Chapter 5

“Syukurlah gubuk itu masih ada di sini.”

Art dan Helena tiba di sebuah gubuk kecil jauh di dalam hutan yang di pagari oleh pelindung tak kasat mata tempat para petualang atau pedagang yang melintasi perjalan di dalam hutan beristirahat, dia tahu keberadaan gubuk itu dari kehidupan keduanya sebagai pedagang dan kehidupan kelimanya sebagai petualang rank S.

“Kok kamu tahu ada tempat ini ?” Tanya Helena curiga.

“Aku baca di buku hehe.” Jawab Art polos.

“Tidak mungkin, aku yang penduduk lokal dan sering berburu monster di hutan demi mengasah kemampuanku baru tahu soal tempat ini. Jangan bohong, tidak mungkin ada buku yang menulis tentang gubuk reot seperti ini.” Balas Helena sambil bertolak pinggang dengan wajah persis di depan Art.

“Um...maksudku aku dengar dari pedagang buku nya, benar kok, aku tidak bohong dan aku kesini benar benar hanya mau berlatih tidak ada maksud lain.” Ujar Art.

“Haaah ya sudah lah.” Ujar Helena sambil memegang keningnya pasrah.

“Ayo mulai Helena-san.” Balas Art.

Dia membuka dimensional boxnya lagi dan “Tong.” Dia mengambil sebuah pedang besar yang tingginya hampir setinggi dirinya dan sangat berat sampai berbunyi ketika menghantam tanah. Dengan sekuat tenaga, Art mulai mengangkat pedang itu dan menancapkannya.

“Di hari ke 30, aku akan mengayunkan pedang ini dengan satu tangan.” Ujar nya dalam hati.

Latihan pun di mulai, Helena yang di minta menyerang dengan sungguh sungguh langsung melancarkan serangan mematikan kepada Art yang tentu saja tidak bisa menangkis atau menghindarinya sampai terluka parah, Helena mengambil sebotol potion yang sudah di siapkan Art dan meminumkannya kepada Art. Langsung saja Art bangkit dan mereka bertarung lagi. Hari demi hari pun berlalu, setelah masuk ke hari ke sepuluh, Art mulai mengadakan perlawanan terhadap Helena yang sedikit kaget karena cepatnya perkembangan Art.

Kemudian mereka menyelingi latihan dengan berlatih melawan monster yang berkeliaran di hutan, mulai dari goblin, orc dan hell bear, mereka habisi sampai ke sarangnya. Jika terluka, mereka meminun potion yang sudah di siapkan Arc, kemudian Art juga melatih fisiknya dengan berlari, push up dengan Helena duduk di punggungnya, sit up, jump squat dan lainnya. Hari ke dua puluh, mereka fokus bertarung, Art mempelajari gerakan Helena dan jurus jurunya yang sudah terasah, dia menggabungkannya dengan jurus jurus pedang yang pernah di pelajarinya ketika menjadi petualang rank S dan ksatria.

Selain itu, siang malam Art mengayunkan pedang besi yang dia bawa sebanyak dua set, satu set berisi seribu kali ayunan. Setiap selesai satu set, Art mengikat sebuah batu di pedangnya, kalau sampai dia kehabisan tenaga dan terlalu lelah, langsung dia meminum potion nya dan segar kembali. Akhirnya sampai di hari ke tiga puluh,

“998....999....1000.”

“Duong.” Art melepaskan pedang besi padat yang di ikat batu seberat hampir satu ton sampai membuat seluruh area bergetar dan menimbulkan bunyi yang keras ketika menyentuh tanah. Art menoleh melihat pedang yang dia tancapkan di hari pertama, dia berjalan mendekati pedang besar itu dan menariknya dari batu dengan satu tangan, Art mengangkat pedang itu di depan wajahnya dan memasang kuda kudanya. “Swooosh.” Dia mengayunkan pedang dengan satu tangan, gelombangnya dapat memotong rapi sebuah pohon yang berada di luar areal gubuk. Art melihat kembali pedangnya.

“Hahaha ternyata butuh 295 potion untuk bisa mengangkat dan mengayunkan pedang ini.” Ujar Art dalam hati.

Pedang besar itu sebenarnya adalah pedang warisan turun temurun dari pendiri kerajaan Fredonia yang sudah terlupakan bahkan oleh keluarga kerajaan sekalipun. Di kehidupan ke sembilan, ketika dia sedang melakukan penggalian untuk memperluas wilayah istana, dia menemukan pintu masuk ke dalam makam rahasia dan di dalamnya dia menemukan pedang itu, jadi ketika sebelum dia kabur dari istana, tujuan pertama Art adalah ke makam itu untuk mengambil pedang itu.

“Kalau masih kalah juga dengan si putri itu, aku tidak tahu lagi deh, tapi kali ini tujuan ku bukan mengalahkan putri itu melainkan menolongnya supaya dia tidak jadi bengis di masa depan dan aku bisa hidup sampai tua.” Ujar Art dalam hati.

“Hei, itu pedang apa sih ? dari pertama ku lihat aku sudah penasaran.” Ujar Helena yang berdiri di sebelah Art.

“Pedang biasa saja, kebetulan saja ada orang memberi ini padaku, tapi aku tidak bisa memakainya jadi kusimpan hehe.” Balas Art.

“Coba pinjam.”

Helena menyambar pedang itu, tapi tangannya langsung tersetrum dan “Tong.” Pedang itu jatuh ke tanah. Art tersenyum karena yang bisa memegangnya hanyalah keluarga kerajaan Fredonia, dia memasukkan lagi pedangnya ke dalam dimensional box dan menolong Helena menyembuhkan tangannya yang terbakar karena setrum dengan memberinya potion. Setelah itu, keduanya bertarung untuk yang terakhir kalinya. Helena langsung maju menyerang Art yang juga menyambut nya.

“Trang...tring...trang.” Pedang beradu dengan kecepatan tinggi dan tenaga yang dashyat, kali ini Art bisa mengimbangi Helena dengan santai dan mendesaknya. Helena mengayunkan pedangnya ke arah leher Art, dengan sigap Art memutar pedang di tangannya dan menangkis ayunan pedang Helena, tangan sebelahnya menangkap baju Helena dan menarik Helena ke arahnya dengan menendang kakinya, Art membanting Helena ke tanah dan mengacungkan pedangnya ke leher Helena.

“Ok ok aku kalah, hebat hanya dalam waktu sebulan, walau latihan ini sebenarnya curang, apa yang kamu masukkan ke potion itu ?” Tanya Helena.

“Selain ramuan potion, aku juga menambahkan strength potion dan speed potion seperti yang tertulis di buku.” Ujar Art.

“Hah pantas warnanya ungu gelap, berarti benar metode latihan yang terlarang, kalau salah kamu bisa gila dan jadi beserker, ini sebenarnya berbahaya tapi karena berhasil ya sudah.” Balas Helena.

“Kan bukan hanya aku yang berhasil, Helena-san juga, coba saja pakai jurus ayunan pedang mu ke pohon itu.” Art menunjuk ke sebuah pohon.

“Huh.”

Walau berdecak, Helena mengayunkan pedangnya dan “Krosak.” Sebuah pohon rubuh karena terpotong halus di tengahnya karena gelombang ayunan pedang Helena.

“Wow....hebat.” Ujar Helena kaget.

“Ya, Helena-san kan minum sekitar 50 botol potion itu, jadi ya inilah hasilnya.” Ujar Art.

“Kamu memang gila, kamu minum 200 lebih, padahal orang biasa hanya kuat maksimal 100 botol sebelum menjadi gila, lihat pupil matamu sampai berubah warna menjadi merah. Apa sih yang membuatmu sampai nekat begitu ?” Tanya Helena heran.

“Aku punya alasan sendiri.” Ujar Art.

“Aaah...aku tidak mau tanyalah, malas, ayo kita pulang, sudah saatnya.” Ajak Helena.

“Baiklah, ayo Helena-san.” Balas Art.

Keduanya keluar meninggalkan gubuk dan berjalan kembali menelusuri hutan, Art melihat kedua tangannya dan mengepalkannya,

“Kali ini aku pasti bisa menang dari Julia, sekarang aku jauh lebih kuat dari ketika aku menjadi rank S dan ketika aku menjadi ksatria. Tunggu aku ya, aku akan datang ke akademi dan kita akan bertemu.” Ujar Art dalam hati.

*****

Sementara itu, di saat yang sama, di istana kekaisaran Orthus, di sebuah kamar mewah layaknya kamar seorang keluarga kerajaan, seorang gadis yang sangat cantik, berambut silver panjang dan bermata merah yang di tutupi oleh kacamata sedang duduk di tepi tempat tidur sambil merenung. Kemudian dia berdiri berjalan ke jendela melihat taman istana yang sangat indah di depannya, tangannya memegang jendela dan dia melihat ke langit biru di angkasa.

“Semoga dia juga datang ke akademi ya, bulan depan.” Pikirnya dalam hati sambil memaksakan diri tersenyum.

“Klek.” Seorang pelayan wanita masuk ke dalam dan menutup kembali pintunya, kemudian dia menghampiri gadis yang sedang berada di depan jendela,

“Julia-sama, sudah saatnya berangkat ke kota akademi dalam waktu dekat.” Ujar pelayan.

Gadis itu menoleh dan melihat sang pelayan yang menunduk di depannya, dia melangkah melewati sang pelayan kembali duduk di sisi tempat tidurnya,

“Baiklah, siapkan semuanya, kita berangkat besok.” Balas Julia.

“Baik, Julia-sama, permisi.” Balas sang pelayan menunduk.

Sang pelayan keluar dari kamar, Julia langsung merebahkan diri di tempat tidurnya, dia mengambil sebuah buku yang adalah buku hariannya dan memeluknya. Matanya terpejam dan dia tersenyum,

“Aku menunggumu, kembalilah padaku.” Ujarnya dalam hati.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!