Pagi hari yang cerah, kicau burung terdengar bernyanyi di ranting pohon willow yang ada di halaman rumah seorang gadis.
Dari jendelanya, suara itu terdengar seperti alarm selamat pagi yang begitu nyaman di telinga.
Gadis itu mengerjapkan mata, dan perlahan membukanya. Bulu mata yang lentik berkeriap seiring dengan kelopak mata yang terangkat, membuat bola matanya yang indah terlihat.
“Ehm... Apa ini sudah pagi?” gumamnya.
Dia pun meregangkan kedua tangannya ke atas, mencoba melemaskan otot-ototnya yang kaku setelah semalaman tertidur pulas.
Namun, tiba-tiba dia membuka mata lebar-lebar, dengan pandangan yang mengedar ke seluruh penjuru ruangan tersebut.
Ini... Bukankah ini kamarku? batinnya.
Dia bahkan seketika bangun dan duduk di atas ranjangnya, sambil meraba dirinya sendiri dari kepala, wajah, badan hingga kaki.
Lalu, dia bangun dan berjalan ke arah lemari, di mana terdapat sebuah cermin besar. Dia melihat pantulan dirinya di cermin tersebut, seolah tengah memindai setiap jengkal tubuhnya.
Setelah puas melihat, dia lalu mendekatkan wajahnya ke cermin dengan kedua tangan yang menangkup pipinya.
“Apa ini mimpi?” gumamnya.
Kemudian, dia kembali teringat akan kejadian yang dialaminya, yang seperti mimpi tadi malam.
Saat dia menjadi sesosok hantu putus asa karena kasus kematiannya yang belum terungkap, hingga seorang nenek tua mendatanginya.
Nenek itu berkata bahwa dia adalah seorang malaikat, yang bisa mengabulkan permintaannya.
FLASHBACK
“Aku bisa mengabulkan apapun permintaan mu, termasuk memberimu kesempatan mengulang semuanya kembali,” sanggah si nenek.
“Benarkah?” tanya Andrea yang terlihat masih ragu, sambil mengusap kepalanya yang sakit.
“Tentu saja. Tapi, dengan satu syarat,” ucap si nenek.
“Syarat? Apa syaratnya?” tanya Andrea.
“Kau tidak boleh menyebabkan orang yang tidak bersalah celaka, baik disengaja ataupun tidak. Anggap ini sebuah game. Kau hanya diberi kesempatan hingga tiga kali.”
“Ketika kau melanggar aturan hingga tiga kali, maka keberadaanmu di dunia ini akan benar-benar menghilang,” ucap si nenek tua.
“Apa maksud mu aku akan mati lagi? Apa peduli ku. Lagipula aku sudah pernah mati, jadi apa yang perlu ku takutkan?” sahut Andrea pongah.
PLETAK!
“Awww! Nenek, kenapa kau terus memukul ku? Meski aku arwah, tapi pukulan mu benar-benar sakit,” keluh Andrea.
“Apa kau pikir hukumannya semudah itu? Ku bilang menghilang, bukan mati. Kau akan dilupakan oleh semua orang. Mereka tidak akan ingat bahwa kau pernah ada. Dendam mu tak akan terbalas, tapi kau justru akan lenyap. Apa kau sanggup?” jelas sang nenek tua.
Andrea terlihat terkejut dengan perkataan sang nenek tua aneh itu. Entah kemungkinan itu benar atau tidak, tapi membayangkan dirinya kembali menjadi pecundang benar-benar membuat Andrea sedih.
Namun, tiba-tiba dia teringat kembali akan sang ibu yang paling menderita atas kepergiannya. Matanya kembali menyiratkan kemarahan. Kilatan tekad muncul dalam diri Andrea.
“Setidaknya, aku ingin mencoba. Jika kesempatan itu ada, setidaknya aku ingin mencoba melawan mereka. Setidaknya jika aku akhirnya lenyap, ibu tidak akan menderita seperti ini,” ucap Andrea lantang.
Nampak sekilas nenek itu tersenyum melihat kemauan kuat yang muncul di diri Andrea.
“Gadis baik. Kau selalu memikirkan orang lain dari pada dirimu sendiri,” gumamnya.
Dia lalu memberikan lampu pelita yang dipegangnya sejak tadi kepada Andrea. Gadis itu masih terlihat bingung dan enggan mengambilnya.
“Ambillah pelita ini, dan kau akan kembali ke tempat dimana semua ini berawal,” ucap sang nenek.
Dengan ragu-ragu, Andrea pun meraih pelita tersebut. Saat dia sudah memegangnya, tiba-tiba saja sinar pelita itu semakin terang hingga membuat Andrea kesulitan melihat.
Gadis itu sampai harus memejamkan mata untuk menghindari pancaran sinarnya yang begitu menyilaukan.
Saat Andrea kembali membuka mata, tiba-tiba dia sudah berada di kamarnya, di atas tempat tidurnya.
FLASHBACK END
“Benar. Nenek itu... Nenek itu yang melakukannya. Tapi, rasanya semua seperti mimpi. Apakah ini bukan halusinasi ku?” gumam Andrea yang masih memandangi dirinya di cermin.
