Tak berapa lama setelah mereka berbincang, Aksa dan Nata ditemani oleh Couran dan Val mulai menuju ke Kota Tengah. Mereka berempat menggunakan Gondola untuk menuju ke dataran atas dari dasar jurang.
"Tempat ini jadi ramai sekarang. Sepertinya orang-orang sudah mulai terbiasa menggunakannya," ujar Nata saat mereka berempat sudah berada di dalam Gondola menuju ke atas.
"Itu karena tempat ini adalah sarana tercepat untuk orang menuju ke Atelir di bawah." Couran menjawab.
"Wow, apa itu?! Mural ala Desa Rahasia?" Terlihat Aksa terkejut dan terkesan saat mendapati sebuah pahatan besar lambang dari Kerajaan Rhapsodia di dinding tebing sisi jurang yang menghadap Gondola. Seekor burung yang tengah melebarkan sayap.
"Cantik sekali," imbuh Nata yang juga merasa kagum melihat pahatan burung berwarna merah yang sangat menarik perhatian itu.
"Lambang itu dipahat tiga tahun yang lalu. Butuh waktu setahun penuh pengerjaan hingga sampai seperti sekarang. Karena beberapa tahun sebelumnya kita kedatangan beberapa seniman dari utara." Couran mencoba memberi informasi seperti seorang Pemandu.
"Apa mereka menggunakan sihir untuk membuatnya?" tanya Nata kemudian.
"Benar. Dengan apa lagi? Karena tidak ada perkembangan teknologi dan penemuan peralatan baru selama lima tahun ini. Kami hanya menggunakan pengetahuan dan metode yang pernah kalian ajarkan sebelumnya. Dan mencoba mencari cara untuk menggunakannya dalam hal yang lain," jawab Couran.
"Setidaknya kalian menggunakannya dengan cara yang kreatif," celetuk Aksa.
"Ya, hanya bidang seni saja yang mengalami perkembangan yang sangat besar dibanding bidang yang lain," ujar Couran Lagi.
"Itu berarti hal bagus, Tuan Couran. Perkembangan seni di suatu wilayah itu menunjukan bahwa wilayah tersebut makmur," ucap Nata kemudian saat mereka sudah sampai di atas dan keluar dari Gondola.
"Ngomong-ngomong di mana Mach Five ku sekarang berada, Tuan Couran? Apa sudah jadi barang rongsok?" Aksa bertanya saat mereka tiba di depan Stasiun Gondola di sisi atas, setelah melihat sedikitnya 15 Kereta Besi tampak berjajar rapi di sebidang tanah di sisi kanan pintu masuk.
"Maksudmu, Kereta Besi mu?" tanya Couran memastikan. Yang dijawab Aksa dengan anggukan. "Oh, Rafa yang membawanya. Mungkin sekarang berada di Kota Tengah," jawabnya kemudian.
"Jangan bilang mereka juga mendandani Mach Five yang maskulin itu menjadi manis seperti yang mereka lakukan pada tenda kami?" Aksa mulai tampak kuatir dengan bayangan dan dugaannya sendiri.
"Mereka tidak melakukannya. Kau bisa tenang." Kali ini Val yang menjawab.
Kemudian mereka berempat berjalan menuju ke beberapa Kereta Besi yang memilik bentuk seragam seperti Kereta Kuda Bangsawan yang ada di jajaran tersebut. Tampak seseorang sudah berada di tempat pengemudi.
"Ini Kereta Besi siapa, Tuan Couran?" tanya Nata setelah Couran selesai berbicara dengan sang Pengemudi salah satu Kereta Besi tersebut.
"Ini jasa angkutan umum," jawab Couran seraya membuka pintu kereta tersebut sebelum kemudian memasukinya.
"Wow, sekarang kalian punya Taksi? Mantab sekali," jawab Aksa memasuki kereta mengikuti Couran.
"Apa itu taksi?"
Dan kemudian Kereta Besi yang mereka tumpangi mulai berjalan menuju Kota Tengah.
.
Pemandangan di sisi kiri jalan menuju Kota Tengah itu didaominasi oleh jajaran bangunan dan rumah. Batas wilayah Kota Tengah bagian selatan itu sudah mulai melebar.
Sebelumnya wilayah di dekat Stasiun Gondola itu hanya ada kediaman Dirk dan beberapa rumah saja. Sekarang bangunan sudah terlihat rapat dengan asap tampak mengepul keluar dari beberapa cerobong di atap di antara rumah-rumah tersebut.
Sedang di sisi kanan jalan hanya terlihat dua jalur Kereta Uap dan beberapa Menara Jaga dan Generator Listrik yang berdiri dalam jarak tertentu di hamparan kering dengan latar belakang bukit Dinding Sekai memanjang.
"Sudah seperti Kotaraja saja, Kota Tengah sekarang ini," ucap Nata yang mengamati banyaknya bangunan di sisi kanan jalan.
"Kota Tengah memang wilayah yang paling cepat berkembang dalam kurun waktu lima tahun ini. Meski sejak empat tahun yang lalu sudah di berlakukan Pembatasan Tinggal di tempat ini." Couran menjelaskan dari tempat duduk di hadapan Nata.
Kereta Besi itu memiliki empat kursi penumpang yang terpasang saling berhadapan tepat di belakang kursi pengendara.
"Itu karena wilayah ini adalah sebuah persimpangan jalan, jadi wajar saja. Selama Anda sekalian mengikuti rencana yang kami buat, tidak perlu kuatir akan ketimpangan populasi." Kali ini Aksa yang berucap saat mereka melewati Gapura Kota Tengah yang dibangun tak jauh dari Stasiun Kereta Uap Kota tersebut.
Situasi di Stasiun Kota terlihat sangat sibuk. Tampak orang keluar masuk hampir tanpa sela.
"Kurasa kalian sudah menjalankan wilayah ini dengan baik. Melihat kenyataan bahwa kerajaan ini sedang berperang." Nata memberikan pujian dengan tulus.
"Ya, kurasa kau benar. Semua orang memang melakukan yang terbaik yang mereka mampu untuk mempertahankan dan membangun wilayah ini menjadi lebih baik," ujar Couran yang seperti ditujukan kepada dirinya sendiri.
"Oh, sebelum kita menuju ke kediaman Lucia, bagaimana kalau kita mampir dulu ke Bar dan Markas Bintang Api untuk mengejutkan mereka?" ujar Aksa tiba-tiba saat Kereta Besi mereka berbelok menuju pusat kota.
.
Dan yang pertama mereka datangi adalah Bar milik Pietro. Tempat Luna dan Seigfried bekerja.
"Selamat siang," sapa Nata begitu ia dan yang lain memasuki Bar tersebut. Tidak banyak yang berubah dari bentuk bangunan juga dekorasi dalamnya.
Sapaan Nata disambut dengan suara gelas pecah yang terdengar nyaring. Tampak Seigfriend yang sedang membereskan meja di ujung ruangan yang melakukannya. Terlihat wajahnya tampak terkejut menatap ke arah Aksa dan Nata di depan pintu masuk.
"Hei Sieg! Hati-hati kalau kerja. Kau minta dipotong ga..." ucapan Luna terhenti saat matanya menangkap sosok Aksa dan Nata sedang berdiri di depan pintu bersama Couran dan Val. "Demi Lurac! Tuan Nata?! Tuan Aksa?!" teriaknya kemudian.
"Nona Luna. Tuan Seig." Nata menyapa ulang.
Dengan bergegas Luna berlari mendekati Aksa dan Nata yang kemudian menyahut tangan kedua pekuda itu.
"Senang melihat kalian berdua, Tuan Aksa, Tuan Nata," ujar Seigfried setelah dapat mengatasi rasa keterkejutannya.
"Sudah ku duga. Pasti tidak ada perbuahan. Yuk pergi dari sini, Nat," celetuk Aksa dengan sedikit kecewa melihat tidak ada perubahan yang cukup berarti dari sosok Luna dan Seigfried.
"Dari mana saja kalian selama ini? Apa yang sebenarnya tengah terjadi?" tanya perempuan Getzja itu dengan antusias dan tampak penasaran hingga melupakan keberadaan Couran dan Val.
"Ceritanya mungkin tidak akan mudah untuk dicerna." Nata menjawab dengan senyum canggung.
"Tentu saja. Kapan sesuatu yang berasal dari kalian mudah untuk dicerna? Duduklah dulu, dan ceritakan padaku. Sieg, belikan susu di sebelah." Luna menjawab seraya menarik kursi dari salah satu meja di sekitarnya.
"Tidak perlu, Nona Luna. Nanti saja kami kemari lagi. Karena kami harus segera ke tempat Ratu." Aksa menjawab cepat. Terlihat ia ingin segera meninggalkan tempat tersebut untuk bertemu yang lain.
"Kami hanya menyapa sebentar, berhubung kami melewati tempat ini. Setelah ini kami akan ke tempat Tuan Edward dan Markas Bintang Api," tambah Nata menjelaskan.
"Oh, baiklah kalau begitu," jawab Luna setelah terlihat berpikir sebentar. "Sulit dipercaya aku akan melihat kalian berdua lagi. Ya sudah, aku tidak akan menahan kalian lebih lama. Kemarilah setelah semua urusan kalian selesai. Banyak hal yang harus kita bicarakan," tambahnya kemudian.
"Baik, Nona Luna. Kami akan kemari setelah ini. Kalau begitu kami pamit dulu," jawab Nata sebelum kemudian mereka berempat beranjak keluar.
"Tak kusangka mereka akan kembali," ujar Luna setelah Aksa dan Nata hilang di balik pintu. "Aku merasa angin perubahan mulai kembali bertiup."
-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
N Ft-Haq
time skip
2021-09-18
1
KhaLisa_BM
kerennn bngt ni novel
2021-07-31
0
Muhammad Syarief
jangan brenti tengah jalan ya thor.pliss
2021-07-07
2