"Ahhh..." de sah halus lolos dari bibir Winarti. Gadis bertubuh sintal itu terpaksa mendesah oleh dorongan nikmat yang mendera di bagian bawah tubuhnya.
"Ssstt, tahan suara mu, nanti Safira dengar.." protes Riki, yang berada di antara kedua paha Winarti.
"Tapi ini nikmat loh mas..." sahut Winarti separuh mende sah.
Riki menyeringai. "Kau suka?" tanya lelaki itu bangga.
"Tentu saja, mas selalu bisa memuaskanku." sahut Winarsih, sembari menggigit bibir bawahnya. Keduanya lalu terkekeh pelan.
Mereka berusaha sebisa mungkin meredam suara agar tak ketahuan Safira istri Riski.
Ya, dua sejoli ini bukan pasangan suami istri. Winarti adalah anak tetangga Safira di kampung, dia datang kesini untuk menimba ilmu di sebuah fakultas yang ada di kota ini.
Kebetulan kampus yang dipilih orang tua Winarti tak jauh dari tempat tinggal Safira. Jadi orang tua Winarti menitipkan gadis itu untuk kos di rumah Safira.
Sebagai tetangga yang baik, tentu saja Safira tak bisa menolak. Apalagi dia memang orang yang tidak tegaan. Walau sebenarnya dia ragu, takut kalau Riki merasa keberatan. Tapi ternyata Riki malah menerima dengan tangan terbuka kedatangan Winarti di rumahnya.
Lalu enam bulan yang lalu, entah bagaimana awal mulanya. Riki dan Winarti terlibat hubungan terlarang secara diam diam.
Riki yang merasa hubungannya dengan Safira sudah terasa hambar, jadi mabuk kepayang oleh perhatian dan kehangatan Winarti.
Dengan dalih balas budi, Winarti selalu melayani Riki layaknya seorang istri. Dari membuatkan sarapan sampai urusan ranjang. Safira sendiri tak curiga, karena mereka tak pernah memperlihatkan keakraban saat di depan Safira. Bahkan Riki terkesan acuh pada Winarti. Riki bahkan tak melirik wanita itu sama sekali, saat pagi hari Winarti menaruh sarapan untuknya di atas meja. Kadang Safira selalu menegurnya agar sedikit ramah pada gadis itu. Dia tidak tau dua insan itu selalu bermain panas di belakangnya.
Riki dan Safira menikah sudah hampir sepuluh tahun, dan sudah di karuniai seorang putra berusia delapan tahun. Bernama Rifai.
Riki menjabat sebagai kepala Bagian di sebuah perusahaan besar. Sedang Safira membuka butik di sebuah mall ternama di kota ini, menjual barang barang branded.
Kesibukan keduanya membuat keharmonisan hubungan suami istri ini sedikit terganggu. Mereka tak memiliki jadwal senggang yang sama. Saat Riki senggang, Safira malah sangat sibuk. Begitu pula sebaliknya. Membuat hubungan keduanya jadi terasa gersang.
Lalu tiba tiba Winarti muncul di antar mereka. Saat Riki senggang di rumah, Winarti datang dengan sejuta perhatian. Sikap manja yang hanya di perlihatkan pada Riki seorang, membuat iman lelaki itu goyah. Lalu tanpa sadar keduanya sudah jauh terjerumus kelubang hitam.
Kadang akal sehat Riki menyadari perbuatannya itu salah. Tapi saat Winarti menyuguhkan kehangatan, dia kembali tergoda.
Seperti malam ini, gadis itu datang keruang kerja sembari membawa secawan kopi. Riki yang sedang pusing dengan seambrek pekerjaan, merasa senang oleh kedatangan gadis itu.
Seperti biasa, gadis itu bertanya apa Safira sudah tidur pada Riki. Bila jawaban Riki "sudah" Gadis itu langsung beraksi.
Dia bukan hanya cantik, tapi juga energik. Naf sunya juga sangat besar, membuat Riki yang haus belaian merasa jatuh cinta pada setiap sentuhan gadis itu.
Kalau di bandingkan dengan Safira, gadis ini tentu saja berada di atasnya kalau soal ranjang. Safira lebih kalem saat diranjang, sedang Winarti terkesan binal dan bar bar. Tapi Riki menyukai ke bina lan Winarti, kebuasan gadis itu membuatnya mampu melayang berulang kali dalam semalam.
"Jangan nembak dulu mas..." rintih Winarti saat tau Riki sudah hampir mencapai puncak. Sementara dia masih ingin bermain sebentar lagi.
"Cepatlah, kau membuatku tak bisa menunggu lama." erang Riki tak sabaran. Tubuh sintal di atasnya, bergerak naik turun dengan sangat seksi. Mana mungkin dia tahan berlama lama menahan cairan kenikmatan yang sudah di ujung tanduk.
Tak berapa lama desah panjang keluar dari bibir keduanya. Mereka melakukan pelepasan bersama sama. Lalu tubuh sintal itu terkulai kesamping bermandi keringat.
Riki memiringkan tubuhnya menatap wajah cantik di sampingnya. Dia benar benar jatuh cinta pada gadis berkulit seputih salju ini. Kelembutannya kehangatan tubuhnya, membius Riki sampai ke tulang.
"Mas," panggil Winarti manja. Riki yang sedang menatapnya menyahut hanya dengan gerakan bibir, dengan kata "Apa?"
"Bagaimana kalau aku hamil? Kayaknya aku telat bulan ini." ujar Winarti. Membuat mata Riki terbelalak. Refleks pria itu bangkit dari tidurnya, lalu menatap Winarti tak percaya.
"Jangan bercanda." ujarnya cemas. Matanya menatap Winarti dengan pupil melebar.
"Aku tidak bercanda."
"Telat berapa hari?"
"Mungkin seminggu."
"Hhhh..." Riki menarik nafas lega.
"Besok kita ke dokter kandungan. Umur segitu kayaknya gak bahaya di gugurin." imbuh pria itu enteng. Membuat Winarti terdiam.
"Mas, ini anak mu loh. Siapa tau dia perempuan." ujar Winarti mengingatkan.
Riki mendesah berat, lalu beranjak bangkit menuju kamar mandi dengan tubuh polos.
Sementara Winarti mengepalkan jari jemarinya erat. Apa maksud dari diamnya Riki. Apa dia tetap akan mengugurkan bayi ini? Keterlaluan sekali! Bukankah ini anaknya?
Biasanya saat Riki masuk kamar mandi, Winarti akan menyusul masuk. Dan adegan panas kembali terjadi di tempat sejuk itu. Tapi kali ini Winarti enggan memakukannya. Sikap Riki barusan membuat hatinya kesal.
Tak berapa lama Riki terlihat keluar dari dalam kamar mandi. "Kau tidak mandi?" tanya Riki. Winarti tak menyahut, dia masuk kamar mandi dengan wajah di tekuk.
Riki menarik nafas dalam dalam. Pikirannya melayang ke kamar pribadinya, dimana tubuh molek istrinya terlelap. Rasa bersalah, menyeruak dalam hatinya. Tapi untuk berhenti terasa begitu susah untuk dilakukan.
Tapi pernyataan Winarti membuat rasa resah mendadak memenuhi ruang hatinya. Dia tak berpikir akan menambah momongan dari rahim Winarti. Jujur dia telah jatuh cinta pada keindahan Winarti, tapi tak terbersit olehnya untuk menjadikan gadis itu sebagai selirnya. Sama sekali tak terbersit. Dia hanya ingin bermain, tisak lebih dari itu. Senikmat apapun Winarti, Safira tetaplah yang merajai hatinya hingga kini. Walau sentuhan wanita itu sudah jarang dia rasakan lagi. Tapi dia juga tak bisa berhenti menikmati kehangatan Winarti, gadis itu seperti morfin yang selalu membuatnya kecanduan.
Lalu bagaimana kalau Winarti benar benar hamil? Kalau memang benar hamil, menghilangkan bayi itu dari rahimnya adalah jalan aman satu satunya.
Winarti gadis yang mudah di bujuk, apa lagi dengan kemewahan. Bagaimanapun Riki tak mau ada jejak perselingkuhannya yang tertinggal. Itu bisa bahaya.
Dia tau betul perbuatannya bisa melukai istrinya. Tapi dia masih enggan untuk berhenti. Pesona Winarti masih begitu erat menjeratnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments