"Tuhan kenapa engkau beri aku seseorang yang berarti dalam hidupku hanya sebentar dan kau pisahkan aku dengannya dalam waktu yang cepat." Ucap Bernan dalam do'anya.
Kesedihan karena berpisah dengan Fitria, dipendam Bernan sendirian. Bernan juga ada kabar gembira dan kabar baik untuk Jamiin dan Ladoh.
Bernan dengan rona wajah gembira memberi kabar baik ini pada Ladoh dan Jamiin bahwa Bernan lulus dengan nilai terbaik dan dapat sebagai mahasiswa undangan di Universitas ternama.
Kabar gembira dan baik ini disambut dingin oleh Jamiin dan Ladoh. Bernan heran melihat Jamiin dan Ladoh diam saja, dan memperlihatkan wajah tidak senang kepada Bernan.
"Bernan, yang kami mau dan senang adalah jika kamu menikah setelah tamat SLTA, karena Bapak sudah tua." Ungkap Ladoh dingin pada Bernan.
"Aku mau kuliah, sambil kerja Pak, dan tidak akan minta biaya pada Bapak." Ungkap Bernan yang keras hati ingin kuliah.
"Ya Tuhan ternyata aku ini hidup sendiri, sampaikanlah keinginanku untuk bisa belajar di perguruan tinggi." Ucap Bernan dalam hati.
Dengan keteguhan hati dan kegigihan diri, Bernan pergi sendiri mengurus pendaftaran masuk Universitas. Bernan memilih Fakultas Teknik.
Hari pertama masuk kuliah, Bernan senang sekali. Setelah Bernan lihat-lihat, ternyata waktu kuliah Bernan banyak luangnya.
Bernan berfikir untuk membagi waktu, antara kuliah dan kerja. Waktu kuliah tidaklah sama dengan waktu disekolah.
Pulang dari kuliah, Bernan mulai cari pekerjaan dengan berbekal ijazah SLTA. Bernan mencoba melamar pekerjaan di kantor-kantor swasta yang Bernan yakin dia akan diterima kerja.
Seminggu kuliah, Bernan sudah banyak memasukkan lamaran pekerjaan di kantor-kantor swasta. Sudah ada yang wawancara, tempat kerja tersebut minta Bernan penuh waktu bekerja dan tidak bisa paruh waktu.
Bernan terus berusaha karena saat kuliah Bernan perlu biaya tinggi. Bernan selalu berdo'a saat sulit yang dirasakannya.
"Tuhan bantu lah aku, aku butuh biaya untuk kuliah. Semoga aku dapat pekerjaan yang akan menolongku untuk bisa membiayai kuliah ku Tuhan." Do'a Bernan dengan sungguh-sungguh.
Pada hari minggu, Bernan berjumpa dengan seorang anak yang termenung. Bernan mendekati anak tersebut.
"Siapa namamu dek? Kenapa kamu melamun? ada masalah apa? cerita lah pada bapak." Tanya Bernan.
"Namaku Alvo pak. Aku bingung setelah tamat Sekolah Dasar ini aku ingin melanjutkan sekolah ke kampung. Aku mau tinggal bersama nenek ku. Bapak tidak mengizinkan aku tinggal bersama nenek karena aku anak satu-satunya laki-laki. Bapak ku seorang Dosen di kampus, aku tidak mau pulang Pak." Ungkap anak kecil tersebut.
Bernan membujuk Alvo agar mau pulang.
"Alvo, tidak kah kau kasihan pada orang tuamu yang menyayangimu? mungkin sekarang mereka sedang mencarikan mu pendidikan yang bagus disini.
Bagus kau sekolah disini, dekat dengan Bapak dan mamak mu. Kalau ada kurang biaya kau bisa langsung minta pada mereka. Jika kau dikampung semua yang kau minta lambat sampainya, dekat orang tua kau bisa makan enak dan fasilitas lengkap.
Di kampung, kau hidup bersama nenek mu dengan fasilitas yang tidak lengkap, musik kau dikampung suara kodok dan jangkrik." Kata Bernan memberi penjelasan pada Alvo.
Alvo terdiam dan berpikir panjang.
"Bapak bisa tolong antarkan aku pulang? aku takut Bapak dan Mamak ku marah karena aku belum pulang juga." Pinta Alvo dengan rasa takut.
Bernan menganggukkan kepala, Bernan langsung mengantar Alvo pulang dengan naik angkot. Sampai dirumah Alvo, Bernan kaget melihat Bapaknya berlari-lari menyusul Alvo, dan memeluknya. Alvo mengenalkan Bernan ke Bapaknya.
"Bapak, perkenalkan ini Pak Bernan."
Bernan menjabat tangan bapak Alvo sambil memperkenalkan namanya.
"Perkenalkan saya Bapak nya Alvo. Nama saya Difen, panggil saja saya Abang." Kata Difen.
"Baik bang." Jawab Bernan.
Difen dan istrinya berterimakasih pada Bernan sudah mengantarkan anaknya pulang.
"Ku lihat Bernan masih muda, apa saja kegiatanmu?" Tanya Difen.
"Aku kuliah bang, sekarang aku juga sedang mencari kerja untuk biaya kuliah ku bang, tapi belum ada yang menerimaku. Karena aku masih kuliah, sementara kantor yang aku antarkan lamaran dan sudah wawancara memintaku penuh waktu kerjanya. Aku mencari tempat kerja yang bisa aku kuliah sambil kerja bang." Jawab Bernan.
"Aku ini seorang dosen di kampus, disamping itu aku gabung dengan beberapa temanku membuka Yayasan yang bergerak dibidang Lingkungan Hidup. Jika kamu mau, besok masukkan lamaran kerjamu biar abang beri referensinya. Kamu bisa bekerja sambil kuliah Bernan." Ucap Difen.
"Baiklah bang, sebelumnya aku ucapkan terimakasih, besok pulang kuliah aku masukan lamaran kerjaku ke kantor Yayasan Lingkungan Hidup." Jawab Bernan dengan senang hati.
Bernan pamit pulang pada Difen, istrinya dan Alvo.
"Tuhan terimakasih engkau sudah kabulkan doaku, aku sudah mendapatkan pekerjaan." Ucap Bernan didalam do'anya.
Pagi yang cerah, Bernan berangkat kuliah dengan senang hati mengikuti mata kuliah di kampus. Selesai perkuliahan Bernan langsung meninggalkan kampus menuju alamat kantor Yayasan Lingkungan Hidup.
Sampai di Yayasan Lingkungan Hidup, Bernan kaget saat dipersilahkan masuk oleh sekretarisnya menuju ruangan Direktur. Bernan melihat Bang Difen yang duduk di kursi Direktur tersebut.
"Masuk Bernan." Perintah Difen.
Bernan masuk dengan tersenyum, Difen mempersilahkan Bernan duduk. Kemudian Difen menerangkan pekerjaan yang dilakukan oleh Yayasan Lingkungan Hidup, dan menerangkan kepada Bernan bahwa kantor Yayasan Lingkungan Hidup ini ada di seluruh Indonesia pusatnya di Jakarta.
Lalu Difen memanggil HRD memberi test tertulis dan test wawancara pada Bernan. Setelah Bernan selesai test, Difen memanggil keuangan dan keuangan menerangkan hak dan kewajiban yang akan Bernan terima.
Tidak lama kemudian, HRD masuk keruangan Direktur untuk memberikan hasil test Bernan. Bernan sudah berdebar-debar menunggu hasil HRD yang diberikan ke Difen.
"Tuhan luluskan aku, karena besar harapanku untuk dapat bekerja disini, aku butuh biaya Tuhan." Do'a Bernan dalam hati.
Lalu Difen memandang Bernan dengan tatapan penuh dan tersenyum, sambil membuka amplop dari HRD.
"Selamat bergabung di kantor Yayasan Lingkungan Hidup ini Bernan." Ucap Difen sambil mengulurkan tangannya ke Bernan.
Bernan menitikkan air mata dan menjabat tangan Difen.
"Terimakasih bang." Jawab Bernan setulus hati.
"Besok kamu sudah mulai masuk kerja Bernan setelah pulang kuliah." Pinta Difen.
Bernan menjabat tangan Difen lagi dengan wajah gembira dan mata berkaca-kaca. Kemudian Bernan mengucapkan terimakasih pada Difen dan pamit pulang.
"Tuhan terimakasih engkau sudah kabulkan do'a ku, terimakasih Tuhan." Bernan berdo'a sambil menangis mengucap syukur.
Bernan buru-buru pulang kerumah, memberi kabar gembira ini kepada Jamiin dan Ladoh. Respon Jamiin bagus, Jamiin menangis sambil memeluk Bernan.
"Syukur ya nak, jadi kau bisa beli obatmu, biaya kuliahmu, dan bantu Ibu karena Bapak sudah sakit-sakitan tidak bisa kerja lagi." Kata Jamiin bangga pada Bernan.
Respon Ladoh hanya dingin saja. Bernan tidak pernah mempersoalkan respon Ladoh padanya. Selama Bernan kuliah dan bekerja, sakit aneh itu selalu kambuh dirumah dan pernah sekali ditempat kerjanya.
Karena Bernan banyak meraih prestasi di tempat kerjanya dan jadi kepercayaan bosnya di kantor yaitu Difen, jadi tidak ada satupun karyawan yang mempersoalkan kejadian sakit Bernan tersebut.
Pada suatu hari, tepatnya hari minggu, ketika Bernan hendak pulang kerumah, ternyata hari hujan deras. Bernan berteduh sambil menunggu angkot yang lewat menuju rumahnya.
Saat itu ada seorang wanita juga menunggu hujan reda. Wanita itu menyapa Bernan.
"Menunggu angkot juga bang?" Sapa wanita itu.
"Iya." Jawab Bernan singkat sambil tersenyum.
Hujan tidak kunjung reda, Bernan kembali menyapa si wanita yang menyapanya tadi.
"Namamu siapa dek? dan sekolah dimana?" tanya Bernan penasaran.
"Namaku Rabta, aku tamat sekolah kerja menolong kakak ku jaga anaknya dirumah bang, oh iya nama abang siapa? kerja dimana? dan abang kuliah?" Ucap Rabta.
"Namaku Bernan, abang kerja di Yayasan Lingkungan Hidup sebagai koordinator program dan abang kuliah." Kata Bernan.
Lalu Rabta minta nomor handphone Bernan, Bernan memberikan nomor handphonenya pada Rabta. Setelah hujan reda Bernan melihat angkot jalur rumahnya lewat.
"Aku duluan Rabta." Pamit Berna pada Rabta.
"Iya bang." Jawab Rabta.
Setelah itu Rabta rajin menyapa, memperhatikan dan sengaja menunggu Bernan setiap hari minggu. Rabta juga memberanikan diri untuk mengatakan perasaannya pada Bernan. Bernan juga menyukai Rabta.
"Tuhan jika Rabta yang engkau kirim sebagai teman hidupku aku berniat untuk menjadikan Rabta bakal istri ku Tuhan." Do'a Bernan dalam hati.
Karena Bernan melihat sifat Rabta yang dari awal Bernan kenal sampai enam bulan berjalan terlihat baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Kak Dsh 14
Tapi di cerita ini mengajarkan "Selalu ada jalan keluar di setiap masalah ,asal kita selalu berusaha."
2024-07-04
1
Kak Dsh 14
Sad bgt jadi bernand🥲
2024-07-04
1
Atha Diyuta
ayo brem kejar mimpimu smngt
2024-06-17
1