Di saat dia masih mencerna apa yang terjadi, matanya menangkap sesuatu yang menggantung di balik pintu kamarnya.
Gadis itu pun kemudian berjalan mendekati benda tersebut. Tangannya terulur menyentuh benda yang tergantung itu.
Awal dari semua ini... tentu saja. Semuanya berawal dari sekolah ini. Aku harus kembali dan memberi pelajaran pada mereka, batinnya seraya menggenggam ujung seragam sekolah Petra.
Andrea ingat bahwa hari ini adalah hari pertama dia masuk ke sekolah Petra, setelah berhasil mendapatkan beasiswa jalur prestasi saat di sekolah menengah pertama.
Dadanya tiba-tiba sesak jika mengingat apa yang sudah terjadi di kehidupan sebelumnya. Namun, suara gemericik dari luar kamar membuyarkan lamunannya.
Gadis itu teringat akan seseorang yang menjadi alasan utamanya kembali lagi, dengan mempertaruhkan jiwanya sendiri.
Ibu, batinnya.
Andrea kemudian keluar dan melihat sang ibu sedang sibuk di dapur. Dia berlari menghampiri ibunya dan memeluk wanita itu erat-erat.
Dia masih ingat bagaimana terpukulnya sang ibu atas kematiannya.
Ibu, aku sangat merindukanmu, ucapnya dalam hati.
Gadis itu tak kuasa menahan tangisnya, saat bisa kembali melihat dan memeluk sang ibu.
Emily yang tidak tau pun merasa aneh dengan sikap sang putri. Dia mengurai pelukan Andrea, namun gadis itu enggan dan terus mempererat pelukannya.
“Mau sampai kapan kau memeluk ibu seperti ini, hah? Apa kau tidak lihat ibu sedang memasak?” tanya Emily.
“Sebentar... Tolong biarkan aku memeluk mu sebentar lagi, Bu,” pinta Andrea.
Emily pun terdiam karena merasa gadis kecilnya bersikap sangat aneh.
“Apa kau mimpi buruk semalam?” tanya Emily.
Andrea mengangguk, sambil menyedot ingusnya kembali ke dalam hidung.
Emily lalu meraih tangan sang putri, dan menepuk-nepuknya dengan lembut, mencoba menenangkan hati sang putri.
Hingga tak berselang lama, Andrea mau melepaskan pelukannya, dengan meninggalkan jejak basah yang cukup besar di baju belakang ibunya.
“Apa sudah puas menangisnya? Kau ini sudah besar, tapi masih saja suka menangis,” ucap Emily.
Wanita itu lalu memberikan segelas air minum kepada Andrea. Gadis itu langsung meraihnya dan meneguknya hingga tandas.
Dia ingat, di kehidupan yang lalu, dia bahkan melewatkan sarapan yang dibuatkan sang ibu karena begitu bersemangat di hari pertama masuk sekolah Petra.
Namun kali ini, dia tak mau menyia-nyiakan lagi momen berharganya dengan sang bunda.
“Ibu kira kau akan melewatkan sarapan mu karena terlalu senang dengan sekolah baru dan juga teman-teman barumu,” ucap Emily.
Wanita itu meletakkan sepiring omelet jamur dan daging, serta dua iris daging ham diatas piring, lengkap dengan salad. Tak lupa segelas susu untuk mencukupi kebutuhan kalsium sang putri yang dalam masa pertumbuhan.
“Untuk apa aku melewatkan makanan enak buatan ibu, hanya untuk menyapa teman-teman baru. Bukankah pagi atau siang sama saja. Hari pertama selalu diisi dengan acara saling sapa,” jawab Andrea.
Dia langsung menyuapkan potongan besar daging ham dan memakannya dengan lahap. Emily hanya tersenyum melihat sikap anak gadisnya yang seperti biasa selalu saja ceria dan percaya diri.
Hari itu, Andrea pun kembali ke sekolah Petra demi membuka tabir kematiannya, serta membalas orang-orang yang sudah membuatnya menderita hingga hampir menyerah.
Kejadian demi kejadian yang pernah dia lewati penuh air mata, kini akan dia balik dan melawan perlakuan semena-mena orang-orang itu.
Di upacara penerimaan siswa baru, semua siswa dibariskan dan dia berada di urutan paling depan, sejajar dengan anak ketua yayasan.
Andrea ingat setelah ini dia akan mendapatkan kesempatan untuk maju ke podium dan membacakan pidato ucapan terimakasih.
Dengan penuh percaya diri, dia berbicara di depan semua orang dan mengatakan dengan lantang bahwa dia akan menjadi yang terbaik di sekolah ini.
Dia tahu, bahwa kata-katanya itu akan memprovokasi seseorang yang sejak tadi terus melihatnya dengan tatapan tak suka.
Saat di kehidupan sebelumnya, Andrea akan menghindari tatapan mata itu. Namun kali ini, dia justru balas menatap dengan tatapan tak kalah tajam.
Kalian... Lihat saja apa yang bisa kulakukan pada kalian semua, batinnya.
.
.
.
.
TUNGGU NEXT BAB, JANGAN LUPA LIKE DAN DUKUNGANNYA ☺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments