4

Saat bersamaan, pintu diketuk dari arah luar. Pria tua itu melempar Gina dengan puntung rokok ditangannya. Kemudian, dia membersihkan wajahnya yang basah oleh ulah Gina.

"Sebentar." Ucapnya sambil melangkah ke arah pintu. Setelah pintu kamar terbuka, seorang pria tak dikenal berdiri di sana.

"maaf, mengganggu waktunya. Apakah ada seorang gadis di sini?"

Pria itu memasukkan kepalanya dan mencari seseorang.

"Ada, bro. Disana ada gadis murahan yang tak diundang." Pak tua itu memberi jalan agar pria tersebut masuk. Gina masih berbaring dalam keadaan kacau. Tubuhnya sakit, karena terbentur dengan keras di ujung ranjang. Pria tadi dengan sangat hati-hati, mendekati Gina.

"Permisi, dek. Apa anda Gina?" Gadis malang itu mengangkat wajahnya, dan memperhatikan pria tadi. "Sepertinya pria ini orang baik-baik." Pikirnya begitu.

"Ya, gue Gina, kak. Ada apa?" Pria itu kemudian menjelaskan secara pelan kalau dia adalah teman dekat orang tua Gina, dan sudah lama mencari keberadaannya. Hal itu dia lakukan atas perintah Tria, sebab Tria tak mau nantinya Gina ketakutan, dan malah kabur lagi.

Dengan agak berharap, Gina bangun dan turun dari ranjang. Dia kemudian mengikuti Pria tadi, walaupun hatinya masih dipenuhi perasaan ragu. "Setidaknya dia kelihatan lebih baik dari pria tua ini." Begitu pikirnya.

Beberapa langkah, mereka tiba di kamar nomor 99, dimana Tria berada.

Pria tadi mengetuk pintu.

"masuk!" terdengar suara dari dalam. Pria itu membuka pintu, dan mengajak masuk Gina. Dari raut wajah gadis ini, terlihat dia mulai ketakutan lagi.

"masuk, lah! Jangan takut. nggak akan ada yang nyakitin lu, dek.!" Gina sangat kaget melihat tuan Tria. Namun, melihat ketulusan di mata pria itu, membuat Gina sedikit percaya. Tria menyuruh pria tadi pergi, setelah memberinya beberapa lembar uang.

Gina kini berdiri di sudut kamar, sambil menatap Tria dengan was-was. Pria keturunan Indo Belanda ini mendekati Gina, dan meraih badannya, membawanya ke dalam pelukannya.

"Jangan pergi lagi, ya. Aku tak akan menyakiti kamu. Soal si Brewok dan temannya, sudah aku pecat karena berani mengganggumu. Iya, emang dari awal aku nggak peduli siapa dirimu. Tapi, setelah beberapa lama menatapmu, kamu sangat mirip dengan pacarku yang sudah beda alam." Tria Mengangguk, mencoba meyakinkan Gina yang tengah menatapnya.

"Baik, Tuan. Aku akan mencoba percaya sama tuan." Gadis ini lalu mengikuti Tria yang mengajaknya pulang.

Sementara di tempat lain, Tante dari Gina marah besar. Dia berjanji akan menghukum berat Gina yang berani lari dari rumah. Kendaraan roda empat yang dikemudikan Tria memasuki kompleks perumahan elit. Baru pukul delapan lebih tiga puluh menit. Belum larut malam, dan Sekarang Gina sangat lapar. Tria mendengar keroncongan di perut gadis itu.

"Jangan ragu, dek. Ikutlah denganku." Tria memarkirkan kendaraannya di basement yang sangat luas, kemudian menggamit tangan gadis itu untuk pergi menuju apartemennya.

"Tuan, siapa gadis yang ikut dengan tuan ini?"

Bi Uni menatap jijik sama Gina yang berpakaian khas perempuan malam.

" Beri dia makan, Bi. Ceritanya panjang. Nanti tanyakan langsung sama dia. Oh, ya Bi. Mulai sekarang, Gina tinggal di sini, menemani kamu. Anggap saja dia pembantu baruku."

"Oh, iya tuan. Jadi namanya Gina, toh!?"

