Bab 4

    Hari libur seperti ini malah membuatku bingung. Mau mengerjakan pekerjaan rumah, semua sudah dilibas oleh ibu, mau healing juga tidak ada patner, temanku semua sibuk mengurus usaha mereka. Yahh.. memang akulah si paling santai di antara mereka, bukan aku sengaja malas-malasan karena orang tuaku punya pabrik. Tapi itulah yang sering mereka katakan, dan aku hanya nyengir saja mendengarnya.

   Sebenarnya kalau aku mengajak mereka nongkrong pun pasti mereka akan dengan cepat meluangkan waktu, mereka memang sesolid itu. Tapi aku yang bekerja lebih santai ini tahu diri sedikitlah, tidak ingin mengganggu mereka. Meskipun nyatanya aku selalu mengganggu mereka, dan mereka menyukainya.

    Hubungan kami yang awet dari SMA sampai sekarang adalah buah dari komunikasi yang selalu kami jaga, tentu saja kami punya grup, entah grup di Wa ataupun media sosial yang lainnya. Kita usahakan agar tidak sepi, tujuannya adalah untuk menjaga silaturahmi dan menuangkan bagaimana lelahnya kita menjalani hidup. Dan saat itulah kurasakan bagaimana mendapatkan suntikan semangat dari mereka. Mungkin itu juga yang membuatku masih betah menjomblo, merasa cukup hanya dengan keluarga dan sahabat. Untuk saat ini sih, bukan berarti aku tak butuh pasangan. Hanya saja belum terlalu membutuhkan.

   Akhirnya ku lengkapi aktivitas glundang-glundungku dengan maraton drama, pokoknya drama mana saja aku doyan. Aku bersyukur sekali punya orang tua seperti bapak dan ibuku yang tidak pernah menuntut ini itu kepada putrinya, bahkan mereka tidak memprotesku ketika melihatku maraton drama seperti sekarang. Satu hal yang sangat mereka tekankan padaku, yaitu tentang sholatku.

    "Sholat itu hubungan kamu sama Allah nduk... bapak pengen kita berkumpul lagi nanti di akhirat. Jaga sholatmu ya nduk.. ojok sampe lali" begitu pesan bapak padaku ketika aku menginjak usia remaja. Makanya untuk hal yang satu ini aku selalu berusaha menjaganya.

   Sudah lima episode drama yang kutonton, tiba-tiba saja hp ku berbunyi, sepertinya notifikasi dari pesan, awalnya ku biarkan saja, tapi lama-lama notif itu semakin rapet saja berbunyi, aku pun menjeda drama sejenak dan memeriksa pesan yang masuk.

    Ternyata dari grup pertemananku, tumben sekali masih siang sudah ramai, biasanya penghuni grup akan keluar pada malam hari, dari jam 12 sampai menjelang pagi. Aku pun turut andil dalam grup, sementara membiarkan laptopku menyala.

   Di tengah-tengah candaan, rama menyampaikan pesan dari mbak ika kakaknya kalau dia mengundang kami untuk datang pada acara 7 bulanan yang akan dilakukan seminggu lagi. Kita pun setuju untuk menghadiri acara tersebut, selain dijadikan untuk ajak nongkrong. Kita juga ingin bersilaturahmi kepada mbak ika yang sudah menganggap kita seperti adiknya sendiri, bahkan kasih sayangnya melebihi kasih sayangnya pada rama. Adiknya sendiri.

   Setelah lama bertukar pesan, adzan dhuhur pun berkumandang. Kuletakkan benda pipih itu di atas kasur dengan sembarangan, lalu pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Tidak sabar menunggu minggu besok. Rasanya rindu sekali sama mereka. Tuhan... tolong percepat satu minggu ini.

...****************...

Senin datang dengan santai, tapi tidak dengan kegiatannya yang super padat. Serangkaian upacara bendera, kemudian masuk ke dalam ruang belajar penghuninya sangat aktif. Huuuhhh... ku hembuskan nafas beratku, kemudian menarik bibir agar terbentuk senyum.

  "Oke arin, kamu harus semangat. Harus punya energi yang lebih menghadapi makhluk yang full energi seperti anak-anak TK itu, ini pilihanmu sendiri menjadi guru anak-anak lucu itu" ucapku memberi semangat kepada diri sendiri dan ku mulai mengajak anak-anak yang bedaknya tidak rata itu bertepuk tangan, berharap energi mereka terkuras sedikit.

  Kerja, pulang, rebahan. Seperti itu saja aktivitasku seminggu ini, oh iya aku juga sudah membeli keperluan dapur di supermarket agar tidak perlu wara-wiri ke warung panas itu lagi. Yaah.. meskipun masih bertemu dengan pemiliknya ketika di jalan. Tapi itu tidak masalah karena dia hanya akan melotot lalu langsung memalingkan mukanya dengan sengit.

   Aku hanya mengangkat alis, dia kira aku takut padanya? Tentu tidak!. Mungkin dia masih kesal padaku perihal ucapanku tempo hari lalu. Dia pikir aku juga tidak merasa seperti itu, setiap kali dia ngenyek keluargaku?. Rasakan!!!.

...****************...

 Akhirnya minggu yang ditunggu pun datang. Aku bersiap dengan baju yang santai tapi tetap sopan, setelah beres. Aku pun berpamitan pada ibuku yang kebetulan sedang di dapur membuat teh. Sepertinya ada tamu.

   "Ada tamu buk.e?"

Ibu menoleh lalu mengangguk, tak lupa juga memberikan senyum teduhnya. Aku pun meminta tangannya untuk kucium, tak berminat menanyakan siapa gerangan yang sedang bertamu.

   "Nanti pulangnya agak lama ya buk.e... mau menebus rindu dulu sama mereka. Hehehehe" ucapku lagi membuat perempuan berkerudung hitam itu mengangguk maklum.

  "Suruh main kesini juga, buk.e pengen masakin mereka kayak dulu pas SMA" pesan itu ku balas dengan acungan jempol kemudian berlalu meninggalkan perempuan cantik yang tengah mengaduk air di gelas.

   "Katanya ada tamu pak.e? Mana?" Tanyaku sambil meminta tangan lelaki hebat itu. Tadinya aku akan langsung ngeloyor saja tanpa saliman sama bapak, karena tadi ibu bilang sedang ada tamu. Tapi setelah aku sampai di ruang tamu, hanya ada bapakku saja, jadilah aku sekalian pamitan sama bapak.

   "Iya.. lagi telpon di luar nduk. Kamu mau kemana? Kok tumben udah rapi hari libur gini" bapak menjawab sekaligus bertanya karena melihatku salim dan berdandan rapi dan sedikit menor dari biasanya.

    Saat hendak menjawab, ekor mataku berhasil menangkap siluet dari arah pintu. Sepertinya tamu bapak itu laki-laki, terlihat tubuhnya yang tinggi lagi tegap. Aku pun menjawab dengan cepat.

   "Ini pak.e, arin mau dateng ke acara tujuh bulanannya mba ika. Kakaknya si rama itu loh. Udah yah pak.e arin pamit dulu. Assalamualaikum..." setelah berucap demikian aku buru-buru keluar tanpa melirik tamu bapak yang aku yakini sedang menatapku.

   Butuh waktu setengah jam menuju rumah rama, itu pun aku mengendarai motorku dengan cepat. Tak sabarnya rasanya ingin bertemu mereka. Entahlah, pertemanan kita mengalir begitu saja sampai kita dewasa.

    Setelah sampai di rumah rama, ternyata sudah banyak orang disana. Aku memilih melewati pintu belakang, kebetulan sekali ada mbak ika disitu.

   "Kenapa lewatnya belakang sih?" Tanya mbak ika terlihat gemas, selain adiknya rama. Mbak ika juga paham kalau aku tidak suka pada keramaian.

     "Hehehehe.. nggak papa mbak. Takut ada yang naksir nanti kalo arin lewat depan" ucapku percaya diri, kemudian mencium tangan mbak ika.

    "Huuuhhh... iya deh percaya yang sekarang tambah cantik" perempuan buncit itu menepuk-nepuk pipiku lembut. Tentu saja aku biarkan, aku malah menganggap mbak ika seperti kakakku sendiri.

    "Si rama kemana mbak? Belum bangun nih jangan-jangan" tanyaku kemudian sambil celingukan mencari mbak ika versi laki-laki. Wajah keduanya memang sangat mirip, bedanya rama dilengkapi dengan kumis tipis. Coba kumisnya dihilangkan dan ditambah kerudung, pasti mereka seperti anak kembar.

    "Udah kok.. lagi nganterin sepupunya beli es krim" aku hanya ber oh riya mendengar jawaban itu. Kemudian mengajak mbak ika untuk foto bersama. Aku kirimkan foto itu di grup Wa dan mengatakan kalau aku sudah sampai di rumah rama. Tentu saja agar mereka yang sukanya ngaret bergegas datang, jujur aku seperti kambing gunung yang disuruh turun ke padang. Bingung mau apa.

   Setelah beberapa menit datanglah teman-temanku satu persatu. Tapi mereka masuk lewat pintu depan jadi memang belum bertemu denganku. Rasanya berat sekali aku ingin pindah ke ruangan yang banyak orang itu, nanti sajalah aku kedepan saat acara akan mulai.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!