Sementara Rimba setelah pulang dari rumah Oka, mampir di rumah kakaknya. Beruntung kakaknya sangat baik dan gercep, memberikan bik Sum untuk menemani Oka. Seandainya tidak ada bik Sum, pasti Rimba tidak akan tega meninggalkan Oka sendirian. Dan tidak mungkin juga menginap di sana, karena takut di datangi warga perumahan tempat tinggal Oka. Sekarang Rimba duduk berhadapan dengan kakaknya di meja makan. Rimba merasa lapar setelah kejadian tadi, yang lumayan menguras energi. Setelah piring didepan Rimba kosong, kak Alma langsung menanyakan siapa Oka.
"Siapa wanita itu? "
"Dia yg dulu mendampingi Rimba waktu training 2 minggu di Shizuoka. Karyawan terbaik perusahaan. " jawab Rimba.
"Bukan itu yg kakak maksud. Jangan pura-pura gak paham dengan pertanyaan kakak. "
"Dia wanita masa depanku kak. " akhirnya Rimba menjawab apa adanya. "Tapi tolong jangan cerita sama mama dulu ya. "
"Kakak pikir kamu masih sama dia. " senyum Alma menggoda Rimba.
"Siapa yg kakak maksud? "
"Mantan kamu lah, siapa lagi? "
"Dia sudah kubuang ke laut, hahaha. " Rimba begitu ceria menertawakan mantannya.
"Awas kalau sampai balikan, kakak gak suka sama dia. Sok cantik. " gerutu kak Alma.
Rimba dulu di masa kuliahnya pernah dekat dengan Shelly. Anak orang berada, sangat manja dan selalu minta perhatian lebih dari Rimba. Semua kurang setuju, kalau Rimba sampai menikah dengan Shelly pasti kasian sekali. Karena seperti kebanyakan anak orang berada, selalu minta dilayani dan dinomorsatukan. Itu yg membuat keluarga Rimba sangat tidak mendukung. Apalagi sang mama yg selama ini selalu memanjakan putra bungsunya. Tiba-tiba mendapati putra kesayangannya diperlakukan semena-mena oleh pacarnya, tentu sangat tidak suka.
"Kak, aku belum tau bagaimana sebenarnya Oka. Karena kenalnya juga sebentar. Tapi aku sangat yakin untuk menikah sama dia. Kakak bisa bantu aku kan? "
"Bantu bagaimana maksudnya? "
"Ya, buat dia mau menikah sama aku. Ya kak... " Rimba merayu Alma, berharap ada dukungan dari kakaknya.
"Kamu usaha sendiri lah. Kakak saja gak kenal, bagaimana bisa bantu? Kamu jangan mengada-ada. " dipukulnya lengan Rimba dengan sayang.
"Bik Sum saja kak, suruh deketin. Biar akrab gitu, ajak main kesini. " bujuk Rimba.
"Pulang sana, kelamaan disini kamu malah jadi aneh dan banyak maunya. Pulang dari Jepang juga gak kasih kakak oleh-oleh. Gak akan ada bantuan, usaha sendiri sana. " usir Alma.
"Siap, aku pulang dulu kak. Salam buat Mas. " pamit Rimba.
Hampir tengah malam Rimba baru sampai rumah. Tentu saja rumah sudah sepi. Semua sudah masuk kamar masing-masing. Setelah membersihkan diri dan berganti dengan piyama, Rimba langsung tidur nyenyak dan baru terbangun saat alarm berbunyi. Jam setengah lima, waktunya pergi ke masjid dekat rumahnya. Setelah mandi dan berganti baju koko dan sarung, sejenak Rimba menatap diri didepan cermin. 'Ganteng' batinnya memuji diri sendiri. Bergegas keluar kamar dan ternyata papa sudah menunggu di meja makan. Rimba menuju dapur, mengambil segelas air putih hangat. Setelah itu mengajak papanya berangkat menuju masjid.
Pulang dari masjid, Rimba menuju dapur. Meminta pada sang mama untuk dibuatkan bekal sarapan. Tentu saja sang mama heran, mengapa juga harus buat bekal sarapan.
"Ma, tolong buatkan sandwich tuna 6 ya. Aku buat sarapan di kantor saja. "
"Buat apa sebanyak itu? Apa kamu mau bagi-bagi ke sekretaris kamu? " heran mama.
"Ih, siapa juga yg mau bawakan bekal sekretaris. Mama jangan ngadi-ngadi deh. " ditinggalkannya sang mama, Rimba bergegas ganti baju kerja. 10 menit kemudian Rimba sudah rapi duduk di meja makan menunggu kopi dan bekalnya.
"Ma, sekalian kopinya di gelas termos aja ya. Keburu telat nih. " dengan tidak sabarnya Rimba kemudian mengemas 6 sandwich dalam 2 kotak bekal. Dan segelas kopi dalam termos mininya.
"Makasih mamaku sayang, I love you. " sambil berpamitan diciumnya pipi sang mama. Sementara, wanita paruh baya itu hanya bisa tersenyum. Tapi juga heran, katanya jadi kepala perusahaan tp kok berangkatnya seperti buruh pabrik saja. Karena dilihatnya masih jam setengah enam pagi.