Tria tak menjawab kebingungan Uni. Dia langsung masuk ke kamarnya, dan membersihkan diri. Sementara Uni mengajak Gina ke dapur, dan memberinya makan. Sepanjang makan, Gina meneteskan air mata.

"Ada apa, nak? Kenapa dari tadi Bibi perhatiin kamu nangis terus?" Uni merasa kasihan dengan gadis di sampingnya.

"Ceritanya panjang, Bi. Intinya, saya dijual tante kandung saya ke para pria hidung belang. Syukurnya saya tidak sampai dinodai. Sudah, saya tak mau membahas hal itu." Gina kembali sesenggukan. Sedangkan Bi Uni mencoba memahami apa yang sudah terjadi.

Dia merasa kasihan melihat Gina.

"Oh, Pantas saja penampilannya seperti ini." Wanita tua itu manggut-manggut.

Di tempat lain, Meti marah besar kepada anak buahnya. "Cepat, cari gadis sialan itu! Wanita-wanita di dalam ruangan khusus Meti, tersenyum senang. Mereka merasa menang karena tak ada lagi saingannya yang lebih muda dari mereka.

_________

Tria menghampiri dua orang yang sedang berada di dapur apartemennya. Dia mendekati Gina, dan memberitahu bahwa mulai sekarang Gina boleh tidur di kamar Bi Uni. Gadis itu sangat senang, bahkan tersenyum menatap punggung Tria yang berjalan masuk ke kamarnya. Hari semakin larut, namun, tuan Tria belum juga tidur. Dia sedang sibuk mengutak-atik komputernya, untuk memantau anak cabang restaurant miliknya di kota S.

"Aku akan ke sana, besok. Kalau Gina tak keberatan, akan ku ajak dia serta." Pikirnya sambil mempersiapkan beberapa potong pakaian, dan memasukkannya ke dalam kopor.

Di tempat lain, proses pencarian belum selesai. Ranti memerintahkan beberapa orang untuk mencari Gina. Sementara Ranti bersiap untuk akan berangkat ke kota S, untuk sebuah urusan penting. Wajar, sebab Ranti adalah wanita sosialita yang memiliki banyak kesibukan. Selain itu, dia juga memiliki beberapa usaha kuliner, yang dikelola oleh anak buahnya. Sayang, kekayaannya tersebut tidak pernah membuatnya merasa puas, sampai-sampai Gina yang merupakan anak dari kakak kandungnya sendiri, tega dia jadikan ladang uang. Untungnya, Gina sempat berhasil kabur.

Hari telah pagi, Tria mengatakan rencananya untuk berangkat ke kota S. Gina dimintanya untuk ikut serta. Gadis ini menolak, tapi karena Bi Uni meyakinkan dia bahwa Tria adalah pria yang baik, akhirnya Gina setuju untuk ikut. Tiga orang itu pun menikmati makanan yang sudah disiapkan oleh Bi Uni. Setelah, Tria mengajak turun Gina menuju basement, dimana mobilnya berada.

"Kita akan singgah di mall." Tria menatap Gina yang masuk ke dalam mobil.

Dia diam saja sambil mendengarkan ucapan tuan Tria itu. Beberapa menit kemudian, Mobil ini menepi, dan Tria menyuruh Gina untuk tetap menunggu di mobil, sementara dirinya masuk sendirian ke dalam mall. Di sana dia m membeli beberapa potong baju couple, juga dalaman, yang dia perkirakan sesuai ukuran tubuh Gina. Sedangkan gadis manis itu melirik sana sini, sepertinya dia masih ketakutan, kalau-kalau nanti di jahati lagi sama orang tak dikenal.

Dari kejauhan, Gina melihat Tria menenteng beberapa paperbag. Tak lama setelahnya, mobil itu melaju pergi. Tiga jam kemudian, tibalah mereka di kota S.

Baru saja Tria turun dari mobil, diikuti oleh Gina, tiba-tiba Ranti melihat anak itu dari kejauhan. " Itu sepertinya Gina...Ya, itu Gina..!" Ranti mempercepat langkahnya, dan..

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Aditya HP/bunda lia

Aditya HP/bunda lia

dan, ... othor harus up lagi dobel yah 🙈

2024-01-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!