untuk Berpamitan
51
Bab 51 Alam Wiguna Berduka
52
Bab 52 Selamat Jalan Ka
53
Bab 53 Satu Tahun Berlalu
54
Bab 54 Melepas Cincin
55
Bab 55 Kembali Tersenyum
56
Bab 56 Maju Selangkah
57
Bab 57 Sendal Hilang
58
Bab 58 Tidak Rela
59
Bab 59 Bertemu Keluarga Irsyad
60
Bab 60 Restu Abi dan Ummi
61
Bab 61 Irsyad Melamar Zia
62
Bab 62 Baby Ciara
63
Bab 63 SAH
64
Bab 64 Masak Perdana
65
Bab 65 Nasihat Papa Iwan
66
Bab 66 Ponsel Addict
67
Bab 67 Hari Kedua Di Rumah Papa Iwan
68
Bab 68 Hidup Bersama Bukan Tinggal Bersama
69
Bab 69 Dua Tahun Pernikahan
70
Bab 70 Terbiasa
71
Bab 71 Chila
72
Bab 72 Ego Level Teratas
73
Bab 73 Sandiwara
74
Bab 74 Video Call
75
Bab 75 Bubur Ayam Kang Wawan
76
Bab 76 Rahasia Archie
77
Bab 77 Pernikahan Toxic
78
Bab 78 Atas Nama Ibadah
79
Bab 79 Chilo atau Chila?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!