Sementara Rimba bergegas meluncur menuju rumah Oka. Dia tidak ingin ketika sampai di rumah Oka, kesayangannya itu sudah berangkat kerja. Sengaja dia berangkat pagi sekali. Dan ketika sampai di rumah Oka, jam menunjukkan pukul 6. Diketuknya pagar rumah Oka, kemudian pemilik rumah itu keluar dengan piyama tidur. Tapi sepertinya dia sudah bersiap untuk kerja, tinggal berganti baju saja. Oka masuk dan duduk di sofa depan. Diletakkannya bekal yg dia bawa dari rumah diatas meja. Dia tau, pasti sebentar lagi Oka akan keluar dengan membawa kopi untuknya. Dan benar saja, Oka membawa 2 cangkir kopi dan 4 buah muffin coklat dan keju. Akhirnya tanpa suara mereka menikmati kopi pagi.
Kemudian terlihat bik Sum keluar dari dalam rumah dengan membawa tas, sepertinya sudah siap untuk pulang ke rumah kak Alma.
"Mbak, saya permisi pulang dulu. Kapan-kapan kalau ada waktu saya akan berkunjung kemari. " kata bik Sum.
"Iya bik, saya tunggu ya. Jangan lupa telepon dulu kalau mau ke sini. " kata Oka sambil menghampiri bik Sum. Dipeluknya wanita paruh baya asisten rumahtangga Alma itu dengan penuh rasa terimakasih.
"Terima kasih ya bik, sudah repot menemani aku. Salam buat bu dokter dan sampaikan juga terimakasih buat bu dokter. "
"Baik mbak, akan bibik sampaikan. Mas Rimba, bibik pulang dulu ya. Semoga kalian berjodoh, Aamiin. " kata bik Sum dan Rimba langsung meng-Aamiin-i. Sementara Oka terlihat bengong, apa yg dikatakan bik Sum sungguh diluar dugaannya.
"Kita sarapan dulu, ini aku bawa sandwich tuna kesukaan kita. " kata Rimba dengan santainya. Diberikannya 1 kotak bekal untuk Oka dan 1 untuk dirinya sendiri.
"Bapak gak usah repot-repot pagi-pagi ke sini. Saya sudah biasa melakukan apapun sendiri. " jelas Oka.
"Gak apa, itu tadi mama yg buat sandwichnya. "
"Baiklah, terima kasih. Tapi ini untuk yg pertama dan terakhir. " pungkas Oka. Dia tidak mau Rimba melakukan hal-hal aneh lagi.
"Iya, aku nurut apa maunya kamu. Bisakah kamu jangan panggil bapak? Aku merasa sangat tua kalau kamu panggil bapak. Cukup panggil mas saja seperti waktu kita awal kenal dulu. "
"Tolong, jangan membahas yg sudah lewat. " pinta Oka. Mereka beradu kata sambil sarapan. Setelah selesai sarapan, ternyata sudah jam berangkat kerja. Akhirnya Oka nurut saja mengikuti Rimba berangkat kerja.
Sampai di perusahaan lebih pagi. Aman buat Oka, terhindar dari orang-orang kantor. Karena biasanya kurang 10 menit jam kerja mereka baru tiba. Bergegas Oka menuju meja kerjanya. Baru saja dia duduk, ternyata Rimba sudah ada didekatnya.
"Pinjam hp kamu? "
"Buat apa? " heran Oka.
"Sini." diambilnya hp Oka yg ada diatas meja. Kemudian entah apa yg dia lakukan. Sepertinya mengetik sesuatu. Kemudian terdengar hp milik Rimba berbunyi. Setelah itu dikembalikannya hp Oka. Dan Rimba terus melangkah menuju tangga. Oka kemudian sibuk melakukan pekerjaan kemarin yg banyak tertunda gara-gara Rimba. Selang beberapa saat, hp Oka berbunyi. Diabaikannya karena masih pagi. Menyusul kembali bunyi pesan dari aplikasi hijau. Setelah dilihat ternyata ada pesan dari nomer baru dengan nama 'Aijin 💞 bukankah ini artinya kekasih'. Perasaan Oka tidak pernah menyimpan nama itu. Dibukanya pesan tsb.
"Ini nomerku, jangan diblokir ya" dilihatnya nomer tersebut ternyata Rimba. Berarti tadi pinjam hp buat simpan nomer dia.
"Kok gak dijawab" setelah centang biru dan tidak ada balasan. Rimba penasaran dan tidak sabar. Akhirnya Oka membalasnya sebelum menjadi ribet.
"Iya mas. " balas Oka.
" Gadis pintar. " puji Rimba.
" Maaf, saya bukan gadis tapi wanita dewasa. " setelah sukses terkirim, langsung dimatikan. Oka takut berkepanjangan, sementara hari masih pagi. Lebih khawatir juga kalau semangat kerjanya hancur.
Sementara Rimba senang karena sudah memiliki nomer Oka. Dia hanya tersenyum setelah tau Oka mematikan hp nya. Setidaknya komunikasi mereka masih ada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments