03. Pertemuan Yang Tak Diinginkan

[ TCH ]

"Rindu. Satu kata beribu arti."

*****

Sebuah mobil Avanza abu-abu melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota yang mulai ramai dan bergabung dengan kendaraan lain.

Di kendarai oleh seorang perempuan yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Blouse lengan panjang hitam di padukan dengan hijab segi empat coksu serta rok plisket coklat, tak lupa dengan flatshoes yang bertengger di kakinya.

Maira hari ini akan bertugas kembali di rumah sakit tempat kerjanya setelah mendapat libur sehari.

Ponsel pintar Maira yang berada dalam handbag nya berbunyi. Ia segera meraih ponsel tersebut, tertera nama 'Dana' disana.

Baru saja Maira ingin menggeser tombol hijau, tiba-tiba ponsel itu terjatuh dekat pedal mobil.

Maira menghela nafas panjang dan mencoba meraih ponselnya. Ia meraba menggunakan tangan kiri, namun tak kunjung menemukan ponsel tersebut.

"Mana sih."

Maira menunduk, melihat kebawah tanpa memperhatikan jalanan.

Ketemu. Maira langsung meraih benda pipih itu.

Brakk..

Ia menginjak rem mobilnya secara mendadak. Jantungnya berdegub dua kali lebih cepat.

"Astagfirullahhalladzim," gumamnya.

Gadis itu terbelalak sempurna, ia tersentak kaget.

"Aku nabrak orang ya?" gumamnya lagi.

Tidak berlama-lama lagi, Maira lalu melepas seat belt dan segera keluar dari mobil. Dengan langkah cepat ia menghampiri seseorang yang ia tabrak.

Seorang lelaki yang wajahnya tertutup dengan helm fullface tertindas dengan motor sport.

Maira yang melihat itu pun langsung membantu lelaki tersebut dengan sigap. Ia juga meminta bantuan beberapa warga sekitar yang tengah berada disitu.

"Makasih ya bapak-bapak karena udah bantuin saya. Mas ini biar saya yang tanggung jawab," ucap Maira pada warga yang tengah berkumpul.

"Lain kali hati-hati, Mbak," jawab salah satu dari mereka.

Maira mengangguk paham, mereka pun langsung bubar meninggalkan Maira bersama lelaki tadi.

"Mas nya nggak apa-apa? Saya bawa ke rumah sakit sekarang ya? Kebetulan saya dokter," tuturnya pelan. Guratan khawatir benar-benar terpancar dari Maira.

Lelaki itu hanya diam sambil menatap Maira dengan tatapan ... aneh.

Maira yang tak kunjung mendapat jawaban pun mengernyit bingung. Keningnya berkerut

"Mas nya masih syok? Kok diem aja? Tangannya terluka ya? Mari saya bawa ke rumah sakit," ajaknya buru-buru.

Pelan tapi pasti lelaki yang Maira tabrak mulai membuka helm fullface yang ia kenakan.

Mata Maira terbelalak sempurna kala helm itu terbuka. Bibir merah mudanya pun sudah tak terkatup rapat.

"Maira," panggil pemuda itu pelan dan seketika membuyarkan lamunan Maira.

Ia gelagapan. "M-maaf, saya nggak sengaja. Kamu nggak papa?" tanyanya dengan segudang rasa bersalah.

"Nggak, Mai. Aku nggak papa kok." Qausar tersenyum simpul.

Maira mengangguk, dan kini tatapannya berubah datar.

"Kalo gitu saya permisi dulu, Assalamualaikum." Nada bicara Maira berubah dingin seketika. Maira segera membalikkan tubuhnya, mengayunkan kaki menuju mobil.

"Mai, tunggu!" Qausar menghentikan langkah Maira.

Gadis itu lalu berbalik badan. "Ya?"

"Tangan aku luka, kamu nggak mau tanggung jawab?"

"Bukannya tadi kamu bilang kamu nggak apa-apa?"

"Tapi ini salah kamu, kamu yang nabrak aku. Aku sekarang udah nggak bisa bawa motor, gimana dong?"

"Salah kamu sendiri."

"Kok salah aku? Jelas-jelas kamu yang nabrak aku dari belakang." Qausar tidak ingin kalah.

"Kamu menyalahkan saya?"

"Iya lah. Emang salah kamu."

"Jadi kamu mau apa sekarang?" Maira merendahkan nada bicaranya, namun masih dengan ekspresi wajah yang flat, tak lupa dengan kedua tangan yang ia lipat di depan dada.

Qausar menarik salah satu sudut bibirnya keatas. "Kamu harus anterin aku ke rumah sakit pake mobil kamu."

"Motor kamu kan masih baik-baik aja, Qausar."

"Aku-nya yang sakit, Mai! Bukan motor!"

Maira menghela nafas panjang, "Nggak. Kamu bawa motor kamu sendiri aja. Nanti saya jagain dari belakang."

"Mata kamu katarak ya, Mai? Tangan aku luka Mai, lukaaaa!!!" pekik Qausar sambil menunjukkan pergelangan tangannya yang terluka akibat gesekan cukup keras dari aspal. Kemejanya pun terlihat sobek.

"Cuma luka ringan."

"Tapi tetep sakit."

"Kamu jangan manja, Qausar," ketus Maira merotasikan bola matanya.

"Tanggungjawab atau aku panggilin warga tadi biar nyeret kamu ke kantor polisi karena udah nabrak aku dan nggak mau tanggung jawab," ancam Qausar sambil menatap tajam pada Maira.

"Panggil aja."

Maira berbalik badan dan mulai melangkah meninggalkan Qausar yang masih mematung.

"Kamu mau kemana? Kamu belum tanggung jawab. Maira!" teriak Qausar pada Maira yang sudah masuk ke dalam mobil.

Tanpa peduli, gadis itu langsung menancap gas dan melesat pergi.

Qausar menatap tajam pada mobil Maira yang sudah mulai menjauh.

"Dasar Humaira! Sifat batunya nggak berubah sama sekali!"

*****

Humaira

Mengapa dunia ini sangat sempit sampai harus mempertemukanku kembali dengannya.

Orang yang pernah menorehkan rasa sakit yang mendalam di hatiku. Bahkan luka itu belum sembuh sampai saat ini.

Mobilku kini mulai memasuki parkiran rumah sakit tempatku bekerja. Aku segera memarkirkan mobilku dan segera masuk ke rumah sakit.

Aku tidak boleh egois, masih banyak orang yang membutuhkan jasaku di luar sana dan aku harus selalu siap untuk mereka. Aku berusaha untuk tidak memikirkan kejadian tadi, itu hanya akan membuat hatiku sakit kembali.

Aku mulai menapakkan kaki dikoridor rumah sakit menuju ke ruanganku.

Pikiranku berkecamuk, bayang-bayang Qausar selalu saja muncul di pikiranku, tergambar jelas bagai kaset yang diputar di layar lebar.

"Maira!"

Suara berat itu mengagetkanku dan membuatku menoleh menatapnya.

Seorang lelaki menggunakan jas dokter kini tengah berjalan cepat kearahku. Dia adalah Dana.

"Kamu dari mana aja? Kok nggak jawab panggilanku tadi?" tanyanya saat sampai si sebelahku.

Pradana Kusuma, teman sekaligus sahabatku. Dia adalah dokter spesialis ortopedi.

"Aku tadi nggak sengaja nabrak orang, Dan," jawabku sembari melanjutkan langkah ku yang tertunda.

Dana mengimbangi langkahku. "Terus gimana? Orang yang kamu tabrak baik-baik aja?"

"Dia nggak papa kok, lagian cuma lecet dikit."

Aku sebenarnya malas mengingat kejadian tadi. Tapi pertanyaan Dana memaksaku untuk kembali mengingat Qausar.

"Oh, syukur deh. Orangnya udah kamu bawa ke rumah sakit?" tanyanya lagi.

"Dia cuma luka dikit, Dan. Udah nggak usah bahas itu lagi. Aku mau ke ruanganku dulu. Assalamualaikum."

Aku segera berlalu meninggalkan Dana. Aku malas mengingat kejadian tadi. Sungguh, itu hanya membuat hatiku semakin nyeri.

"Maira! Nanti siang makan bareng, ya?!"

-TBC-

Episodes
1 01. Garis Takdir Mempertemukan
2 02. Bayang-bayang Masa Lalu
3 03. Pertemuan Yang Tak Diinginkan
4 04. Tentang Qeisya
5 05. Terbongkar
6 06. Makhluk Pengganggu
7 07. Dari Masa Lalu
8 08. Permintaan Bodoh
9 09. Flashback
10 10. Menyerah? Tidak Akan
11 11. Kenyataan Pahit
12 12. Jebakan Menyebalkan
13 13. Memori Lama
14 14. Terus Berjuang
15 15. Kacau
16 16. Ada Hati Yang Terluka
17 17. Sebuah Rasa Yang Sulit Diungkap
18 18. Bahagiaku Sederhana
19 19. Hari Terindah
20 20. Raga Yang Tak Mampu Menolak
21 21. Sebuah Harap Yang Sulit Digapai
22 22. Ikhlas
23 23. Permintaan Qausar
24 24. Pernikahan Sakral
25 25. Rencana Allah
26 26. Terbesit Secercah Sesal
27 27. Antara Imam Dan Makmum
28 28. Lupakan Atau Tinggalkan
29 29. Tanpa Restu
30 30. Berdua
31 31. Hutang Budi
32 32. Luka Itu
33 33. Sedikit Berbeda
34 34. Bab Mikir
35 35. Berubah
36 36. Sebuah Rencana Konyol
37 37. From The Beginning
38 38. Percaya Dan Senyum Paksa
39 39. Morning Kiss
40 40. Malam Penuh Kenangan
41 41. Luka Kepergian
42 42. Kebahagiaan Yang Sirna
43 43. Berpisah
44 44. Hilang
45 45. Kenyataan Pahit Yang Terungkap
46 46. Berusaha Lebih
47 47. Fitnah
48 48. Dua Pilihan
49 49. Sisi Lain
50 50. Sadar?
51 51. Kembali
52 52. My Jahil Husband
53 53. Get Away
54 54. Kado Istimewa
55 55. Firasat Buruk
56 56. Ancaman
57 57. Dibalik Semua Itu
58 58. Pengorbanan
59 59. Boleh Aku Berjanji?
60 60. Restu Papa
61 61. Kenangan Baru
62 62. Spesial
63 63. Takdir Tuhan
64 64. Lembaran Kata
65 65. Akhir Dari Segalanya (END)
66 Extra Part (Without Her)
Episodes

Updated 66 Episodes

1
01. Garis Takdir Mempertemukan
2
02. Bayang-bayang Masa Lalu
3
03. Pertemuan Yang Tak Diinginkan
4
04. Tentang Qeisya
5
05. Terbongkar
6
06. Makhluk Pengganggu
7
07. Dari Masa Lalu
8
08. Permintaan Bodoh
9
09. Flashback
10
10. Menyerah? Tidak Akan
11
11. Kenyataan Pahit
12
12. Jebakan Menyebalkan
13
13. Memori Lama
14
14. Terus Berjuang
15
15. Kacau
16
16. Ada Hati Yang Terluka
17
17. Sebuah Rasa Yang Sulit Diungkap
18
18. Bahagiaku Sederhana
19
19. Hari Terindah
20
20. Raga Yang Tak Mampu Menolak
21
21. Sebuah Harap Yang Sulit Digapai
22
22. Ikhlas
23
23. Permintaan Qausar
24
24. Pernikahan Sakral
25
25. Rencana Allah
26
26. Terbesit Secercah Sesal
27
27. Antara Imam Dan Makmum
28
28. Lupakan Atau Tinggalkan
29
29. Tanpa Restu
30
30. Berdua
31
31. Hutang Budi
32
32. Luka Itu
33
33. Sedikit Berbeda
34
34. Bab Mikir
35
35. Berubah
36
36. Sebuah Rencana Konyol
37
37. From The Beginning
38
38. Percaya Dan Senyum Paksa
39
39. Morning Kiss
40
40. Malam Penuh Kenangan
41
41. Luka Kepergian
42
42. Kebahagiaan Yang Sirna
43
43. Berpisah
44
44. Hilang
45
45. Kenyataan Pahit Yang Terungkap
46
46. Berusaha Lebih
47
47. Fitnah
48
48. Dua Pilihan
49
49. Sisi Lain
50
50. Sadar?
51
51. Kembali
52
52. My Jahil Husband
53
53. Get Away
54
54. Kado Istimewa
55
55. Firasat Buruk
56
56. Ancaman
57
57. Dibalik Semua Itu
58
58. Pengorbanan
59
59. Boleh Aku Berjanji?
60
60. Restu Papa
61
61. Kenangan Baru
62
62. Spesial
63
63. Takdir Tuhan
64
64. Lembaran Kata
65
65. Akhir Dari Segalanya (END)
66
Extra Part (Without Her)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!