Selama perjalanan pulang, Langit terus menggerutu kesal karena Sakti benar-benar mengganggu dirinya. Biru tertawa terbahak-bahak, Langit tersenyum menatap wajah gadis itu dari kaca spion motornya.
"Makan yuk, laper nih gue. Sekalian ngomongin kerjaan" ajak Langit.
"Kalau gratis boleh deh hehehehe" jawab Biru yang juga merasa lapar.
Langit menghentikan motornya di salah satu kafe, sebelum masuk ia menelepon seseorang lebih dulu. Biru mengikuti Langit dan masuk kedalam, pemuda itu di sambut dengan ramah dan diantarkan ke tempat yang memiliki spot pemandangan paling bagus. Langit tampak berbincang sejenak dengan pelayan sambil menarik kan kursi untuk Biru duduk.
Setelah pelayan pergi, Langit duduk di hadapan gadis itu. Ia memasang kamera dan ponselnya di meja untuk membuat video.
"Loe ngapain?" Tanya Biru.
"Mau review makanan, endorse nih. Enak kan makan gratis? Ntar loe yang edit, di rumah gue. Loe ada leptop kan?"
Gadis itu menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Kalau leptop Jingga yang punya, gue punya komputer kok"
Pemuda itu menatap Biru yang masih saja menjawab dengan semangat. Langit tersenyum memandangi Biru yang tertawa cengengesan. Makanan mereka tiba, Biru membelalakkan matanya lebar melihat ada banyak hidangan yang disajikan. Langit berterimakasih pada pelayan lalu menata makanan yang hendak ia review.
"Selalu sebanyak ini kalau review Lang?" Bisik Biru.
"Iya, kenapa?"
"Kalau gak habis gimana?"
"Bisa dibungkus kok, biasanya gue lanjut makan di rumah. Tapi selalu habis sih, soalnya gue biasa bawa teman. Sekarang kan loe editor gue, jadi ya kemana-mana kita bareng dong hehehe" canda Langit.
Biru memandangi Langit yang sedang mereview makanan. Ia tersenyum melihat pemuda itu begitu menikmati makanannya. Setelah bahan untuk membuat video usai, Langit menarik tangan Biru agar duduk di sampingnya. Pemuda itu membuka sosmednya dan melakukan siaran langsung. Biru tak menyadari jika Langit memulai siaran langsung di sosmednya. Gadis itu langsung melahap makanan yang sedari tadi ingin ia makan.
"Enak?" Cetus Langit.
"Enak banget, rese' ya loe waktu mereview bikin ngiler tau gak. Hm.... Enak semuaaaaa" jawab Biru kembali melahap makanan lainnya.
Pemuda itu tertawa kecil, ia juga ikut menikmati makanan sambil sesekali menatap ke layar ponselnya.
"Pemandangan nya gimana?" Celetuk Langit membuka pembicaraan.
"Hm??" Dehem Biru menoleh ke arah Langit.
"Pemandangan disini, menurut loe gimana?"
"Bagus banget, keren buat foto-foto, Instagram able banget Lang" jelas Biru seraya menatap ponselnya yang terus berbunyi.
Langit menyambar ponsel Biru dan mematikan notifikasi yang mengganggu tersebut. Ia meminta Biru melanjutkan makannya menikmati hidangan yang ada.
"Loe makan lahap banget sih, masih galau ya karena di selingkuhi? Cewek kalau galau obatnya apa?"
"Makan lah, iih nyebelin ya loe. Kan loe juga diselingkuhi anjir"
"Hahahah iya juga sih, sama kita satu circle" ucap Langit seraya menguncir rambut Biru yang mengganggunya saat makan.
Biru menoleh ke arah Langit dengan mulut penuh makanan. Pemuda itu terdiam sejenak memandangi Biru dengan seksama. Ia berdehem lalu memalingkan wajahnya ke arah lain. Biru mengerucutkan bibirnya, ia merapikan rambutnya hendak menguncinya sendiri. Saat sedang memandang ke depan, Biru mengerutkan kening melihat wajahnya ada di layar ponsel Langit.
"Hei, loe live ya ini, sejak kapan? Ih Langit rese' deh" gerutu Biru segera pergi menjauh dari radar kamera Langit.
"Dari tadi selesai take bahan, gak apa-apa sini!! Udah tau juga kali kalau itu loe"
"Jangan-jangan hp gue dari tadi bunyi gara-gara ini ya? Gue duduk disini aja"
Pemuda itu mengambil ponselnya dan melihat komentar yang masuk.
"Iya dia cewek baru gue" jawab Langit sembari melirik ke arah Biru yang melanjutkan makannya.
"Bohong-bohong bukan kok, jangan gitu dong Lang. Gue gak mau nanti salah paham ke gue" sahut Biru dengan mata melotot.
"Hahaha iya iya, cuma teman kok buat saat ini. Gak tau ya kalau kedepannya, kalian jangan lupa kesini nih. Keren banget view nya, calon cewek gue aja bilang tempat ini keren. Oke bye semuanya" ujar Langit kemudian mematikan siaran langsung di sosmednya.
Biru segera menyelesaikan makannya sambil membalas pesan masuk diponselnya. Ia menghela napasnya dan menatap Langit yang sedang duduk bersantai. Selesai makan, mereka pun pulang ke rumah untuk mengedit video dan mengikuti les. Saat menaiki motor Langit, Biru tak melingkarkan tangannya ke pinggang pemuda itu. Ia juga tak menaruh tangannya di bahu Langit, Biru lebih memilih memegangi bagian belakang motor pemuda itu.
"Nanti jatuh, sini tangannya" pinta Langit.
"Gini aja gak apa-apa kok, gue gak mau nanti ada yang salah paham Lang"
"Siapa? Kita kan sama-sama gak punya pacar, kalaupun ada yang salah paham ya biarin aja lah"
"Tapi Lang, gue gak mau Jingga salah paham. Nanti kalau dia marah terus pelajaran nya ke ganggu, kalau nilainya turun kan Papa dan Mama bisa marah Lang" tutur Biru.
Langit berdehem, ia meminta Biru memegangi pundaknya saja jika seperti itu. Ia tak mau Biru jatuh karena melakukan hal bodoh. Selama perjalanan pulang, Langit memperhatikan wajah Biru yang berubah sedih tak seperti sebelumnya. Gadis itu tampak murung seperti hari-hari sebelumnya. Rasanya Langit ingin membawa Biru menjauh dari Jingga sejauh yang ia bisa.
Sampai di depan rumah Biru, gadis itu berterimakasih kemudian masuk kedalam rumahnya untuk mandi sebelum pergi kerumah Argo. Saat turun ke lantai bawah, Biru tak melihat Jingga, sepertinya sang adik sudah pergi lebih dulu. Biru segera keluar rumah dan berjalan menuju rumah Argo, kebetulan sekali ia berpapasan dengan Surya dan Bima yang baru datang menggunakan sepeda mereka.
"Club radio gak jadi di tutup ya? Ciyeeee" goda Surya sembari mengacak rambut Biru.
"Serius? Kata siapa?" Sahut Biru.
"Eh bukannya forum radio udah ramai banget ya? Para penggemar loe tuh banyak yang komentar minta di lanjutin surat Dear Maple nya. Tapi keren sih loe punya ide buat dongkrak popularitas disaat terakhir"
"Apa? Tapi itu bukan ide gue, itu beneran dari pengirim anonim. Gue gak tau siapa pengirimnya" jelas Biru.
Ketiga remaja itu tak sadar jika Langit terus memandangi mereka dari ambang pintu. Pemuda itu memasang wajah datar melihat kedekatan Biru dengan Surya yang tampaknya tak wajar. Langit berdehem dan meminta mereka semua untuk masuk kedalam. Saat Biru melewati Langit, gadis itu tampak cuek dan tak menoleh ke arahnya sama sekali. Tentu saja Langit menahan tangan Biru dan menariknya sedikit menjauh agar pembicaraan mereka tidak di dengar oleh yang lain.
"Loe kenapa?"
"Gue kayaknya gak jadi deh kerja sama loe, gue juga mulai sekarang naik bus aja deh Lang. Makasih ya buat semua kebaikan loe"
"Kenapa jadi gini sih? Gue salah apa? Karena Jingga? Biar gue yang bicara sama dia"
"Bu..bukan Lang, gue, gue cuma gak mau ada yang salah paham. Sorry Lang" ucap Biru kemudian berjalan menjauh dari Langit.
"Biru, gue suka sama loe" teriak Langit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Sri Kartini
ceritanya ringan dan santai..lanjutkan
2024-04-10
0