Setelah sampai di mansion kediaman count Olaf, Art dan Gerard di antar masuk ke dalam oleh sang komandan yang bernama Helena untuk bertemu langsung dengan count Olaf. Di dalam ruang kerja, Helena menceritakan apa yang pengemudi karavan ceritakan kepada seorang pria paruh baya yang bertubuh tegap hanya saja memiliki kaki kayu di salah satu kakinya. Count Olaf berdiri dan menghampiri Art.
“Terima kasih, penduduk desa dan para bangsawan sekitar mengeluh karena kegiatan para bandit itu, apa yang bisa ku hadiahkan untuk mu ?” Tanya count Olaf kepada Art.
“Ijinkan aku melihat kondisi putrimu.” Jawab Art.
Count Olaf langsung kaget mendengar ucapan Art. Tentu saja Art tahu apa yang terjadi di kehidupan ke delapannya, alasan count Olaf mau menyekolahkan anak anak berbakat itu karena dia kehilangan putri semata wayangnya tepat ketika Art tiba di desa dua hari kemudian karena penyakit yang di deritanya. Art mengetahui penyakit yang sebenarnya adalah kutukan yang di sebabkan oleh arwah jahat yang di temui putri count Olaf setahun lalu di dormitory (asrama) akademi, dia mempelajarinya di kehidupan ke tujuh di bawah naungan sage Mirea dan dia terlambat datang di kehidupan ke delapan. Count Olaf berjalan kembali duduk di kursinya, dia memperhatikan Art yang berpakaian seadanya dan Gerard yang terlihat bengis di hadapannya.
“Darimana kamu tahu kalau putriku sedang sakit ? aku tidak pernah memberitahu siapapun soal ini dan secara rahasia mencari obatnya.” Ujar count Olaf curiga.
“Aku mendengar pesan dari dewa.” Balas Art berbohong.
“Hahahaha kamu masih muda dan pintar sekali berbohong. Begini saja, aku akan memberi kamu hadiah atas keberhasilan mu membasmi para bandit itu dan memperbolehkan mu tinggal di desa.” Ujar count Olaf.
“Bagaimana kalau aku berhasil membuktikan kalau aku bisa menyembuhkan putri anda ? apa anda lebih memilih putri anda kehilangan nyawanya ketimbang percaya padaku ?” Tanya Art.
“Hei, jaga bicara mu, count sudah memberikan hadiah untuk mu kan.” Teriak Helena sang komandan wanita dengan tangan sudah menempel di pedangnya yang berada di pinggang.
Melihat itu Gerard juga menempelkan tangannya di pedang miliknya dan bersiap menghadang serangan Helena. Tapi count Olaf mengangkat tangannya dan menggelengkan kepalanya kepada Helena,
“Penyakit putriku tidak bisa di sembuhkan, banyak tabib yang mencoba nya dan gagal..”
“Itu karena putri anda tidak mengidap penyakit melainkan dia terkena kutukan, tubuhnya terus di gerogoti oleh arwah jahat yang berada di dalam dirinya sampai akhirnya dia tidak bisa bangun dari tempat tidur. Benar ?” Tanya Art memotong ucapan sang count.
Wajah count Olaf langsung berubah, dia berdiri dan berjalan menghampiri Art, setelah berdiri di depan Art,
“Begini saja, silahkan kalau kamu memang bisa menyembuhkannya, tapi kalau ternyata kamu bohong dan hanya bicara, aku akan memenggal kepalamu, bagaimana ?” Tanya count Olaf dengan tatapan mengancam kepada Art.
“Baik, aku terima tantangannya.” Jawab Art yakin.
Count Olaf menoleh melihat Helena dan mengangguk, kemudian Helena mengantar Art dan Gerard ke kamar putri semata wayang count Olaf. Ketika sudah di depan kamar,
“Silahkan masuk.” Ujar Helena sambil menatap tajam ke arah Art.
“Gerard, kamu tunggu di sini saja, biar aku yang masuk sendiri.” Ujar Art.
“Baik Art-sama.” Balas Gerard.
Art mendorong pintunya dan masuk ke dalam, setelah menutup pintu, dia melihat seorang gadis remaja yang mungkin usianya sekitar 17 tahun, terkulai lemah di tempat tidur dan tertidur pulas. Art menghampirinya dan melihat kondisinya sangat buruk, putri itu terlihat sangat kurus sampai seluruh tulangnya terlihat, wajahnya sudah mirip seperti tengkorak. Art membuka pakaiannya dan melihat ada noda hitam di bawah lehernya.
“Rupanya di sini dia bersembunyi. Untung aku sudah duga sebelumnya dan menyiapkan elixir sebelum berangkat kesini sebab bahan pembuatan elixir itu banyak di Fredonia.” Ujar Art dalam hati.
