Chapter 2

“Teng...teng...” Lonceng kapal berbunyi, Art menoleh melihat ke depan dari dek, kota pelabuhan sudah terlihat. Wajah Art terlihat ceria, tapi tatapan matanya sedikit berbeda, kali ini dia bertekad untuk menolong sang putri

“Ok, sekarang ketemu count Olaf dulu....” Ujar Art dalam hati.

Di kehidupan ke delapan, count Olaf adalah penguasa wilayah di bagian timur kekaisaran tempat desa sewaktu Art tinggal dan bercocok tanam di sana, count Olaf sangat baik pada rakyatnya dan ingin memajukan daerahnya, dia juga bersedia menyekolahkan anak anak berbakat di akademi ibukota menggunakan namanya. Itu sebabnya Art sekarang berniat menemuinya terlebih dahulu sebelum ke ibukota.

Setelah kapal berlabuh, tanpa menunda lagi, Art langsung naik kereta yang biasanya mengarah ke desa untuk mengambil hasil panen yang akan di jual oleh mereka. Di perjalanan, Art tersenyum karena dia memang menyukai suasana pedesaan dan kota di kekaisaran yang ramai dan penduduk nya yang ramah kepada semua orang walau orang itu adalah pendatang sekalipun. Setelah melewati desa dekat pelabuhan, kereta mulai memasuki wilayah yang di kelola oleh count Olaf.

“Yo niichan (mas), ada rencana apa mau ke desa terpencil itu ?” Tanya seorang penumpang kereta berwajah seram tapi tampan di depan Art.

“Hanya berkunjung saja, aku mau menemui seseorang di sana.” Jawab Art santai.

“Hah berkunjung kok ke daerah sana, ada ada saja, di sana banyak bandit yang suka menyerang karavan seperti kita ini.” Balas pria itu.

Art mengamati wajah pria itu, rupanya dialah pemimpin pemberontak yang akan di basmi oleh pasukan ksatria pribadi sang putri di masa depan termasuk dirinya, Art sangat tahu kalau pria di depannya ini adalah seorang pendekar pedang yang kuat dan sebenarnya baik, karena mengalami nasib tragis di kehidupannya, dia jadi jahat dan berniat menyakiti orang lain, dia kenal baik dengan Art dan sering menceritakan tentang dirinya dulu kepada Art di kehidupannya yang kedelapan ketika desa sudah berhasil di kuasai oleh dirinya. Nama pria itu adalah Gerard Broman, pria yang suatu hari nanti menjadi duri dalam tubuh kekaisaran yang sulit sekali di basmi dan saat ini dia berniat bergabung dengan pasukan bandit. Art tersenyum sinis,“Daripada dia hidup seperti ini yang akan berakhir tragis, lebih baik dia ikut bersamaku sekarang.” Ujar Art dalam hati.

“Bukankah anda juga bandit ?” Tanya Art.

“Hahahahaha tentu saja, itulah alasan aku ikut kereta ini niichan.” Jawab Gerard santai.

“Waw hebat.” Balas Art.

Dalam hati, Art tidak akan membiarkan masa depan kembali terulang, dia tahu kalau sebentar lagi pasukan bandit menghadang dan Gerard yang ingin bergabung dengan mereka beraksi dengan membunuh pengemudi kereta dan para penumpang di dalam. Dia menyisakan para wanita sebagai upeti untuk pemimpin bandit tanda dia akan bergabung. Di kehidupan ke delapan, setelah tiba di pelabuhan, Art sempat menginap dulu di kota pelabuhan selama dua hari dan mendengar insiden karavan yang mengarah ke desa sebelum dia pergi ke desa tempat dia menetap selanjutnya. Dia baru bertemu Gerard saat berusia 25 tahun, namun sekarang berbeda.

Perkiraan Art benar, begitu memasuki wilayah count Olaf, karavan langsung di hadang dari depan dan di kepung dari belakang. Senyum lebar menyerigai di wajah Gerard dia bersiap mencabut pedangnya, tapi tangannya di tahan oleh Art,

“Hei, aku punya tawaran menarik untuk mu daripada sekedar bergabung dengan para bandit ini.” Ujar Art tersenyum.

“Hoo...ok aku dengarkan.”

Art membuka identitasnya kepada Gerard dan mengajak Gerard untuk menghadap count Olaf sebagai asisten pribadinya, Art juga akan menjadikan Gerard sebagai pendamping ketika dia masuk ke dalam akademi dan menjajikan Gerard gaji yang banyak. Lalu ketika Art kembali ke kerajaan Fredonia, dia menjanjikan Gerard akan di angkat menjadi bangsawan di sana dan di beri kedudukan yang layak.

“Wah wah memang menarik, tapi apa bukti kalau kamu adalah pangeran dari Fredonia ?” Tanya Gerard.

“Sebentar....dimensional box.”

Sebuah lubang hitam muncul di depan Art, dia memasukkan tangannya ke dalam lubang hitam dan mengambil sekantung uang emas Fredonia yang terbilang cukup banyak yang dia ambil sebelum pergi untuk kehidupannya. Art mengambil telapak tangan Gerard yang sangat kasar itu dan membukanya, kemudian dia meletakkan kantungnya di atas tangan Gerard.

“Hohoho...lalu sekarang gimana niichan ?” Tanya Gerard tersenyum bengis.

“Kamu jago berpedang, ayo lawan mereka bersamaku dan rahasiakan identitasku dari siapapun.” Jawab Art.

“Heheh baiklah Art-sama.” Balas Gerard.

Keduanya langsung turun, Gerard langsung berjalan ke belakang kereta untuk menghajar bandit yang mengepung kereta, sementara Art mengeluarkan dua bola api dari telapaknya dan tersenyum bengis melihat pasukan bandit di depan. Tapi sasaran utamanya adalah pemimpin bandit yang memakai helm bertanduk rusa di atas kuda.

“Hehehe walau penyihir kami tidak takut...semuanya seran.....”

Belum selesai kepala bandit bicara, kepalanya sudah hangus terbakar dan jatuh dari kuda, para bandit yang takut langsung lari tunggang langgang meninggalkan karavan, tapi Art tidak membiarkannnya, dia mengangkat tangannya, ratusan lingkaran sihir muncul di udara dan menembakkan bola bola api ke arah para bandit, tidak ada satupun bandit yang lolos karena bola bola api itu terus mengikuti sasarannya sampai sasarannya kena.

Art menepuk nepuk tangannya dan berjalan kembali ke belakang untuk naik ke karavan, dia belihat banjir darah dan tumpukan mayat di belakang sementara Gerard duduk di atasnya dan menancapkan pedangnya di tanah.

“Bagaimana Art-sama ? hasil kerjaku bagus kan ?” Tanya Gerard bangga.

Art tidak menjawab, dia mengacungkan jempolnya dan menyuruh Gerard kembali masuk ke dalam kereta. Tapi ketika pengemudi kereta berterima kasih dan berniat meneruskan perjalanan nya,

“Tunggu dulu ossan (paman), kita di sini saja dulu, sebentar lagi pasukan count Olaf akan datang.” Ujar Art.

Dia tahu karena dua hari setelah terjadinya pembantaian oleh Gerard di karavan, pasukan count Olaf masih berada di lokasi untuk mencari petunjuk, Art mengetahui kejadiannya karena mendengar cerita salah satu ksatria yang mencegat keretanya. Sesuai dengan perkiraan Art, satu jam kemudian, pasukan ksatria count Olaf datang ke lokasi, mereka melihat tumpukan mayat hangus dan mayat terpotong. Setelah memeriksa tumpukan mayat itu, seorang komandan wanita turun dari kuda menghampiri kereta yang berada di paling depan,

“Maaf, tapi siapa yang membunuh mereka ?” Tanya komandan itu.

Pengemudi menceritakan semua yang terjadi dan langsung menunjuk Art dan Gerard yang berada di kereta belakang. Sang komandan langsung berjalan pergi ke kereta belakang menemui Art dan Gerard.

“Benarkah kalian yang membasmi mereka ?” Tanya komandan wanita yang berambut pirang, bermata biru dan seksi.

“Benar, kami berdua yang membasmi mereka, namaku Art dan dia Gerard.” Jawab Art.

“Baiklah, bisa kalian ikut dengan ku menemui count Olaf ?” Tanya komandan.

“Tentu saja bisa.” Jawab Art tersenyum lebar karena memang bertemu count Olaf itulah tujuan utamanya.

Setelah itu, Art yang di bonceng Gerard di atas kuda berjalan bersama komandan wanita menuju ke kediaman count Olaf dan di jaga ketat oleh para pasukan ksatria yang mengikuti mereka di belakang. Wajah Art terlihat ceria karena semua berjalan sesuai dengan rencananya,

“Putri Julia Ignisia Orthus, tunggu aku ya, aku akan datang menemui mu.” Ujar Art dalam hati.

Terpopuler

Comments

Agatha cute🤍

Agatha cute🤍

mampir lagi Thor..

2024-02-29

1

Kancelg Konteng

Kancelg Konteng

benar, kalau pakai bahasa jepang, kayak ada sesuatu yang kurang dan terasa sedikit lucu.

2024-02-10

0

Swallowsky

Swallowsky

kenapa harus ada bahasa Jepangnya dah? jadi kurang srev

2024-01-23

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!