Dari kejauhan, Adrian memperhatikan Laura yang sepertinya sedang kebingungan. Dia kemudian mengingat bahwa seharusnya, saat ini Laura sudah berangkat dengan Nyonya untuk menghadiri sebuah pesta. “Tapi kenapa Laura masih belum berangkat?” Tanya Adrian dalam hati. Karena penasaran, akhirnya Adrian berjalan menghampiri Laura.
"Laura, bukankah sudah saatnya kau berangkat?" Tanya Ian sambil mendekati Laura.
"Kau terlalu sibuk mengurus kegiatanku. Kau lebih mirip pengasuh dibandingkan teman, Adrian. Kau itu temanku." Kata Laura yang sedang membalikkan tubuhnya sambil menunjukkan wajahnya yang cemberut. Dia mencoba berbicara dengan Adrian sambil mencari tatapan temannya itu.
"Aku tahu orang tuaku yang menolongmu. Tapi disini hanya ada kita berdua. Tidak bisakah kau santai sedikit?"
"Kita tidak punya waktu banyak Laura, kau harus berangkat."
"Aku tidak akan berangkat tanpamu!”
Adrian terkejut mendengar perkataan Laura. Dia tidak menyangka Laura akan berkata seperti itu. Saat Adrian hendak menjawab perkataan Laura, Adrian melihat seorang wanita berjalan mendekati ruangan dimana Laura dan Adrian sedang berbincang. Melihat hal itu, Adrian pun akhirnya mengurungkan niatnya untuk menjawab perkataan Laura sebelumnya. Wanita yang mendekat itu sangat cantik, sangat elegan. Nyonya Mel, begitulah Adrian memanggilnya. Mama dari gadis kecil yang sekarang sedang dihadapannya.
"Masih belum selesai juga?? Kita akan segera berangkat Laura." Kata Nyonya Mel dingin.
"Apakah Adrian akan ikut??"
"Tidak. Adrian akan tinggal."
"Maka aku juga akan tinggal." Kata Laura sambil menggenggam tangan Adrian.
"Tempat itu bukan tempat orang-orang seperti dia Laura. Jangan bercanda kamu!" Kata Nyonya Mel dengan nada setengah membentak.
"Aku tidak bercanda mama. Mama tahu sendiri bagaimana susahnya aku bergaul dengan orang lain. Dan hanya Adrian temanku."
"Disana kamu akan bertemu banyak anak sebayamu Laura."
"Tidak mau. Kalau selama ini mama memerintahku, maka kali ini aku hanya memohon. Biarkan Adrian ikut dengan kita." Kata gadis kecil itu dengan mata berkaca-kaca.
Nyonya Mel menghela nafas. Dia tidak menyangka gadis kecilnya itu akan menjadi keras kepala. Dia memperhatikan arloji yang dia pegang. Sudah tidak banyak lagi waktu yang mereka punya. Dengan berat hati, akhirnya dia pun menyetujui permintaan putrinya. Akan lebih repot lagi jika dia tidak menurutinya. Laura kemungkinan tidak akan ikut dengannya.
"Hanya kali ini Laura. Mama tegaskan kepadamu. Hanya kali ini! Bersiap-siaplah anak muda. Kau akan ikut dengan kami." Wanita itu berkata sambil berlalu meninggalkan mereka berdua.
"Apa yang kau lakukan Laura?? Kau baru saja melawan Nyonya Mel." Kata Mel sambil memegang tangan Laura. Adrian sedikit ketakutan.
"Aku hanya memohon Ian. Aku tidak sepenuhnya salah."
"Tapi Nyonya Mel benar, aku tidak seharusnya ikut dengan kalian. Itu bukan tempatku."
"Adrian, semua tempat di dunia ini sama. Apa bedanya kau dan aku. Kalau aku bisa kesana, kenapa kau tidak??" Tanya Laura tanpa merasa bersalah.
"Hhhhh.. Kau masih terlalu kecil untuk tahu banyak hal Laura."
"Aku dan dirimu tidak jauh beda kan?? Sudahlah jangan banyak protes. Bersiap-siaplah. Aku akan menunggumu disini."
***
Di tempat yang berbeda, terlihat Bella yang sudah sangat cantik dengan balutan pakaian yang mewah. Sepertinya dia juga akan pergi ke sebuah tempat. Diperhatikannya dirinya dari atas sampai kebawah. Dia memang terlihat sangat cantik, tapi dia sendiri tidak suka dengan apa yang dia kenakan sekarang. Dia tidak suka menghadiri pesta-pesta. Dia bahkan sama sekali tidak punya keinginan untuk ikut dengan Mamanya. Ini semua hanya keinginan Mamanya, bukan dia.
Bella kecil yang sudah selesai dengan dandanannya pun, menghampiri Mamanya yang juga sudah siap untuk berangkat. Dia memberanikan diri untuk mencoba bernegosiasi dengan Mamanya. Dengan segenap keberanian yang dia punya, akhirnya dia memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.
"Mama.. Apakah mama akan mengizinkan kalau Bella tidak ikut??" Tanya Bella pada Mamanya dengan perasaan takut.
