Bab 5. Hampir Ekspayer!

Ha....ha...ha....ha

Tawa menggelegar yang keluar dari mulut seorang pria yang berbaring setengah di sofa itu, menjadikan tangan satunya menyangga kepala nya itu. Sedari tadi ia tertawa seperti itu namun belum ada tanda-tanda untuk segera menyudahi nya, bagaimana tidak pria yang sedang duduk di depan meja kerjanya yang terlihat gusar telah menceritakan apa yang terjadi kemarin dia dengan mamanya, perdebatan yang sangat luar biasa, saat di mana pria itu mengatakan jika mamanya itu mempertanyakan kenormalan nya sebagai seorang pria, bukankah itu secara nyata meremehkan kejantananku nya, hal itulah yang membuat nya tertawa sampai detik itu.

"Sudah puas kamu!"kesalnya, meliriknya sebentar lalu kembali memalingkan wajahnya ke arah lain, ia lupa asistennya dan juga sahabatnya itu tidak bisa diajak kompromi, harusnya memberinya solusi atas masalah nya tapi malah membuatnya semakin kesal.

"Hem.... baiklah aku selesai!"pria itu beranjak duduk tiba-tiba wajahnya berubah datar, kedua tangannya diselipkan diantara kedua pahanya.

"Hidup mu juga ternyata cukup memperhatikan, sama seperti ku!"mendesah pelan, pria itu juga memiliki masa lalu yang tak bisa dibilang baik-baik saja, jika orang tua ivan memaksakan Ivan menikah lagi itupun ia mengalami hal sama, di paksa menikah dalam sebuah perjodohan, wanita yang sama sekali ia tak kenal, jadi ia memutuskan pergi dari rumah nya, lalu bekerja pada Ivan yang merupakan sahabat nya. Beruntung hidupnya tidak terlunta-lunta di jalan atas kebaikan sahabatnya itu, karena kepergiannya dari rumah tak membawa harta lain selain mobil nya, namun itu pun hancur akibat kecelakaan yang menimpanya.

Ting.... sebuah pesan masuk, dari hp milik Ivan, ia melihatnya itu dari mamanya.

"Mike, kamu ke kafe, mamaku menginginkan jus alpukat yang ada di kafe itu, kamu tahu kan tempat nya!"pesan dari mamanya itu sebuah keinginan.

"Aku Ivan!"tunjuk dirinya sendiri.

"Aku ini asisten mu, bukan pesuruh seperti itu, tidak adakah pekerjaan lain!"gerutunya kesal, itu bukanlah tugasnya tapi pria itu seenak jidat menyuruh-nyuruhnya.

"Hah... baiklah!"dengan terpaksa ia mengalah, lebih baik ia keluar cari angin saja, daripada di tempat itu terus mumet melihat wajah kusut sahabatnya seperti pakaian tak pernah di setrika.

"Sabar bro terima saja nasibmu!"menepuk pundak sahabatnya sebelum keluar.

"Jangan lupa kamu antarkan ke rumah!"pria itu memperingatinya sebelum sahabatnya pergi. Tanpa menyahut dia sudah berlalu.

~

~

"Apa nafkah batin juga termasuk!"dengan polos nya pertanyaan tak masuk akal keluar dari mulutnya, apa temannya itu polos atau tolol, padahal usianya dewasa, bisa jadi sedikit tolol.

"Hah... "Laura tercengang dengan omongan sahabatnya itu, suka ngawur.

"Jangan ngaco deh dia bukan suami ku, kalau jadi suami pun aku mah ogah, bukan selera gue!"Wanita itu menoleh kanan-kiri untuk memastikan jika tak ada yang mendengarnya, untungnya masih kurang pengunjung di tempat itu, tapi ada satu pria di kursi belakang mereka, mungkin tak mendengarnya karena sibuk dengan hp nya. Keduanya menyesap minuman mereka yang sedari tadi di meja itu menunggu tuan-tuan nya, tapi baru di nikmati sekarang setelah tenggorokan mereka kering.

"Yakin!"Tiara melanjutkan perkataannya lagi sembari menaikkan alisnya tersenyum menatap sahabatnya itu. Wanita itu tahu karena sahabat nya itu sering menceritakan dirinya yang tak akur bahkan tak menyukai pria itu, tapi bukan tidak akan pernah ada rasa, hati seseorang tidak ada yang tahu, sama seperti masa depan akan cerah atau suram.

"Benci ma bisa jadi cinta loh, jadi jangan asal ngomong nya, nanti loh malu sendiri,"lanjutnya lagi masih tersenyum.

"Kalian bisa diam tidak!"Sahut pria di belakang mereka, sejak ia datang kedua wanita sedari tadi berbicara yang membuatnya tuli, malah pesanan nya belum selesai juga. Jika bisa di tempat lain ia bisa membelinya di sana, tapi masalahnya Mama Ivan bisa membedakan rasa minuman kesukaannya itu yang hanya ada di cafe itu sekarang, mau tak mau ia harus menunggunya dan berakhir mendengar ocehan tak jelas.

Sahutan dari seorang pria itu, membuatnya kesal, kedua nya tentu saja menoleh ke sumber suara. "Kenapa? apa masalahnya!"geram Tiara menatap nya ingin sekali mengulek-ulek mulutnya itu, yang mengurusi urusan orang lain. Jika membicarakan nya, yah silahkan saja marah tapi kalau tidak jangan harap.

"Ini tuh tempat umum jadi sah-sah saja kalau gak mau dengar suara orang sana masuk ke dalam lubang semut saja!"teriak nya pada akhir kata. Apa yang di lakukan Tiara membuat Laura panik.

"Oh ya kamu syirik gak ada temennya, makanya cari pacar dong,"serunya dengan tatapan sinis, ia tak yakin jika pria dengan mulut seperti itu ada yang mau, jadi ia sengaja mengejeknya.

"Tiara kok kamu ngomong nya gitu sih! sudah ah, loh gak mau di lihat orang!"yang di lakukan Laura hanya berusaha memperingatinya, tapi ia tak sadar jika itu dirinya ia akan melakukan hal yang jauh lebih secara mereka dua manusia yang memiliki karakter yang sama.

"Gue gak malu, gue beri pelajaran dulu pria itu!"tunjuknya.

"Atau karena gak ada yang mau sama kamu yah, kelihatan nya umur kamu sudah tua banget yah, kasihan!"lanjutnya lagi dengan meledek, sebelum amarahnya hilang ia tak bisa menghentikan ucapannya, rasanya ia ingin terus mengoceh. mata nya senantiasa julid.

Sementara pria itu tidak bisa menahan diri, ia sudah terlalu malu dan juga kesal, masa ada wanita yang tak tahu asalnya juga buta tidak melihat bagaimana wajah nya yang tampan itu.,

"Oh! jadi aku sudah tua gitu, umur aku baru 30 tahun, kalau begitu berapa umur mu?"pada akhir nya pria itu berkata, ia ikut kesal di katai tua, padahal umur segitu untuk pria masih terbilang muda, dan wajahnya itu sangat tampan jadi tak masalahnya kan. Dan lagi tadi ia hanya sekali berkata tapi wanita ini sudah berkali-kali lipat berbicara maka dengan begitu perlu di beri pelajaran. Apalagi ia sudah cukup sabar memberi ruang wanita mengomel nya.

"Aku masih muda 25 tahun, kita berbeda sangat jauh 5 tahun loh!"jelasnya tersenyum mengangkat tangannya menunjukkan 5 jari nya.

puft....

"Loh tersenyum, apa yang lucu!"bingung seketika Tiara, pria itu malah tersenyum tak jelas.

"Hah...kamu kira umur segitu masih muda, loh itu wanita, sudah hampir ekspayer!"jadi karena itu tertawa. Diam-diam Laura pun tersenyum kecil.

"Sialan kamu!" teriaknya keras tapi dibungkam dengan tangan Laura saat bersamaan pesanannya selesai juga, segera ia pergi daripada semakin tuli.

"Apa yang kamu lakukan Tiara loh itu pemilik cafe ini jangan membuat rusuh yang ada citra mu rusak!"ucap Laura melepaskan tangannya, saat pria itu telah menghilang.

"Pria sialan itu merendahkan derajat ku, aku sumpah-in tak akan ada wanita yang mencintai nya selain seperti aku wanita yang katanya ekspayer biar aku bisa mengembalikan ucapannya nanti,"wanita itu menggebu-gebu dengan perasaan campur aduk nya, kalau bukan di tempat umum mungkin saja ia akan menangis.

"Iya kamu yang sabar saja!"

"Dia pikir aku ini makanan apa bisa dia katai seperti itu!"

~

~

"Apa aku sudah kelewatan yah!"gumam pria tadi, ia merasa resah mengingat ucapannya itu, dia sebenarnya tak ingin mengatakan hal seperti tadi ,tapi wanita itu juga sudah merendahkan dirinya, ada banyak wanita yang mengejar nya tapi memang ia saja tak menginginkan nya, entah kenapa tidak ada yang membuat nya tertarik. Tapi wanita itu telah membuat darah nya mendidih.

Hanya satu wanita yang pernah ada di sampingnya tapi itupun wanita itu pergi dan memutuskan hubungannya dengan sepihak. Hingga hari itu pria itu tak ingin lagi terlibat dengan cinta.

"Ini karena Ivan, aku bertemu wanita jadi-jadian itu!"gerutunya melajukan mobilnya menjauh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!