"Malam ini aku mau menginap di sini. Kalian, awasi terus gadis ini, dan ingat, jangan sampai kalian menyentuh dia!" Tria berlalu ke kamar utama dalam studio besar tersebut.
Sementara Brewok dan si kumis tipis kegirangan sebab tak jadi dipecat boss-nya. Mereka tahu jika tuan Tria sudah masuk kamar, berarti dirinya sudah mengantuk berat, dan pastinya akan langsung tertidur.
Mereka kemudian beranjak ke kamar di mana Gina berada. Saat mereka masuk, gadis itu meringkuk di sudut ruangan. "Otak jahat Brewok Mulai beraksi, sampai dia lupa barusan hampir dipecat tuan Tria. Dengan senyum miring, dihampirinya Gina.
"Jangan sentuh aku...!!" Teriakan Gina tak mereka hiraukan.
"Bro, ajaklah dia bermain-main sebentar. Aku mau ke toilet sebentar." Brewok pun berlalu. Kini tinggallah si kumis tipis. Dia membuka seluruh pakaiannya dan mulai mendekati Gina. Gadis manis yang sudah mandi bersih itu pun segera bangkit dari duduknya. "Aku harus keluar dari sini." Bisiknya sambil berdiri.
Si kumis tipis semakin mendekat, dan entah mendapatkan kekuatan dari mana, Gina mengerahkan seluruh tenaganya. Dengan sekali melompat, dia menendang pria itu tepat di tengah-tengah pangkal pahanya. Seketika dia meringis kesakitan. Gina segera berlari keluar dari kamar. Sangat beruntung pintu depan belum dikunci dua pria itu, akhirnya Gina berhasil melarikan diri. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Gina terus berlari, dan sesekali dia menengok ke belakang. Sementara Brewok dan temannya panik. Mereka berlari keluar dari studio, dan mengejar gadis itu. Aksi kejar mengejar pun tak terelakkan lagi. Dua pria itu tentu saja lebih unggul dari Gina. Mereka semakin mendekat. Gina semakin ketakutan. Dia berlari masuk ke sebuah halaman ruko, lalu mobil-mobil yang terparkir di sana, dia manfaatkan untuk bersembunyi. Gadis itu masuk ke salah satu mobil yang sedang terbuka. Seorang pria tua memandangi Gina.
"Hei, bocah. Lu siapa..!? Kalau mau mengemis, jangan di sini.."
"Tolong saya, pak ..! Ada orang jahat yang mengejar saya." Gina terus menunduk. Bapak tua tadi pun menjalankan mobilnya tanpa menanggapi ucapan Gina. Otak tuanya bermain, memikirkan sesuatu.
"Baik, lah. Kamu sepertinya cukup manis. Ikutlah ke rumahku." Dalam hitungan menit, mereka tiba tiba di sebuah rumah yang sangat besar. Gina terkagum-kagum melihatnya. Dia menatap sekeliling, bahkan sampai-sampai gadis itu menabrak pintu masuk.
setelah pria itu mengunci pintu, dia menarik tangan Gina dan membawanya ke kamar. "Pak, saya mau diapain? Tolong tangan saya dilepas!" Pria itu menatap Gina sebentar, lalu tertawa. "Kamu aman di sini, bocah. Siapa namamu?"
"Saya Gina, Pak."
" Baik, lah. Tidurlah di kamarku. Besok kamu saya kasih kerjaan." pria itu melangkah ke luar. Karena penasaran, Gina ikut keluar, dan menguntit pria tua itu. Rumah sebesar ini kosong, dan sejak tadi tak ada satu pun orang yang terlihat. Pria tadi tampak berjalan ke dapur, lalu menuangkan air putih ke dalam dua buah gelas. Gina memperhatikan dari balik pintu. Bapak itu lalu membuka sesuatu berbentuk bubuk, dan menuangkannya ke dalam salah satu gelas. Gina yang melihat itu, segera berlari masuk ke kamar, sebelum ketahuan bapak tersebut.
Bunyi langkah kaki kembali memasuki kamar.
"Hei, lu.. Sini..! Minum air ini. Lu pasti haus, kan?" Bapak tadi menaruh dua gelas tadi di meja, dan duduk di sofa kamar itu.
