Bab 4. Nafkah batin!

Pagi hari yang menyingsing tepat pukul 06:00 menunjukkan di jam weker di atas meja itu. Wanita yang tertidur dengan pulas nya itu terkesiap kaget menyadari alarm berbunyi dari sumber jam itu, maka sudah waktunya ia terbangun dari alam bawah sadarnya, meski rasanya masih mengantuk ia tak punya waktu untuk bermalas-malasan ada kewajiban yang menunggunya di pagi ini. Perlahan mata itu mengerjap berulang kali berusaha menstabilkan perasaanya terlebih dulu sebelum bangun untuk bekerja. Setelah merasa rileks dan cukup sadar ia menolehkan wajahnya ke arah bocah yang masih tertidur dengan nyenyak nya itu.

Cup!satu kecupan singkat mendarat di keningnya.

Setiap pagi ia akan melakukan itu untuk memberinya semangat memulai aktifitasnya, itu sudah menjadi kebiasaannya selama 4 tahun lebih dan sebentar lagi 5 tahun dan itu bukan waktu yang cukup singkat. Dirinya sudah ia labuh-kan pada pria kecil itu dan hatinya pun sudah terikat, akan kurang rasanya jika tak ada ciuman manis di pagi itu. Menyingkap selimut memperbaiki kembali beranjak pelang agar anak itu tidak terbangun karena pergerakan nya.

Menuju ke kamar kecil terlebih dahulu untuk berkumur-kumur dan mencuci wajah setelah kemudian menuju dapur, untuk sampai ke dapur dirinya menuruni anak tangga di karenakan kamarnya yang berada di lantai atas, sedang kamar mamanya di lantai bawah.

Acara memasak-masaknya pun di mulai, beruntungnya ia tak perlu memasak terlebih dahulu, hanya langsung membuat nasi goreng karena mamanya sudah memasak jadi ia hanya tinggal mengolahnya menjadi masakan nasi goreng kesukaan jagoan kecilnya.

Seperti biasanya, setelah menuangkan butter sebagai ganti minyak, karena menggunakan minyak yang berlebih akan mengganggu kesehatan. Memasukkan semua rempah-rempah, memastikan cukup, segera memasukkan nasi yang sudah ia siapkan sebelumnya lalu sesaat kemudian memberinya sedikit bumbu nasi goreng yang biasa. Beberapa saat kemudian semuanya selesai dihidangkan di bekal makanannya untuk di bawah ke sekolahnya, untuk makan pagi ini hanya sarapan menggunakan roti selai saja.

Kembali lagi ke kamarnya dan anak itu masih tertidur pulas, sudah waktunya membangun anak itu, perlahan menepuk pipi gembul itu,"sayang! ayo bangun,"berulang kali ia lakukan secara menepuk pipinya tetap saja tak ada tanda-tanda untuk terbangun, memang seperti ini lah sangat susah membangunkan tapi ada satu cara yang biasa ia lakukan. Senyum cerah timbul di bibirnya itu, akhirnya bocah itu bangun juga lalu mengucek matanya, dengan jurus jitu yang ia miliki dengan cara menggelitik kedua kakinya. Rasanya ia kasihan jika harus membuatnya terbangun paksa tapi, jika tidak dilakukan anak ini bisa saja tidur sampai jam 9 pagi seperti yang dilakukannya saat hari libur.

"Anak mama ganteng banget sih,"seru Laura melihat sang anak yang sudah berpakaian rapi dengan ransel di punggungnya. Kemudian keduanya segera turun untuk menyantap makanan sebelum ke sekolah taman kanak-kanak.

"Cucu Oma pasti sudah punya banyak teman kan!"selidik sang Oma menunggu jawabannya sembari melahap makan paginya berupa nasi dan lauk pauk, ia tak suka hanya sarapan dengan roti saja. Memakan nasi dan lauk pauk lebih enak dan juga langkah awal mencegah sakit lambung.

"Banyak sekali Oma, Dino senang sekali!"Sahutnya dengan gembira sambil menyantap roti selai nya yang baru saja di berikan oleh mamanya itu. Terbilang pria kecil itu baru seminggu lalu masuk sekolah.

"Mama tahu, di sana ada banyak gadis-gadis cantik!"sepanjang waktu sang anak berceloteh lebih parahnya, mengatakan hal itu, tau apa dia tentang gadis-gadis cantik, kedua wanita itu saling melirik-lirik kemudian lagi menolehkan wajahnya ke arah Dino.

"Dan..."

"Sudah! tak baik berbicara saat makan,"baru aja Dino ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi Laura menghentikan nya, takutnya nanti anak itu akan tersedak makanan gara-gara berbicara terus.

Acara sarapan pagi mereka selesai, Laura mengambil bekal di meja itu lalu memasukkannya ke dalam tas milik Dino tak lupa air minumnya pun. Dino melompat kecil ke lantai segera mereka akan pergi menuju tujuan nya.

"Salaman dulu sama Oma,"wanita itu memperingati sang bocah, dengan patuh bergerak mengangkat kaki kecilnya untuk mengambil tangan itu dan menciuminya.

"Ma! aku pergi dulu,"tak lupa ia juga melakukan hal yang sama seperti keponakannya itu, kegiatan yang wajib ia lakukan, sebagai bentuk menghormati ibunya agar mendapatkan ridho nya.

"Hati-hati kalian!"

"Ok ma!"Sahutnya berlalu. Di luar Laura segera mengambil motornya, memasukkan kuncinya dan mengajaknya segera pergi.

"Ayo sayang,"ajaknya dengan segera bocah itu ikut bergabung dan berdiri di depannya. Ada mobil terparkir di depan rumahnya itu, tapi ia lebih memilih menggunakan motornya, bukan tak bisa ia mengemudi, sebab ia ada trauma mendalam yang tak bisa ia lupakan sampai saat ini, waktu itu ia sedang belajar mengemudi di bantu papanya tapi ia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan ayahnya masuk rumah sakit dan dirawat selama tiga hari, meskipun bukan itu penyebab kematian ayahnya melainkan sakit gagal ginjal. Laura tetap saja takut ia tak bisa membawa mobil seorang diri. Jadi ia memutuskan saja menggunakan motor, itu pun bagus ia bisa melewati jalan macet tanpa ribet. Mobil itu hanya sering digunakan pak Rindra untuk mengantar mamanya jika ingin ke suatu tempat.

Tidak membutuhkan waktu yang lama keduanya sampai di sebuah sekolah kanak-kanak cukup elit, ia sengaja menyekolahkan Dino di tempat itu terbilang tempatnya dalam pengawasan ketat terlebih lagi ada banyak kegiatan ekstrakurikuler di tempat itu, seperti renang, nyanyi , karate dan ada banyak lagi yang lainnya.

"Masuklah,"Tanpa mengatakan apapun, bocah itu tak sabar menuju pada temannya yang sudah menunggu di sana, seorang bocah perempuan yang cantik dan manis, melambaikan tangannya padanya, sebelum berlalu ia menyalaminya.

"Hah!"mendesah. Setelah memastikan mereka masuk ke dalam, ia juga melajukan motornya ke tempat tujuannya di sebuah kafe untuk bertemu sahabatnya, mereka telah mengabari tadi pagi untuk menemui di kafe miliknya itu.

"Loh gak capek yah ngurusin anak terus, kerjaannya itu-itu mulu!"tak dipungkiri ia kasihan dengan wanita di depannya itu tak lain sahabatnya sendiri. Hidup sahabatnya itu terlalu rumit tidak seperti dirinya yang bebas melakukan apapun, tapi sebenarnya ia agak sibuk juga dengan kafe yang ia punya itu, di mana mereka duduk sekarang.

"Yah mau gimana lagi dia kan keponakan ku, gue mah gak masalah, malah senang sih,"tidak masalah baginya, ia anggap semua itu hal biasa, sedari dulu sudah melakukan tugas itu, jadi apa yang perlu di permasalahkan.

"Ya kan biasanya anak gadis itu kerjaannya shopping, jalan nongki dan sebagainya!"celoteh wanita yang bernama Tiara itu menjabarkan beberapa kebiasaan seorang gadis, tapi hal itu tidak semua nya bisa dilakukan, hanya orang-orang yang memiliki waktu senggang dan punya uang. Sedang beberapa orang tak bisa memiliki keduanya karena takdir yang telah digariskan.

"Hem... loh kan tahu kakak aku sudah tiada, jadi kalau bukan aku yang ngurusin siapa lagi, mengandalkan papanya ma tidak bisa dia setiap hari sibuk, tapi beruntung dia memberi nafkah, karena itu tugasnya,"kepergian sang kakak yang sudah bertahun-tahun itu masih saja teringat, karena setiap hari ada anak yang ia urus, seorang bocah yang membuat hari-harinya cerah.

"Apa nafkah batin juga termasuk!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!