Bernan hendak melanjutkan sekolah ke SLTA, Jamiin dan Ladoh keberatan karena saat itu Jamiin dan Ladoh dalam kesulitan keuangan. Ladoh sakit keras, keinginan Bernan kuat untuk dapat melanjutkan sekolah ke SLTA.
"Tuhan kenapa engkau tidak menyayangi aku, aku ingin sembuh Tuhan, dan aku ingin melanjutkan sekolah. Aku tidak punya uang Tuhan, waktu pendaftaran sudah tinggal seminggu lagi aku ingin sekolah Tuhan." Ucap Bernan dalam hati.
Selesai berdo'a, Bernan berjalan dengan lesu dan berfikir panjang. Dalam perjalanan pulang, hanya sekolah SLTA yang ada dalam pikirannya.
Bernan ingin sekali sekolah karena dia punya prestasi yang bagus. Bernan berpikir sepanjang jalan.
"Tuhan kemana aku cari uang dalam waktu singkat untuk dapat mendaftar sekolah di SLTA?" ucap Bernan dalam hati.
Dalam perjalanan pulang kerumah, karena kuatnya Bernan berfikir. Bernan tidak melihat ada kendaraan dan tidak mendengar suara klakson mobil yang melaju di jalan raya dari belakang, samping dan di depannya.
Tiba-tiba ada mobil dengan kecepatan laju, mobil tersebut sudah memberi tanda suara klakson. Tin...Tin...Tin... Bernan tidak mendengar suara klakson mobil yang laju tersebut.
Bernan terus berjalan dengan tatapan mata kosong mengikuti pikirannya yang galau. Hingga mobil tersebut menabrak Bernan.
Braaaakkkkkkkk......
Bernan jatuh bersimbah darah, mobil yang menabraknya kabur. Banyak orang yang berlarian melihat Bernan tetapi tidak mau membantu karena takut menjadi tersangka.
Tiba-tiba ada mobil berhenti didekat orang-orang yang melihat Bernan, pengendaranya seorang wanita muda seusia Bernan.
Wanita tersebut keluar dari mobilnya dan bertanya pada salah seorang warga yang sedang melihat Bernan bersimbah darah.
"Ada apa Pak?" tanya gadis tersebut.
"Ada korban tabrak lari nak." Jawab salah seorang bapak yang berada di tempat kejadian tersebut.
Wanita muda tersebut minta tolong kepada warga untuk menaikkan Bernan ke mobilnya. Wanita tersebut membawa Bernan dalam keadaan tidak sadar ke rumah sakit.
Setelah beberapa jam Bernan dalam ruangan IGD, akhirnya Bernan siuman.
"Ya Tuhan aku berada dimana? Tadi aku berjalan kenapa sekarang aku bisa berada dalam ruangan ini? kenapa dengan diriku Tuhan?" ucap Bernan dalam hati penuh kekhawatiran.
Bernan melihat disekelilingnya, ingin bangun tapi tidak mampu. Mata Bernan samar-samar melihat ada seorang gadis berdiri disamping tempat tidurnya.
Setelah berangsur pulih penglihatannya yang samar, Bernan bertanya kepada gadis yang berdiri disamping tempat tidurnya.
"Aku ada dimana? dan kamu siapa? aku tadi jalan kaki dari gereja ingin pulang kerumah, di jalan ada mobil menyenggol ku kuat sekali, aku tidak ingat lagi." Tanya Bernan sambil memegang kepalanya yang sakit.
"Namaku Nadia, kamu sekarang ada dirumah sakit. Aku melihat kamu di kerumuni orang dipinggir jalan dengan bersimbah darah. Ku tanya pada salah satu warga ada apa? mereka jawab ada kecelakaan tabrak lari, tapi tidak ada satu orangpun yang mau menolong mu." Ungkap Nadia penuh rasa iba.
"Nama kamu siapa?" Tanya Nadia.
"Namaku Bernan, terimakasih Nadia kamu sudah menyelamatkan ku." Jawab Bernan dengan suara lemah.
"Kamu punya nomor telpon rumahmu Bernan? biar aku telpon orang tuamu?" tanya Nadia.
"Tidak ada telpon dirumah, orang tuaku orang miskin. Untuk makan saja kami susah. Aku kerja serabutan sambil sekolah menolong orang tuaku untuk biaya sekolah." Ungkap Bernan dengan raut wajah sedih.