"Terimakasih, pak. Aku sangat kehausan." Gina ikut duduk, dan berusaha melakukan sesuatu. Sesaat, gadis itu sengaja menjatuhkan vas bunga di atas meja. Bapak tua itu kaget dan menunduk, ingin memungut vas bunga tersebut. Kesempatan itu Gina gunakan untuk menukar minuman mereka.
"Maaf, nggak sengaja." Gina menunjukkan wajah bersalah.
"Nggak masalah. silakan, diminum..!" Raut wajah pria itu begitu tegang. Sepertinya dia sedang menahan amarahnya. Gina mengambil gelas, lalu sebelum meneguknya, dia meminta pria itu untuk ikut minum. Mereka pun. Dalam hitungan detik, pria tadi menguap... lagi....dan lagi...Lama kelamaan, tubuh besar itu jatuh di atas sofa dan tertidur.
"Gue harus pergi dari sini. Ternyata semua pria sama saja." Bisiknya sambil berlari keluar. Beruntung kunci pintu depan masih tergantung. Gadis Malang ini pun berlari lagi. Kali ini dia merasa agak santai, karena dia yakin pria tua tadi pasti sedang menikmati efek dari obat tidur itu.
Gina terus berjalan, dan dia melihat seorang wanita paruh baya tengah membereskan barang jualannya. Ia mendatangi wanita tersebut. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Udara semakin dingin saja.
"Bu, tolong saya, Bu. Saya dijahatin sama orang. Saya tak tahu mau tidur di mana. Saya janji besok akan membantu ibu berjualan." Ibanya sambil menatap mata wanita itu.
"Gue nggak kenal sama lu, tapi baik, lah. Gue sepertinya butuh tenaga lu." Ujar ibu tadi, sambil menyuruh Gina memasukkan barang-barang ke dalam pondok jualannya.
*
*
Pukul lima pagi, Gina terbangun. Gadis itu membuka matanya, sayup-sayup didengarnya suara orang sedang menelepon.
"Nanti siang, aku akan membawanya kepadamu. Tunggu sampai kami datang.". Kalimat tersebut terngiang-ngiang di ingatan Gina. Dia merasa Ibu tersebut membicarakan dirinya. Namun, pikiran buruk tersebut dia buang jauh-jauh. Pukul enam pagi, ibu tadi memberi makan Gina. "Makan yang banyak, nak. Kamu ibu sudah anggap anak sendiri." Ucapnya berbohong. Sebenarnya ada rencana besar yang akan dia lakukan, yaitu menjual Gina kepada temannya yang mempekerjakan para wanita malam.
Di tempat berbeda, tuan Tria menampar Brewok dan langsung memecatnya tanpa ampun. Hal serupa dialami oleh si kumis tipis. Dua pria itu kini berjalan keluar dari studio, tanpa sepeser pun bayaran. Tria marah besar. Bagaimana tidak. Dia menemukan kedamaian di bola mata gadis bernama Gina itu. Walaupun dia selalu bersikap galak sama orang-orang di sekitarnya, namun, dia masih lah lelaki yang memiliki hati nurani. Gina mengingatkan dirinya akan mantan kekasih yang sudah berbeda alam. Sudah menjelang tiga tahun ini, sikap tuan Tria berubah jadi galak. Bukan tanpa sebab, dia merasa hidupnya tak lagi memiliki arti. Wanita yang dicintainya mati tertabrak mobil musuhnya. Tak bisa dipungkiri, banyak kenalan dekat yang memusuhi Tria, oleh sebab kesuksesannya di dunia bisnis.
Tria menekan kontak di tabletnya, dan menghubungi seseorang.
"Cari gadis itu sampai dapat.!" Tria mematikan sambungan, dan mengirim gambar Gina yang sempat dia potret semalam. Hampir jam tujuh, Tria mengunci studionya dan memutuskan untuk pulang ke apartemen. Dia merindukan masakan Bi Uni, wanita tua yang mengurus apartemennya. Wanita itu sudah dia anggap sebagai ibi sendiri.
"Cepat, ganti pakaianmu!"
Teriakan keras itu membuat Gina ketakutan. Mau tak mau, dia menuruti permintaan orang yang semalam memberinya tumpangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Nurul Adawiyah
Gina, masa depan indah menanti
2024-01-14
2
Nurul Adawiyah
lanjut lagi, Thor.
2024-01-14
1