Bab 3. Desakan Menikah

"Mama turunkan aku! kasihan mama capek,"sahut Dino yang terus saja di gendong oleh mamanya itu, mereka sedang dalam perjalanan pulang ke rumah dan sudah hampir sampai.

"Gak sayang mama gak capek kok, malah mama makin semangat."Wanita itu berhenti sebentar lalu menunjukkan kekuatan semangatnya sembari tersenyum.

"Mama yakin!"tatap nya penuh selidik nya, tak mungkin mamanya itu baik-baik saja, ada kebohongan dari mulutnya itu, dari hidungnya saja terlihat kempes-kempis, tidak seperti hidungnya yang tak bergerak sama sekali.

"Tapi hidung mama ini kenapa!"

Shit...anak ini pintar atau kelewat pintar yah, masa jari telunjuknya itu masuk ke dalam lubang hidungnya yang satu, tapi tidak terlalu dalam.

"Ha...ha.... mama kenapa hidung mu seperti babi!"Pria kecil itu terkekeh melihat hidungnya yang berubah dan sangat aneh di matanya, ia juga merasa hidung itu mencondongkan ke atas meski tak bercermin, apa yang bisa ia lakukan, marah, mengamuk atau sedih! jawabannya tidak ada, ketiganya tak ada yang bisa ia lakukan, selama itu membuat nya senang ia hanya bisa pasrah, tapi tentu saja ia akan membuat kejahilan yang sama.

"Hidung mu juga seperti mama,"ia melakukan yang sama pada bocah itu, pada akhirnya mereka berdua tertawa bersama. Tawa yang besar seakan tempat itu hanya milik mereka berdua.

"Mama turunkan Dino sebentar,"tanpa berkata lagi wanita mengikuti kemauannya, ia juga ingin mengatur nafasnya yang habis keluar akibat kejahilan yang mereka perbuat. Setelah turun bocah itu tidak tahu apa yang sedang ingin di lakukan nya, tapi malah berjalan beberapa langkah hingga berhenti di sebuah bunga-bunga cantik berwarna kuning dan kecil, tangan kecil itu memetik nya dengan riang. Kembali lagi padanya dan berucap sesuatu.

"Mama menunduk lah!"katanya di angguki olehnya, tangan kecil itu terulur beserta bunga itu, sesaat kemudian di selipkan di telinganya. Dino tersenyum bertepuk tangan sambil menatap bunga di telinga sang mama.

"Mama sangat cantik seperti bidadari!"ujar nya dengan senyum kecil khasnya

"Terimakasih sayang!"mendengar penuturannya membuat ia terharu, membalas nya dengan dua kecupan manis di pipinya.

"Em...em!"mengangguk penuh.

"Ayo kita pulang marilah pulang!"sahutnya sambil bernyanyi dan saling berpegangan.

Tanpa mereka sadari sejak tadi ada yang melihat apa yang sedang mereka lakukan. Seorang pria yang sedang berada di dalam mobil itu.

"Dia memang sangat baik terhadap anak-anak, tapi sikap nya itu juga seperti anak-anak, sangat menjengkelkan!"gumam pria itu, ia akui wanita itu menyayangi Dino putranya, setiap kali ia melihat wanita itu dan putranya, selalu seperti itu saja sifatnya, tidak berubah sama sekali, malah setiap ia melihat rasa sayang yang ia lihat semakin bertambah dari wanita itu untuk putranya. Tapi hanya satu yang tak ia suka dari wanita itu, jika berhadapan dengan nya sifatnya itu benar-benar membuatnya muak, mengapa bisa terjadi seperti itu, entahlah ia tak tahu, wanita itu dulu yang memulai perang dengannya, tak lupa sering mengaduk-aduk emosinya. Sekarang mereka tak terlihat lagi dari pandangannya dengan begitu ia memutuskan untuk pergi juga dari tempat itu. Mengenai dirinya berada di tempat itu, ia sedang perjalanan pulang tapi malah tak sengaja melihatnya, dan ia berhenti sebentar untuk memantau apa saja yang dilakukan wanita itu. Apakah melakukan hal tak baik pada putranya, jika itu terjadi ia akan mengambil putranya dan merawatnya sendiri.

"Ivan! kapan kamu mau menikah lagi, apakah kamu suka hidup menduda!"Pria yang baru saja tiba melangkah masuk ke dalam rumah besar nya bukan nya di sambut baik dan hangat, malah di lontarkan dengan sebuah pertanyaan yang tak pernah ia sukai, wanita yang tengah duduk di sofa dengan sebuah buku majalah di tangannya, ia pindahkan ke meja dan kini menatapnya datar. Kenapa mamanya itu kebelet sekali ingin memaksakan dirinya menikah terlebih lagi dengan wanita itu. Ia tidak terburu untuk menikah sekarang.

"Ma! apa aku ini anak kecil yang bisa mama terus paksa seperti ini, jika aku ini anak gadis wajar saja, tapi aku ini pria yang sudah beristri, hanya saja ditinggal mati!"Dirinya mendekat duduk di sampingnya, berusaha menjelaskan jika ia tak ingin ada pemaksaan dalam sebuah pernikahan yang bukan main-main.

"Justru itu, ditinggal mati harus menikah lagi, apa susahnya sih menikah, kamu itu pria normal atau bukan, malah tahan menduda selama 4 tahun lebih!"gerutu wanita itu kesal, tak habis pikir, ia hanya menginginkan kebaikan anaknya itu, sudah sering kali ia mengatakan hal itu, maka kali ini ulangi lagi berharap putra nya itu malu karena harga dirinya yang di rendahkan mamanya sendiri.

"Ya ampun!"gumamnya pelan, wanita yang sudah tak muda lagi itu, Kalau berkata, selalu saja hal aneh, wanita yang tak mudah menyerah dan mampu berucap sesuatu yang membuat otak nya berputar keras. Jika saja ayahnya masih hidup, pasti ayahnya itu akan membantu nya berbicara pada mamanya. Ingin rasanya ia juga mengatakan hal yang sama padanya.

Apakah mama bisa tahan menjanda! tapi mengatakan itu mustahil dan tak mungkin, ia akan kualat dan berdosa besar terlebih lagi mamanya tidak segan-segan mengutuk nya menjadi Maling Kundang yang di cap sebagai anak durhaka. Ia tak ingin hal itu terjadi hidupnya masih panjang.

"Kalau aku sih bisa tahan, tapi kalau mama!"

"Astaga!"pekiknya dalam hati, tanpa sadar ia mengatakan itu, tapi untungnya suaranya itu kecil seperti berbisik, semoga saja mamanya itu tak mendengar nya. Dan beruntung nya memang tak mendengar nya, mengelus dadanya merasa aman. Mungkin karena kembali sibuk dengan majalah yang ia lihat itu.

~

~

Wanita itu menatap Dino yang sedang tertidur pulas di atas kasur itu. Tangannya terulur menyentuh kepalanya dan mengelusnya halus tak lupa menciuminya sembari mengulum senyumnya. Ia menarik selimut itu untuk menutupi tubuh kecil itu. Matanya kemudian beralih pada meja belajar yang berantakan dengan buku-buku itu, meja milik bocah yang tidur nyenyak itu.

Mengangkat tubuhnya mendekat ke arah itu, menyapu semua buku-buku dengan tangannya, sesaat kemudian memasukkan nya ke dalam tas ransel berwarna biru itu, tas yang selalu di pakai setiap pagi oleh Dino jika ke sekolah nya. Setelah semuanya beres ia ikut bergabung untuk mengistirahatkan tubuhnya, karenanya besok pagi ia harus bangun cepat untuk mengatur segala keperluan sang bocah untuk ke sekolah, ia tak bisa telat bangun, ada banyak kesibukan yang menunggu nya jika pagi menyingsing, menyiapkan pakaian, memasak nasi goreng kesukaan Dino, dan lebih penting membangunkan yang sangat sangat tak mudah, dan setiap hari ia lakukan dan itu melelahkan. Tapi demi Dino kesayangan dia tak pernah mengeluh.

"Selamat tidur sayang!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!