Penderitaan Bernan

Saat Jamiin melahirkan anak mereka yang ke empat, Ladoh panik karena tidak ada uang untuk Jamiin melahirkan anaknya di rumah sakit.

Ladoh buru-buru pergi menjemput dukun beranak, tak lama kemudian Jamiin sudah melahirkan anak ke empatnya dengan selamat.

Anak keempat Jamiin dan Ladoh yang lahir adalah perempuan yang diberi nama Cristin. Sikap Jamiin tidak berubah pada Bernan, Jamiin tetap saja peduli dengan Bernan, di hati Jamiin Bernan selalu ada tempat khusus untuknya.

Perhatian Jamiin tercurah penuh pada Bernan, Jamiin menanyakan Bernan terus pada suaminya. Jamiin khawatir dengan kesehatan Bernan, karena Bernan selalu sakit demam tinggi, kejang, dan muntah darah.

Selama ini Bernan mengidap penyakit yang mengerikan. Penyakit yang tiba-tiba membuat Bernan terjatuh, teriak-teriak, melolong seperti serigala, mengaum seperti harimau, tangan mencakar seperti binatang.

Mendengus mengeluarkan suara seperti babi, mengeluarkan air kencing yang banyak, terbang dengan gerakan kepala miring ke kanan lalu  membenturkan kepala kearah sasaran yang keras, seperti dinding tembok ruangan, sudut lemari dan plafon ruangan.

Lalu muntah darah yang banyak, menjilatnya kembali, membuka pakaian yang ada pada tubuhnya, hingga tidak ada satupun pakaian yang melekat pada tubuhnya.

Menggigil kedinginan, menggulung badan dengan kain seprai, tidak mau dipasangkan pakaiannya kembali, ketika dipasangkan pakaiannya melawan kedua kakinya menendang, dan berteriak.

"Maaaaaak, aduh maaaaaak." Teriak Bernan sambil memegang kemaluannya.

Setelah itu matanya melihat ada sesosok makhluk yang datang dimana semua ruangan mengeluarkan aroma bau harimau yang menyengat.

Kemudian Bernan tertidur pulas sampai enam jam setelah sadar tidak bisa bangun. Semua anggota tubuhnya sakit, bangun dibangunkan, jalan dipapah, berdiri lama tidak sanggup, seluruh anggota tubuh kaku, hingga tidak bisa dilepas sendiri dan harus selalu didampingi sampai Bernan pulih.

Penyakit Bernan ini datang tidak melihat waktu, kadang sedang tidur nyenyak Bernan bisa terbang ke plafon rumah lalu jatuh terhempas dan terluka. Kejang-kejang, tidak sadarkan diri, setelah sadar Bernan lumpuh selama dua sampai enam hari.

Kambuhnya sakit Bernan ini tidak tentu, bisa waktu sedang tidur, duduk, berdiri dan dalam mobil juga bisa kambuh.

Jamiin tidak mampu membawa Bernan ke rumah sakit. Setiap Bernan sakit Jamiin selalu membawa Bernan berobat ke paranormal.

Hasil dari pengobatan dengan paranormal, dukun, alternatif tidak lama waktu sembuhnya. Sehingga Jamiin dan Ladoh kewalahan dengan biaya berobat Bernan yang sangat tinggi.

Karena tidak punya biaya lagi untuk mengobati Bernan, Jamiin dan Ladoh pasrah, membiarkan Bernan dengan sakit mengerikannya.

Penyakit Bernan semakin hari semakin parah dan tidak ada tanda-tanda kesembuhan. Walau keadaan Bernan sakit yang menyiksa dirinya lahir dan bathin, Bernan tetap berusaha terus untuk bisa sembuh.

Bernan anak yang gigih dan selalu tegar menjalani hidup layaknya seperti anak kebanyakan seusianya.

Walau Bernan tertekan sering diejek teman-teman disekolah, begitu juga dengan anak-anak Ibu Jamiin dan Pak Ladoh yang suka mengejek Bernan.

"Bernan penyakitan," ejek teman dan anak-anak Jamiin.

Bernan tetap tegar, tidak peduli siapapun yang mengejek dan menertawakannya.

Waktu terus berjalan tanpa terasa Bernan sudah duduk dibangku kelas tiga SD.

Untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya, Bernan sekolah sambil bekerja serabutan. Tanpa rasa malu, Bernan bekerja sebagai tukang sapu tempat ibadah, semir sepatu, tukang parkir, membersihkan kandang bebek, kandang babi dan kuli bangunan.

Semua itu Bernan kerjakan untuk dapat membeli buku, obat, ongkos naik becak ke sekolah, jajan dan beli beras 1-2 kg untuk membantu Jamiin dan Ladoh.

Bernan sering tidak jajan disekolah supaya bisa membeli lauk untuk makan dirumah, karena Bernan suka menemukan Jamiin memberinya makan nasi dengan garam dan makan nasi dengan kecap.

Oleh karena itu, Bernan rajin bekerja, membatu keluarga Jamiin dan Ladoh untuk bisa membeli beras sekilo atau dua kilo untuk di makan.

Berbeda dengan anak Jamiin dan Ladoh yang suka bersenang-senang saat pulang sekolah dan tidak mau membantu orang tuanya.

Bagi Bernan apa saja yang bisa dilakukan selama itu bisa menghasilkan uang yang halal. Bernan selalu senang, walau sakit yang menyiksa lahir dan batinnya selalu mengganggunya.

Bernan tetap tenang dan selalu berdoa.

"Tuhan sembuhkanlah aku dari sakit ini," ucap Bernan dalam hati sambil menangis.

Pada suatu hari, ada lelaki paruh baya yang menemukan Bernan dalam keadaan bersimbah darah, tertidur di depan tempat berdoa.

Karena sudah beberapa kali lelaki tersebut melihat Bernan bersimbah darah, badan sosial tempat ibadah tersebut membantu biaya pengobatan Bernan, serta membawa Bernan ke rumah sakit.

Hasil dari pemeriksaan dokter, Bernan di vonis terkena penyakit kanker otak. Dokter menyarankan untuk melanjutkan tindakan operasi, tapi dana bantuan sosial tidak mencukupi untuk biaya operasi.

Bernan tetap semangat dan tegar, selalu bersyukur dengan bantuan yang diterima dari tempat ibadah.

Sakit yang menyerang Bernan tetap saja tidak ada perubahan. Bernan semakin hari, semakin parah sakitnya. Setiap sakit, Bernan selalu berperilaku aneh, menakutkan bagi yang melihatnya.

Mata bersinar merah terbelalak ketarik keatas, mulut ketarik kesamping dengan melolong seperti serigala, muntah darah, menjilat kembali muntah darah yang keluar dari mulutnya yang berserakan dilantai. Merangkak, mengaum seperti harimau, melolong, menggigil kedinginan, sambil kencing di celana, membuka baju tanpa sehelai benang pun badan merasa kepanasan semua itu terjadi dalam keadaan Bernan tidak sadar.

Waktu penyakit ini datang, Bernan tidak pernah tau, setelah sadar seluruh tubuh Bernan lemas seperti tidak punya kekuatan.

Bernan menjalani hidup tanpa mengeluh. Bernan anak yang kreatif, pintar, dan sabar.

Pulang sekolah Bernan selalu mencari kegiatan yang dapat menghasilkan uang. Untuk biaya kebutuhan sekolahnya menolong Jamiin dan Ladoh.

Bernan membagi waktu belajar dan bekerja. Bernan bekerja serabutan yang halal, menghasilkan uang untuk membeli beras, lauk, memenuhi kebutuhan sekolah dan membantu kebutuhan dirumah Jamiin dan Ladoh.

Selama di SLTP Bernan disayang oleh guru, teman juara disekolah. Bernan memiliki banyak teman semasa SLTP karena Bernan anak yang berprestasi.

Selama di SLTP Bernan sering sakit, dan libur sekolah. Jamiin selalu membawa pengobatan Bernan ke paranormal.

Semua usaha Jamiin dan Ladoh belum berhasil. Bernan semakin sakit parah. Sakit Bernan ini pernah kambuh disekolah hingga guru, teman-teman Bernan heran melihat Bernan sakit aneh.

Bernan yang berparas, ganteng, tinggi, kulit putih bersih semula sering dilirik para gadis remaja di sekolahnya, berubah menjadi pembicaraan para teman-teman perempuannya.

"Ganteng tapi sayang penyakitan," ejek teman-teman sekolahnya.

Bernan tetap tegar tidak menghiraukan kata-kata dan ejekan teman-temannya. Bernan berhasil menyelesaikan sekolah di SLTP dengan nilai yang sangat memuaskan dan berprestasi walau sakit yang mengerikan membebaninya lahir dan batin.

Terpopuler

Comments

Kak Dsh 14

Kak Dsh 14

Sedih banget
kenapa hidup gak adil bagi bernan

2024-07-04

1

Rona Risa

Rona Risa

kok berat gini penderitaannya... gak tega aku 😭

2024-05-12

1

Rona Risa

Rona Risa

kasihan banget bernan dari kecil ditimpa penyakit berat 🥲

2024-05-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!