"Bagaimana dengan pembiayaan rumah sakit ini Nadia? aku tidak punya uang, aku pulang saja." Ucap Bernan merasa khawatir dengan pembiayaan rumah sakit.
"Jangan kamu fikirkan Bernan, aku sudah menelpon papaku minta tolong untuk biaya perawatan mu selama di rumah sakit ini."
Nadia langsung mencoba menelpon papanya.
Tidak lama kemudiaan, papa Nadia datang dan sudah melunasi pembayaran rumah sakit Bernan. Papa Nadia menyalami Bernan.
"Bagaimana keadaanmu Bernan? Apa masih ada yang sakit? Biar Om antar kamu pulang dan ini ada sedikit uang untuk belanja sekolahmu."
"Jangan Om, saya dibawa kerumah sakit dan Om bayar pembiayaan rumah sakit ini saja sudah lebih dari cukup. Saya mengucapkan terimakasih pada Om dan Nadia. Saya minta tolong pada Om berikan saya pekerjaan apa saja karena saya butuh uang untuk masuk SLTA Om. Waktu pendaftaran tinggal satu minggu lagi. Saya belum punya uang Om, saya ingin sekali melanjutkan sekolah, orang tua saya tidak punya uang Om. Saya di SLTP juga sekolah sambil bekerja untuk biaya sekolah dan biaya makan dirumah Om." Ungkap Bernan dengan menahan tangis.
"Kamu tidak usah kerja, Om bantu uang masuk sekolah SLTA Bernan." Ucap Papa Nadia merasa iba dengan kondisi Bernan.
Papa Nadia mengeluarkan uang dari tasnya dimasukan dalam amplop.
"Ini uang buat masuk SLTA Bernan, sekolah dengan rajin ya nak."
"Baik Om, terimakasih banyak." Bernan menangis tersedu-sedu.
"Terimakasih Tuhan engkau sudah dengar doaku untuk dapat melanjutkan sekolah ke SLTA." Ucap Bernan dalam hati sambil menangis.
Bernan mengucapkan terimakasih kepada Nadia dan papanya. Lalu Bernan diantar pulang oleh Nadia dan papanya.
Keesokan harinya, Bernan mendaftar sekolah SLTA menggunakan uang pemberian Papa Nadia.
Setelah masuk sekolah di SLTA, Bernan juga berprestasi dalam pelajaran umum dan ekstrakurikuler. Bernan juga dapat beasiswa karena prestasinya.
Selama di SLTA, sakit Bernan tidak pernah kambuh disekolah tapi lebih banyak kambuh dirumah. Jamiin dan Ladoh tidak dapat membantu.
Mereka membiarkan saja, tidak ada yang dapat mereka lakukan karena untuk makan saja mereka susah. Anak-anak Jamiin dan Ladoh pemalas tidak seperti Bernan yang rajin bekerja sambil belajar. Mereka suka mencuri uang hasil kerja Bernan.
"Hei lelaki berpenyakitan." Seru anak Jamiin dan Ladoh dengan nada mengejek.
Bernan hanya diam menahan diri untuk menghindari ejekan dari anak-anak Jamiin dan Ladoh. Bernan pernah bertanya-tanya pada dirinya sendiri, kenapa saudara-saudaranya selalu mengejek dirinya.
"Aku ini anak siapa sebenarnya? kenapa saudaraku terlalu jahat padaku." Gumam Bernan dalam hati.
Bernan pernah bermimpi, dimana didalam mimpi tersebut saudaranya Ena mengatakan bahwa Jamiin dan Ladoh bukanlah orang tuanya.
"Apa benar seperti dalam mimpiku kalau yang ku panggil Ibu dan Bapak selama ini bukan orang tuaku, pantas saja mereka tidak bisa marah pada anak-anak mereka saat mengejekku." Gumam Bernan.
Bernan selalu ragu dengan mimpinya dan melihat kenyataan Ibu Jamiin dan Ladoh begitu menyayanginya. Perhatian Jamiin, Ladoh, keluarga besar Jamiin dan Ladoh hanya tertuju pada Bernan.
Bernan tidak hilang akal, kejadian yang terjadi dirumah yaitu uang hasil kerjanya selalu hilang. Bernan mencari akal tidak mau menyimpan uang hasil kerjanya dirumah, Bernan menyimpan uangnya di bank.
Jamiin merenung melihat keadaan dirumah, yang mana anak-anaknya selalu mengejek dan menekan Bernan. Jamiin selalu merasa bersalah pada dirinya. Jamiin tidak sanggup melihat Bernan Sakit dan ditambah penekanan dari anak-anaknya.