“Si..siapa ?” Tanya sang putri menoleh perlahan dan melihat Art dengan matanya yang biru.
“Namaku Art, aku akan menyembuhkanmu. Percayalah padaku.” Ujar Art tersenyum.
“Baiklah...aku sudah pasrah, lakukan apa saja terhadap diriku.” Ujar sang putri yang kembali menoleh dan memejamkan matanya dengan kedua tangan di perutnya.
Art membuka dimensional boxnya dan mengambil sebuah botol berisi cairan berwarna hijau kebiruan, dia duduk di sisi tempat tidur dan membantu sang putri berdiri, dengan perlahan dia menaruh ujung botol ke mulut putri yang sulit sekali membuka mulutnya. Dia menuang cairannya ke dalam mulut putri itu dan membaringkannya kembali dengan perlahan. Tubuh sang putri mengeluarkan asap putih dan tubuh yang kurus mulai terisi kembali, tapi noda hitam berbentuk mahatari itu semakin membesar dan terlihat bergerak seperti senang mendapatkan makanan.
Art langsung menaruh tapaknya di dada sang putri tepat di noda hitam itu dan menggunakan sihirnya,
“Exorsis Light.”
Telapak tangan Art mengeluarkan sinar putih terang dan noda hitam di dada putri itu mulai bergerak berubah ubah bentuk seperti sedang memberontak. Art menarik tangannya dan noda hitam yang sebenarnya adalah arwah jahat tertarik keluar bersamaan dengan telapaknya. “Gyaaaaaah.” Bayangan hitam itu berteriak dan menghilang perlahan lahan di tangan Art. Mendengar ada suara teriakan mengerikan dari dalam, Helena dan Gerard menerobos masuk ke dalam kamar, keduanya kaget karena melihat sang putri sudah duduk membuka mata, kulitnya yang pucat sudah kembali merona dan tubuhnya yang kurus kering seperti tulang terbungkus kulit sekarang sudah berisi dan padat kembali, wajahnya juga kembali cantik dengan rambut pirang bergelombang dan mata yang berwarna biru.
Art berdiri dan menyimpan botolnya di dalam dimensional box, sang putri menoleh melihat Art yang berdiri di sebelahnya.
“Siapa namamu penyelamatku ?” Tanya putri itu.
“Namaku Art, putri....” Jawab Art.
“Aku Doria, Doria Von Olaf, terima kasih Art-sama.” Balas Doria menunduk.
“Aku hanya membantu Doria-sama.” Balas Art menunduk dan meletakkan tangan di perutnya memberi salam gaya bangsawan.
Helena langsung menghampiri Art dan merampas pakaiannya, dia menghadapkan wajah Art ke wajahnya. Gerard bersiap ingin mencabut pedangnya tapi tangan Art terangkat dan mencegahnya.
“Apa yang kamu lakukan, kenapa Doria-sama sehat mendadak seperti ini, ilmu apa yang kamu pakai ?” Teriak Helena.
“Aku tidak pakai ilmu apa apa, untuk memulihkan kondisi tubuhnya aku hanya memberinya elixir buatanku dan menghapus kutukannya dengan sihir ku....” Ujar Art menjelaskan.
“Benarkah itu Doria-sama ?” Tanya Helena.
“Um...benar sih, dia memang memberiku minum obat kemudian membuka kancing ku dan meletakkan tangan di dada ku hehe.” Ujar Doria sambil memegang dadanya dan tersipu malu.
“Apaaaaa...kamu kurang ajar pada putri ?” Teriak Helena.
“Loh mau gimana lagi, kutukannya ada di dada Doria-sama.” Teriak Art membela diri.
“Blak.” Pintu di buka kencang, count Olaf berdiri didepan pintu, melihat putri Doria sudah duduk di tempat tidurnya dan dalam keadaan sehat, dia langsung berlari dan memeluk putri semata wayangnya. Helena melepaskan cengkramannya dan Art membetulkan pakaiannya, mereka melihat pertemuan haru antara ayah dan putrinya.
Setelah cukup lama count Olaf menangis memeluk putrinya Doria yang juga menangis deras, dia berdiri dan langsung menghampiri Art, tanpa melihat siapa diri Art yang berpenampilan seperti rakyat jelata, dia langsung memeluk Art dan mengatakan terima kasih berkali kali. Art tersenyum karena dia merasa senang sekali bisa membantu walau sebenarnya dia memiliki tujuan khusus demi dirinya sendiri. Helena dan Gerard hanya bisa melihat saja tanpa bisa berkata apa apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
acil
penyakit tahunan sembuh dalam 1 jam ngecheat broo
2024-01-20
2