"Menurutmu??" Mama Bella bertanya balik pada Bella.
"Dari nada bicara mama, sepertinya tidak. Tapi kenapa Bella harus ikut ma? Bukankah ini pertemuan orang dewasa?" tanya Bella dengan wajah polosnya.
"Ini adalah pertemuan orang-orang besar Bella. Kau harus menunjukkan sikap yang baik, agar mereka tertarik denganmu. Bertemanlah dengan anak-anak kalangan mereka. Dan jangan pernah membuat onar disana.
Bella yang mendengar jawaban tegas dari Mamanya menajdi takut dan tidak berani lagi membantah atau bahkan mengajukan pertanyaan. Dia pun akhirnya menjawab Mamanya.
"Tidak akan ma.." kata Bella dengan wajah datar.
***
Nyonya Mel, Laura dan Adrian sudah tiba di tempat di mana pesta di adakan. Adrian yang belum pernah mendatangi tempat semegah itu pun, menunjukkan kekagumannya. Dia benar-benar merasa bahagia bisa berada di tempat ini. Dan Adrian tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya itu.
"Laura, tempat ini bagus sekali. Aku belum pernah masuk ketempat sehebat ini. Aku akan sangat menyesal kalau tadi aku tidak ikut." Kata Adrian dengan antusias.
"Hahahaha.. Kemana wajah takutmu tadi??" Kata Laura sambil menatap Adrian. Dia senang melihat ekspresi Adrian sebebas itu.
"Eehhhmmm.." Nyonya Mel yang berada di antara mereka pun mengeluarkan suara sambil menatap ke arah Adrian. Adrian yang segera mengetahui ekspresi wanita itu, langsung menahan diri.
"Jangan mempermalukanku!" Kata Nyonya Mel dengan nada bicara yang dingin.
"Maaf nyonya." Kata Adrian sambil membungkukkan kepalanya lalu berjalan mengikuti mereka.
Sudah menjadi sebuah tradisi turun temurun dikota ini, bahwa orang-orang yang berpengaruh, para bangsawan, pejabat, dan orang-orang hebat, berkumpul untuk sekedar berbincang-bincang dan bertegur sapa. Lewat kesempatan inilah mereka akan saling mengenal satu sama lain. Baik memperkenalkan bisnis, keluarga, dan anak-anak mereka.
"Acaranya sudah mau dimulai, sebaiknya kalian berkumpul ditempat anak-anak berkumpul."
"Baik ma," kata Laura sambil meninggalkan Mamanya.
"Adrian!" Panggil Nyonya Mel.
"Iya nyonya??" Kata Adrian yang memberhentikan langkahnya keran dia di panggil.
"Pastikan kau menjaga Laura dengan baik. Untuk itulah aku membawamu kesini."
"Baik Nyonya." Kata Adrian sambil membungkukkan kepalanya, lalu pergi mengejar Laura yang sudah lebih dahulu keluar.
Adrian yang buru-buru mengejar Laura, tidak menyadari bahwa Laura berhenti mendadak. Adrian pun akhirnya menabrak Laura, yang berhenti tepat di depannya.
Bruukkkkk!!
"Aawwww..!" Jerit Laura pelan.
Sebuah benturan kecil mengenai tubuh Laura dari belakang. Beruntung dia tidak jatuh. Laura yang merasa dirinya terdorong dari belakang, menoleh ke belakang untuk mencari tahu siapa gerangan orang yang menabraknya. Dia terkejut ketika melihat bahwa ternyata Adrianlah yang menabrak dirinya.
"Adrian.. Apa yang kau lakukan." Kata Laura pada Adrian sambil setengah terkejut.
"Maafkan aku. Tapi kenapa kau berhenti tiba-tiba??" Tanya Adrian pada Laura.
"Apa kau melihat gadis yang ada disebelah sana? Aku tiba-tiba berhenti karena melihatnya. Dia cantik sekali.." Kata Laura yang sedang terkagum-kagum.
Adrian mencoba mencari dan melihat arah yang ditunjuk Laura. Dia melihat gadis itu. Benar kata Laura. Dia cantik sekali. Untuk ukuran seusia mereka, dia sangat bersinar.
Adrian menyadari sesuatu. Ada sesuatu yang aneh pada pergelangan tangannya. Sesuatu yang baru pertama kali dia lihat. Dia melihat sebuah tanda muncul di pergelangan tangannya, seperti sebuah gelang. Gelang tersebut mengeluarkan cahaya, yang semakin lama semakin nyata. Perlahan dia menurunkan lengan bajunya, dan sebisa mungkin menutup pergelangan tangannya yang mengeluarkan cahaya. Tanpa dia sadari, Laura ternyata melihat dan menyadari cahaya itu, tapi dia memilih diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
lanjuuut
2021-01-18
1
Cahaya mata
Hei author keceh. Aku mampir ni. Jangan lupa mampir kembali
Salam hangat *Istriku Dosen Cantik*
2020-12-29
1
Caramelatte
semangat thor!
Salam dari "Belong to Esme"
2020-11-30
1