Suatu hari jamiin hendak berterus terang pada Bernan, bahwa dia dan suaminya bukanlah orang tua Bernan. Anak-anak mereka bukanlah saudara Bernan, tetapi Ladoh melarangnya.
"Jangan kamu beritahu Bernan siapa kita ini sebenarnya, karena aku takut Bernan akan marah besar pada kita dan mengusir kita keluar dari rumah yang kita tempati saat ini.
Sementara kita tidak punya apa-apa.
Aku sakit tidak bisa kerja dan memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga kita, syukur saja Bernan masih dapat menolong kita. Aku juga malu dan merasa bersalah pada diri sendiri, anak-anak kita tidak mampu menolong kita, tapi Bernan yang bukan anak kita saja mampu menolong kita." Ucap Ladoh dengan wajah marah.
Ladoh dan Jamiin bicara dengan nada tinggi dan emosi. Mereka lupa pada saat mereka bicara, Bernan masih ada dirumah dan mendengar pembicaraan mereka.
"Terimakasih Tuhan, mimpi yang ku alami sudah terjawab bahwa yang ku panggil Ibu dan Bapak ini bukan orang tuaku. Pantas saja anak-anak mereka mengejek ku, menekan ku, mencuri penghasilanku. Ibu dan Bapak ini tidak mau marah pada anak-anak mereka." Ucap Bernan merasa lega tentang kenyataan bahwa dia bukan anak Ladoh dan Jamiin.
Bernan anak yang sabar, walau sudah tahu kalau dia bukanlah anak dari Jamiin dan Ladoh. Tetapi Bernan tidak berubah karena Bernan tahu besarnya kasih sayang yang sudah Jamiin dan Ladoh berikan padanya selama ini.
Bernan tetap saja menolong Jamiin dan Ladoh untuk memenuhi kebutuhan di rumah dan beli pakaian untuk Jamiin dan Ladoh.
Di SLTA ada seorang gadis mendekati Bernan, karena Bernan ganteng, pintar dan berprestasi. Gadis ini bernama Fitria menyatakan perasaannya pada Bernan.
"Bernan, bolehkah aku jadi teman spesial di hatimu?" Ungkap Fitria dengan wajah malu-malunya.
"Aku ini orang susah Fitria, apa yang buat kamu menyukaiku? sementara kamu orang berada." Kata Bernan merasa tidak enak hati.
"Aku tidak peduli kamu orang susah, aku suka kamu Bernan." Tegas Fitria.
Bernan senang mendengarkan jawaban Fitria, Fitria adalah gadis yang berprestasi di bidang olahraga. Fitria adalah seorang atlet renang.
Bernan merasa ada suatu kehidupan yang baru pada dirinya. Ada yang memperhatikannya dan tempat dia bercerita.
Hari-hari Bernan sekarang jauh lebih baik karena ada Fitria yang selalu mengisi waktu Bernan saat suka dan duka.
Bernan berhasil di SLTA sebagai siswa yang berprestasi. Nilai tertinggi kelulusan SLTA nya, dan mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Undangan disalah satu Universitas terkenal di kotanya.
Setelah tamat SLTA, Fitria mengikuti orang tuanya pindah.
"Bernan, aku mengikuti orang tuaku pindah, hubungan kita harus berakhir, karena aku dan kamu tidak akan pernah berjumpa lagi. Kita sudah sibuk dengan aktivitas masing-masing. Hubungan kita ini tidak mungkin berlanjut." Ungkap Fitria dengan berat hati menahan tangisnya.
Bernan sedih mendengar perkataan Fitria. Bernan tidak dapat berbuat apa-apa untuk menahan Fitria pindah.
"Jika itu permintaanmu, aku penuhi Fitria. Dengan berat hati, karena sebenarnya aku tidak mau kita berpisah. Jaga dirimu baik-baik Fitria, ku do'akan kamu menemukan lelaki yang baik untuk menjadi pendamping dan kamu bisa berbahagia dengan pilihanmu."
Bernan memeluk Fitria dengan eratnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Kak Dsh 14
Maaf thor ceritanya bernand dan keluarga agamanya apa?
2024-07-04
1
Kak Dsh 14
Gak kuat baca ceritanya🥲
2024-07-04
1
Rona Risa
😭😭😭😭😭
2024-05-13
1