Kematian Andrea benar-benar memberikan pukulan berat bagi Emily. Wanita itu terus menangisi kepergianmu putri satu-satunya.
Sejak hari itu, dia terus berada di sisi peti mati Andrea, hingga upacara pemakaman dilangsungkan.
Namun, alih-alih bersimpati pada nasib Emily dan putrinya, orang-orang justru terdengar menyalahkan sikap Emily yang seolah membebani Andrea selama ini.
“Putrinya pasti tertekan karena obsesi ibunya,”
“Kudengar, Emily selalu meminta putrinya untuk selalu juara,”
“Gadis malang. Hanya karena obsesi orang tua, dia sampai nekat bunuh diri,”
“Orang tua yang keterlaluan,”
Berbagai desas-desus berseliweran sepanjang waktu persemayaman Andrea di rumah duka.
Banyak siswa siswi yang datang memberikan penghormatan terakhir kepada mendiang, termasuk Ivanka dan kedua temannya yang selalu merisak Andrea.
Polisi pun beberapa kali datang dan menanyakan perihal tingkah laku Andrea sebelum dia menghilang di malam itu.
“Apa ada hal aneh dengan putri Anda, Nyonya?” tanya seorang petugas yang datang ke rumah duka.
“Aku tidak tahu. Dia selalu terlihat ceria setiap kali berbicara denganku,” jawab Emily lemas.
“Lalu, apa mungkin dia pernah bercerita tentang kedekatannya dengan seseorang?” tanya petugas itu lagi.
“Aku....” Emily terlihat ragu menjawab.
Dia kembali menyadari kelalaiannya. Ada hal penting yang selama ini tak pernah ia hiraukan.
Benar. Selama ini putri ku sama sekali tak pernah bercerita tentang temannya. Ibu macam apa aku ini sampai tak memperhatikan hal yang sepenting ini, batin Emily.
Wanita itu seketika merasa lemas, dan tak bisa lagi berdiri di atas kakinya. Dia duduk bersimpuh dengan linangan air mata yang tak kunjung berhenti, membuat petugas kesulitan melanjutkan interogasi.
“Nyonya, Anda tidak apa-apa?” tanya petugas tersebut.
“Putri ku yang malang. Apa yang sudah terjadi padamu, Nak?” gumam Emily ditengah tangis.
Dia memukul-mukul dadanya yang terasa kembali sesak, saat menyadari kesalahannya pada sang putri. Hal itu membuat dia semakin percaya dengan kata-kata orang yang menyalahkan dirinya atas kematian sang putri.
Kasus siswa bunuh diri di sekolah Petra benar-benar menjadi topik terhangat di seluruh negeri. Pasalnya, baru kali ini sekolah elit tersebut mengadakan program beasiswa bagi siswa kurang mampu yang berprestasi.
Namun, siswa pertama penerima program tersebut justru ditemukan meninggal dunia terjatuh dari atap gedung.
Spekulasi pun bermunculan. Mulai dari sistem peringkat yang membuat stress, jam belajar yang tidak manusiawi bagi peserta beasiswa, sampai perisakan terhadap siswa penerima beasiswa tersebut.
Namun hingga penyelidikan berakhir, kejadian itu sama sekali tak terungkap. Kamera CCTV yang mengarah ke atap gedung tersebut tak pernah ditemukan, sehingga tak ada bukti apakah ini kecelakaan, pembunuhan atau pun bunuh diri.
Akhirnya, setelah kurang lebih satu bulan penyelidikan, karena kurangnya bukti dan juga keterangan para saksi, polisi pun menutup kasus tersebut dan menetapkannya sebagai kasus bunuh diri.
...🌓🌓🌓🌓🌓...
Di sebuah klub malam dengan fasilitas private room service yang begitu luas, terlihat puluhan remaja tengah menggelar pesta dengan meriah.
“Ivanka, terimakasih sudah mengundangku ke party mu,” ucap salah seorang pemuda dengan setelan kemeja putih dan jas maroon.
Dia terlihat memegang segelas sampanye, dan menyapa si pemilik pesta.
“Nikmatilah, karena malam ini mood ku sedang sangat baik,” sahut Ivanka.
Gadis kaya itu terlihat begitu cantik dengan balutan dress hitam selutut tanpa lengan, kerah bundar serta aksen berlian disekitarnya.
Rambut panjangnya yang lurus, serta eyeliner yang panjang membuat tampilannya bak ratu Cleopatra.
“Wah... Party mu benar-benar meriah yah. Ku kira hanya pesta minum teh saja,” ucap Jennifer.
“Oh, ayolah, Jennie. Bukankah tadi dia bilang, moodnya sedang sangat bagus malam ini? Pasti karena berita pagi tadi. Benarkan, Ivanka sayang,” sahut Lola.
Ivanka terlihat diam dengan tatapan tajamnya, menerawang jauh ke depan. Tangannya menggenggam gelas red wine, dengan senyum yang tersungging dari salah satu sudut bibirnya.
“Bukankah sudah kubilang, setidaknya kita harus melakukan upacara untuk si pecundang itu. Jadi ku rasa, sekarang waktu yang tepat untuk merayakan kepergiannya,” ucap Ivanka dengan seringai licik.
Gadis itu mengangkat gelas dan bersulang dengan kedua temannya. Bunyi dentingan kaca yang beradu pun sayup-sayup terdengar disela hentakan musik DJ yang menggema di seluruh ruangan tersebut.
...🌓🌓🌓🌓🌓...
Sementara itu, di tempat dengan garis polisi yang masih melintang, sesosok bayangan terlihat tengah berdiri di tepi tembok pembatas yang berada di atas atap gedung sekolah.
Bayangan itu sudah sering muncul di sana sejak malam kejadian, namun tak ada seorang pun yang menyadari hal tersebut.
Ia terus berteriak meminta tolong kepada setiap orang yang ditemuinya, namun tak satupun dari mereka yang bisa mendengar teriakan putus asa dari sosok tersebut.
Dia bahkan mendatangi rumah duka untuk bertemu dengan ibunya. Namun percuma, karena sang ibu pun tak bisa melihat keberadaannya.
Hatinya semakin sakit saat banyak orang menyalahkan ibunya atas kejadian itu. Terlebih saat Emily mulai yakin bahwa kejadian tragis yang menimpa putrinya adalah kesalahannya.
Bahkan di hari pemakaman pun, sosok itu ada di sana, melihat raganya yang telah rapi terkurung di dalam peti mati, perlahan mulai tertimbun tanah.
Wajah-wajah orang yang sudah membuat hidupnya bagai di neraka pun hadir di upacara tersebut, dan semakin membuatnya marah.
Tak banyak yang bisa dilakukan oleh arwah penasaran sepertinya, apalagi untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya terjadi.
Hingga tadi pagi, berita tentang kasus kecelakaan sekolah Petra ditutup dengan menyatakan bahwa itu adalah kasus bunuh diri.
Kenapa? Kenapa mereka yang jahat selalu saja bisa bebas? Kenapa dunia ini tidak pernah adil pada orang yang lemah? ratapnya.
Dia terlihat menangis seorang diri di tempat gelap itu. Rintihannya mampu membuat bulu kuduk siapapun berdiri.
Amarahnya benar-benar sudah hampir meluap, hingga aura di sekitarnya yang sejak awal putih, berangsur menghitam, pertanda dia akan menjelma menjadi roh jahat.
Tepat di saat itu, terlihat seorang nenek tua dengan sebuah lampu pelita, berjalan lewat di bawah gedung.
“Marah bukanlah cara yang bijak untuk mengubah takdir. Kau hanya akan terjerumus dalam dosa yang akan membelenggumu,” ucap si nenek tua.
Meski dari bawah gedung, anehnya suara wanita tua itu terdengar jelas di telinga arwah Andrea. Arwah gadis itu pun lalu melihat ke bawah, dan tepat saat itu nenek tersebut menghilang.
Saat Andrea kembali memundurkan kepalanya, sosok nenek tua itu tiba-tiba sudah ada di sampingnya, dan membuat arwah gadis tersebut terlonjak kaget.
“Hantu!” pekik Andrea.
“Hahahaha... Hantu teriak hantu. Nona, kau ini lucu sekali,” kelakar si nenek tua.
“Si... Siapa kau? Apa mau mu?” tanya Andrea takut.
“Aku? Aku hanya ingin melihat hantu penasaran yang hampir termakan aura hitam,” jawab si nenek tua.
Andrea terdiam, dan menyadari bahwa dia hampir saja terselimuti bayangan hitam sebelum sang nenek datang.
“Apa kau marah dengan nasibmu? Siapa yang kau maki tadi, hah? Apa manusia-manusia itu? Atau tuhanmu?” cecar nenek tua.
Andrea kembali memalingkan wajah dan menatap lurus ke depan.
“Bagaimana aku tak marah? Selama ini aku selalu diam dan tak mau mencari keributan. Aku hanya ingin hidup tenang. Tapi, mereka terus saja membuatku kesulitan dengan semua siksaan yang mereka lakukan.”
“Hari itu aku ingat betul, kalau aku ingin menghentikan semua ini dan memberi tahu mereka bahwa aku tak takut lagi dengan ancaman mereka. Tapi kenapa... Kenapa sampai matipun aku tetap jadi pecundang?”
“Siapa yang membuatku seperti ini pun aku tak bisa ingat. Aku yakin seseorang mendorongku dan membuatku jadi arwah penasaran seperti ini.”
“Tapi kenapa mereka yang melakukan semua ini pada ku bisa bebas dengan mudahnya? Kenapa justru ibu ku yang harus disalahkan? Kenapa? Kenapa Tuhan sangat tidak adil? Apa karma buruk yang telah ku lakukan sampai Tuhan pun tak memihak padaku?” ungkap Andrea.
Andrea menangis dengan suara tangis yang begitu mengerikan. Jika saja ada yang bisa mendengar, pasti mereka akan ketakutan setengah mati.
Nenek itu terlihat menaburkan sesuatu pada lampu pelita yang dipegangnya sejak tadi.
“Jika kau diberi satu kesempatan lagi oleh tuhanmu, apa yang akan kau lakukan?” tanyanya tiba-tiba.
Andrea pun seketika menghentikan tangisnya dan menoleh ke arah si nenek tua.
“Apa kau yakin menanyakan hal itu? Tentu saja aku ingin membalas semua orang yang sudah membuat ku hidup bagai di neraka. Aku akan mencari siapa yang sudah membunuhku dan menjadikan ku arwah penasaran,” jawab Andrea penuh keyakinan.
“Benarkah? Bukankah kau itu pecundang yang selalu cinta damai? Apa kau yakin bisa melakukan apa yang kau katakan tadi?” ejek si nenek tua.
“Jika saja bisa, aku akan melawan kelicikan mereka dengan cara yang lebih licik lagi. Tapi... apa hal mustahil seperti itu ada?” sahut Andrea lemas.
“Bagaimana kalau aku bisa mengabulkan hal itu? Apa kau mau?” tanya si nenek tua.
“Benarkah?” tanya gadis itu
Andrea pun langsung membola, dan terlihat begitu antusias. Tapi sejurus kemudian, sorot mata itu kembali ragu.
“Ei... Kau pasti sedang mengerjaiku kan, Nek? Mana mungkin nenek tua seperti mu bisa melakukan keajaiban seperti itu,” ucap Andrea meremehkan.
PLETAK!
Sebuah pukulan tepat mendarat di kepala Andrea, hingga membuat gadis itu kesakitan meski dirinya sudah menjadi arwah.
“Hei, Nona. Jangan sekali-kali meremehkan ku. Apa kau pernah mendengar istilah malaikat, hah? Anggap aku ini malaikat penjaga mu. Aku bisa mengabulkan apapun permintaan mu, termasuk memberimu kesempatan mengulang semuanya kembali,” sanggah si nenek.
“Benarkah?” tanya Andrea yang terlihat masih ragu, sambil mengusap kepalanya yang sakit.
“Tentu saja. Tapi, dengan satu syarat,” ucap si nenek.
.
.
.
.
Hem... syarat apa yah 🤔
TUNGGU NEXT BAB, JANGAN LUPA LIKE DAN DUKUNGANNYA ☺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments