RM - Gadis di masalalu

Di rumah Argo....

Biru dan Langit sudah duduk sambil membuka bukunya, mereka membahas pelajaran yang hari ini dipelajari dikelas Biru. Selagi menunggu Argo yang belum pulang dari kuliahnya, mereka hanya membahas materi ringan saja.

"Lang, gue dengar loe selebgram, YouTubers atau apalah itu. Dapat uang banyak Lang?"

"Lumayan dari endorse, lebih banyak dari uang saku gue selama ini. Kenapa? Loe mau jadi seleb juga?" Tanya Langit.

"Enggak sih, tapi gue juga mau punya uang saku tambahan. Kerja apa ya buat anak sekolah kayak gue? Gue kan gak sepintar Kak Argo yang bisa ngajarin les" gumam Biru sedih.

"Jadi editor gue aja, gue lihat oke juga editing loe. Loe yang buat video promosi kegiatan sekolah kan di sosmed? Bayarannya gede loh, kalau gue makin banyak endorse gaji loh bisa lebih besar dari orangtua loe yang kerja kantoran"

Gadis itu tertawa mendengar penuturan Langit yang berlebihan. Biru sebenarnya tentu saja ingin mendapatkan uang saku lebih, tapi jika nilainya semakin turun Papa dan Mama akan memarahinya lagi.

"Tenang aja Biru, gue bakal ajarin loe biar nilai loe gak turun. Lagian kan pasti lebih mudah buat loe belajar bareng gue daripada bareng Kak Argo"

"Janji? Tapi Loe jangan marah ya kalau gue lemot"

"Iya Biru, gue tau kok kalau loe bego"

"Sialan loe Lang"

"Biru, loe gak harus pintar kok dalam pelajaran. Loe juga bisa berhasil meskipun tidak pintar, kan loe punya sesuatu yang loe kuasai"

Kedua remaja itu saling berpandangan lalu tertawa. Tak lama bel pintu rumah berbunyi, Biru beranjak dari duduknya dan membukakan pintu rumah. Ia melihat dua orang pemuda dan sang adik yang berdiri di depan pintu. Biru meminta mereka semua masuk, ia membuka pintu dengan lebar sembari menunggu Argo pulang.

"Kalian berdua satu kelas dengan Langit kan? Jingga, ini Langit, adiknya Kak Argo" ujar Biru mengenalkan Langit.

"Ohh, adiknya Kak Argo" seru Surya.

"Kalian tuh harusnya kan temani dia, lagian kan kita teman satu kompleks. Dasar kalian" gerutu Biru.

Langit hanya tersenyum dan kembali mengajari Biru, Jingga sesekali melirik ke arah Langit. Ia mengotak-atik ponselnya dan mengatakan jika dirinya adalah followers Langit. Jingga meminta Langit mem-follow balik akun sosmednya. Sejenak Langit mengambil ponselnya untuk mengecek, ia menatap akun sosmed Jingga sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Banyak juga followers loe" celetuk Langit.

"Iyalah kan gue cantik, pinter, gue juga mau jadi selebgram" ujar Jingga dengan senyumannya.

"Dih sok cantik" cetus Bima.

"Sok pinter juga" timpal Surya.

Biru menendang kaki kedua pemuda itu sambil melotot. Selalu saja Surya dan Bima menggoda Jingga dengan ketus. Biru tak suka saat ada seseorang yang mengutarakan kebencian pada sang adik. Langit memandangi Biru, ia ingin tau bagaimana pikiran gadis ini bekerja.

Argo akhirnya pulang, Biru pergi ke dapur untuk membuatkan minuman. Melihat Biru pergi, Jingga mengemasi barang-barangnya dan duduk di samping Langit. Ia memindahkan barang-barang Biru ke sisi meja lainnya. Selalu saja seperti ini, dulu juga saat Jingga menyukai Argo, ia berusaha menggeser Biru bagaimana pun caranya. Meskipun melihat semuanya, Biru tak pernah sekalipun mengatakan hal kasar pada sang adik.

"Biru, gimana radio loe? Udah ramai belum?" Tanya Argo.

"Belum, habisnya Langit gak mau ikut gabung sih Kak"

"Soalnya radionya ngebosenin, orangnya juga" sela Langit sambil mengejek Biru.

"Tuh kan ngeselin banget sih nih orang, hissh" gerutu Biru kesal.

"Beranda mulu, harusnya kan belajar" ketus Jingga menyela.

Biru menghentikan tawanya dan kembali mengerjakan tugas sekolahnya. Ia menunjukkan hasil kerjanya pada Argo, tak pernah sekalipun Biru tak mendapatkan jeweran dari Argo sebab jawabannya selalu salah. Meski salah, Biru tak pernah berhenti mencoba, ia akan mengerjakannya lagi dan lagi hingga Argo berhenti menjewer nya.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, keempat remaja itu berpamitan pergi pulang ke rumah masing-masing. Setelah semuanya pergi, Langit rebahan diatas sofa sambil memainkan ponselnya.

"Kakak tidak kekurangan uang, kenapa membuka jasa les?" Tanya Langit.

"Gue suka sama Biru" jawab Argo.

"Seriusan?"

"Bercanda hehehe, habisnya bosan dirumah sendirian. Loe kan dulu gak mau tinggal bareng gue tuh, maunya tinggal di apartemen sendirian. Disini tuh asik, gue gak pernah kesepian karena ada mereka. Ada banyak kegiatan positif"

"Tapi kan sekarang ada gue, kenapa masih ngajar les? Loe beneran suka ya sama Biru?"

Argo terdiam sejenak, ia berjalan menuju jendela dan memperhatikan rumah Biru. Ia mengatakan jika dirinya dulu memiliki seseorang yang sangat ia cintai. Mereka selalu bersaing saat SMA, untuk mendapatkan peringkat tertinggi. Tanpa Argo ketahui jika gadis yang ia cintai itu justru tertekan sebab tuntutan keluarganya untuk menjadi murid terbaik. Kini gadis yang Argo cintai sudah tiada, ia memilih mengakhiri hidupnya karena tekanan itu. Saat melihat Biru, bayangan gadis itu terus menghantuinya. Jika Argo tak bisa menyelamatkan gadis yang ia cintai, setidaknya ia harus bisa menjaga Biru agar tak melakukan hal bodoh.

"Tapi loe beneran gak suka Biru kan Kak?"

"Kenapa memangnya? Loe suka sama Biru? Hahahaha, bukannya si Jingga suka sama loe ya"

"Dih pick me girl tuh anak, gue laper Kak"

"Oh iya gue lupa belum pesan makanan, bentar gue pesan dulu"

Langit berdehem dan memandangi sang Kakak yang duduk di sampingnya. Haruskah ia percaya jika kebaikan sang Kakak karena Biru mirip orang yang ia cintai. Ataukah memang sebenarnya Argo sudah menaruh hati pada Biru. Langit tak mau membuat masalah diantara mereka, jika memang sang Kakak suka Biru, Langit akan menjauh dari gadis itu. Sebab ia tak mau Biru malah jatuh cinta padanya.

Argo tiba-tiba saja tertawa karena merasa Langit terus memperhatikannya.

"Gue gak suka Biru, dia udah gue anggap adik sendiri. Lagian, loe mau taruhan? Gue yakin Biru gak akan suka sama cowok kayak loe. Kepedean loe Lang, gak berubah" cetus Argo dengan tawanya.

"Apa? Lihat aja, gue bisa kok bikin Biru suka ke gue. Loe mau taruhan Kak?"

"Setuju, tapi jangan sakiti dia ya, awas loe" ancam Argo dengan tawanya.

Pemuda itu mendengus usai mendengarkan ancaman sang Kakak. Langit kembali memainkan ponselnya sembari menunggu makanan mereka datang. Kedua pemuda itu memang tak bisa memasak, mereka selalu membeli makanan jadi dan memanggil tukang bersih-bersih setiap seminggu dua kali. Sebenarnya keduanya memang berasal dari keluarga kaya, namun kedua orangtuanya tinggal diluar negeri.

Tak lama Langit mendengar suara bel berbunyi, ia bergegas keluar untuk mengambil makanannya. Ketika hendak masuk kedalam, pemuda itu melihat Biru yang keluar rumah dengan sepedanya.

"Biru, mau kemana?" Teriak Langit seraya berlari menghampiri Biru.

"Mau beli pulpen"

"Pulpen? Gue anterin ya, tunggu bentar gue ambil motor"

"Gak perlu Lang, gue bisa sendiri kok"

"Gue juga mau beli pulpen, tunggu bentar ya jangan kemana-mana!!!" Pinta Langit lalu berlari masuk kedalam rumahnya.

Biru memasukkan kembali sepedanya kedalam rumah, ia berdebat sejenak dengan Jingga karena tidak segera berangkat membeli pulpennya. Gadis itu hanya diam dan tersenyum tak ingin berdebat, Biru segera keluar rumah dan menutup pagarnya. Langit menghampiri Biru dan memberikan helm padanya, mereka berdua segera pergi sebelum Jingga menyadari situasinya.

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

balik lg baca novel.
ngulang lg dr awal. nih baca si Biru

2025-02-03

0

Ita Xiaomi

Ita Xiaomi

Oh ternyata adiknya suka nyuruh2x gitu.

2024-02-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!