Sleman Yogyakarta
Wicaksono hanya mendengarkan cerita istrinya dan adik iparnya tentang seorang gadis Belanda bernama Carlotta von Hoover. Menilik dari keduanya, adik iparnya yang dikenal cuek dan tidak bisa ditebak omongannya, naksir seorang Nonik Belanda.
"Mas, ngomong Karo adimu Iki. Mbok nggolek sing wong Jowo wae ( cari yang orang Jawa saja ). Ojo cah kompeni !" Surtini menoleh ke arah suaminya yang tampak santai makan nasi, telur dadar, sambal, sayur singkong dan tempe goreng. Wicaksono tidak rewel soal makanan selama istrinya yang memasak dan wajib ada sambal.
Saking maniak dengan sambal, Wicaksono menanam cabe berbagai varietas cabe di kebun belakangnya. Hobi pria satu anak itu memang memanfaatkan pekarangan menjadi kebun keluarga dan mendapatkan hasilnya. Lumayan irit kan daripada belanja ke pasar setiap hari. Fyi, belum ada kulkas di jaman itu.
"Lho memang kenopo ? Kan Dik Haryo gek ngesir, durung diajak rabi ( kan dik Haryo baru naksir, belum diajak nikah )" jawab Wicaksono santai yang membuat Surtini melotot ke arah suaminya.
"Kok ya malah diojok-ojoke tho ( kok malah dikompori )" pendelik Surtini.
"Dik, cah wedoke Kuwi jenenge sopo ( anak perempuannya itu namanya siapa )?" tanya Wicaksono.
"Carlotta von Hoover" jawab Haryo.
"Nek memang dekne seko keluarga Von Hoover pindahan Batavia, aku rak popo ( kalau memang dia dari keluarga von Hoover pindahan Jakarta, aku tidak apa-apa )" senyum Wicaksono santai.
"Mas !"
"Ngene Yo cah ayu, bojoku sing galak tapi nganeni, keluarga von Hoover Kuwi terkenal ora nyiksa pribumi. Kabeh diapiki tapi malah Ono sing njaluk dislepet ( gini ya anak cantik, istriku yang galak tapi ngangeniz keluarga von Hoover itu terkenal tidak menyiksa pribumi. Semua diperlakukan baik tapi malah ada yang minta dihajar )" jawab Wicaksono.
"Maksudnya gimana?" tanya Surtini. Wanita yang empat tahun lebih tua dari Haryo itu tidak mempersoalkan adiknya naksir siapa, tapi bagaimana dengan pihak keraton ? Meskipun Surtini sudah tidak mau menginjakkan kakinya disana, adiknya disana.
"Putri bungsu mereka dibunuh oleh tukang kebunnya di Batavia dan karena itu Daniel von Hoover memutuskan pindah ke Yogyakarta lima tahun lalu..." jawab Wicaksono. "Aku kan tahu keluarga itu karena aku sering bertemu dengan meneer Daniel."
"Kamu nggak pernah cerita" balas Surtini.
"Kalau nggak penting ya nggak perlu cerita tho Jeng Tini..." senyum Wicaksono.
"Jadi mereka keluarga kompeni baik?" tanya Haryo.
"Insyaallah baik, dik."
Haryo hanya mengangguk. Besok kan aku akan tahu lebih banyak.
***
Keesokan Harinya
Alun-alun Yogyakarta tahun 1900an
Haryo sudah menunggu kedatangan Carlotta di sebuah warung penjual pecel dekat alun-alun kota. Sengaja Haryo tidak memakai atribut yang menunjukkan dia anggota keluarga kerajaan atau sepedanya yang bersimbol keraton. Pria itu memilih baju lurik, celana hitam, sandal kulit, ikat kepala dan sepeda onthel milik salah seorang tukang kebun yang dipinjamnya.
Haryo memilih makan pecel di luar dibandingkan makan siang bersama dengan ayah dan kedua ibu tirinya yang sudah pasti akan ribut mendapatkan perhatian ayahnya. Haryo jengah akan semua itu dan memilih jajan.
Tak lama rombongan Nonik Belanda berjalan menuju parkiran andong dan mobil masing-masing dekat Haryo makan lesehan. Dia melihat Carlotta ada diantara para Nonik dan gadis tersebut memberikan kode supaya Haryo menunggunya sebentar dengan mata hijaunya.
Haryo pun tahu jika Carlotta ketahuan bersama dengan pribumi, akan menimbulkan gosip. Pria itu memilih melanjutkan makan pecelnya dan menunggu sampai Carlotta sendirian setelah teman-temannya pulang dengan kendaraan masing-masing.
Setelah tinggal dia sendiri, Carlotta pun menghampiri Haryo dan ibu penjual pecel.
"Mbok, pecel setunggal ( satu ) njih. Pedasnya sedengan" senyum Carlotta dengan bahasa Jawa sambil berjongkok.
"Njih ndoro ... Sayuran nya?"
"Lengkap !" jawab Carlotta.
Haryo menatap ke arah Carlotta. "Sudah makan siang masih cari pecel?" godanya dengan bahasa Belanda.
"Perut aku sebah tidak kemasukan sayur ... Tadi makannya berat ..." Carlotta mengerlingkan matanya. "Apakah perutku sudah bermutasi menjadi perut Jawa?"
Haryo terbahak. "Yang benar itu terkontaminasi bukan bermutasi..."
"Ah, enak mutasi, lebih ilmiah.." eyel Carlotta sambil menerima pecel dalam pincuk daun pisang. "Matur nuwun mbok..."
Ibu penjual pecel itu terkejut karena Carlotta sangat sopan ke dirinya. "Njih, sami-sami ndoro..."
"Meniko artos nipun ( ini uangnya )" ucap Carlotta sambil memberikan uang 1 gobang ( senilai 2 ½ cent atau Halve Stuiver ).
"Matur nuwun."
Gadis Belanda itu lalu duduk bersebelahan dengan Haryo dan menikmati acara makan pecel berdua.
"Kamu mau dawet? Aku belikan..." tawar Haryo.
"Mau. Senang aku ditraktir..." senyum Carlotta manis.
Haryo memesan dua dawet dan membayarnya dengan satu ketip atau senikai 5 cent yang dalam istilah Belanda, Stuiver. Pria itu lalu membawakan dua gelas dawet untuk mereka berdua.
"Surat dari Den Haag sudah datang dan aku akan berangkat kesana tiga bulan lagi" ucap Haryo sambil meminum dawetnya.
"Berarti kamu resmi kerja di Den Haag ?" tanya Carlotta sambil mengibaskan tangannya ke mulutnya karena kepedasan.
"Kamu kenapa?" Haryo melihat wajah cantik itu memerah. "Kepedesan? Minum dawet dulu, Carlotta." Haryo memberikan gelasnya ke gadis itu yang langsung menenggaknya sedikit.
"Eh?" ucap Carlotta setelah minum dawet dari gelas Haryo. "Mas Haryo apa nggak sadar?"
"Sadar apa ?" balas Haryo bingung.
"Aku minum dari gelas mas Haryo, dan itu bekas bibir mas Haryo."
"Terus?" Haryo semakin bingung dengan ucapan Carlotta. Wong minum doang kok tekan endi-endi ( sampai kemana-mana ).
"Ini namanya kalau di Amsterdam, ciuman tidak langsung" jawab Carlotta dengan pipi memerah. "Jadi sebenarnya sudah ciuman tapi tidak .. "
"Ya ampun ... " kekeh Haryo. "Anak perempuan itu aneh-aneh deh ..."
"Nggak aneh mas ! Dilogika aja ..." eyel Carlotta.
"Iya. Kembali ke Den Haag. Aku memang sudah resmi akan bekerja disana ..." Haryo menatap Carlotta. "Kenapa ?"
"Mumpung mas Haryo resmi akan bekerja di Den Haag, terus aku ingin kembali kesana tapi tidak ada temannya, bagaimana jika Sabtu besok kamu bertemu dengan papa di rumahku? Papa ingin bertemu kamu..." jawab Carlotta.
"Lho ? Kok sama ..."
Carlotta melongo. "Apanya yang sama ?"
"Mbakyuku juga ingin ketemu kamu..."
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Ermi Sardjito
alun-alun kidul ya mbak
2024-09-07
1
Hilmiya Kasinji
lanjut kak
2024-06-12
1
Erni Fitriana
👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾....apik ceritanya i
2024-05-26
1