...“Allah pasti punya rencana yang indah untuk setiap makhluk Ciptaan-Nya.”...
...Happy Reading❤...
*****
Kemudian Alma duduk dibibir kasur milik Syafira.
“Ada apa ya, umi?” tanya Syafira dengan nada lembut ketika Alma sudah berada tepat disampingnya.
“Umi cuma mau ngasih tau, besok pagi Umi harus berangkat kerumah nenek sama Abi. Kamu jaga diri ya di rumah sama kakak,” perjelas Alma.
“Yahh umi... Fira mau ikut ngeliat nenek,” rengeknya sambil memasang raut wajah melas khas Syafira.
“Kamu kan harus sekolah nak, kakak mu juga harus kuliah. Jadi kalian dirumah aja ya,” tutur Alma lembut sambil mengelus puncak kepala Syafira.
Syafira menghela nafas pelan lalu mengiyakan permintaan ibunya. Memang benar, ia besok harus ke sekolahnya apalagi besok ada acara.
“Yaudah deh, umi hati-hati ya. Jangan lupa oleh-olehnya buat Fira. Oh ya umi berapa hari dirumah nenek?” ucap Syafira beruntun.
“Umi juga belum tau nak. Udah tidur gih besok kan Fira mau berangkat pagi. Umi keluar dulu ya, Assalamualaikum,” ucap Alma seraya mengecup lembut puncak kepala Syafira dan segera berdiri dari duduknya.
“Iya umi. Waalaikumussalam.”
Alma pun melangkah keluar dan membiarkan Syafira untuk beristirahat. Setelah Alma menutup pintu kamar Syafira, barulah Syafira merebahkan tubuhnya dikasur empuk tersebut. Ia masih setia menatap langit-langit kamar sebelum benar-benar terlelap. Tak lupa, gadis itu juga sudah membaca doa tidur sebelumnya.
*****
“Kak, anterin Fira ke sekolah dong kak. Fira lagi buru-buru nih!” rengek Syafira pada Syafiq yang sedari tadi sibuk menyantap roti yang ada di depannya.
“Nggak,” jawabnya singkat dan dingin, tak lupa dengan raut wajah yang datar bak triplek. Itulah Syafiq, pemuda yang sangat dingin.
Orang tua Syafira memang sudah berangkat ke Bandung dari subuh tadi. Mereka takut terjebak kemacetan jika berangkat terlalu siang. Dan saat ini hanya tinggal Syafiq dan Syafira dirumah asri itu.
“Ya Allah kak, anterin ngapa!” ucap Syafira sambil menahan bulir bening yang sudah memenuhi pelupuk matanya. Syafiq benar-benar menyebalkan menurut Syafira. Mengapa pemuda itu sangat tidak pengertian?
“Untung kakak Fira. Kalau orang lain udah Fira gibeng nih!”
Syafiq menghela nafas kasar lalu beranjak dari kursinya seraya meletakkan roti yang masih tersisa setengah itu kedalam piring. Mata Syafira seketika berbinar melihat Syafiq sedang memakai jaket kulit yang sedari tadi ia sampirkan di kursi tempat duduknya.
“Yaudah. Ayo cepetan!” ucapan Syafiq benar-benar dingin menyapa indra pendengaran Syafira. Ia memang dengan setengah hati menghantar Syafira ke sekolahan. Itu adalah yang termalas yang harus Syafiq lakukan.
“Beneran Kak? Yeeee!!!” Syafira bersorak antusias sambil menyeka bulir bening dipelupuk matanya yang hampir mengalir akibat ulah Syafiq. Ia langsung meraih tas ranselnya yang berada di meja makan dan keluar membuntuti Syafiq.
Syafiq memang sangat senang menjahili adiknya, tapi dalam hati kecilnya ia sangat sayang kepada Syafira. Namun ia bukanlah tipe orang yang bisa menunjukkan rasa sayangnya dengan kata-kata, melainkan dengan perbuatan.
Syafiq melaju dengan motor sport hitam miliknya setelah memakai helm fullface yang kini melekat dikepalanya. Tak lupa Syafira juga menggunakan helm bogo berwarna pink dengan motif tokoh kartun stitch berwarna biru.
Motornya kembali membelah jalanan kota yang tampak mulai ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang. Tak lama kemudian ia pun sampai didepan gerbang sekolah Syafira.
“Udah sampe, turun!”
Syafira menurut. Ia langsung turun dari motor Syafiq dan segera melepas helm bogo yang ia kenakan tadi. Ia kemudian memberikan helm tersebut pada Syafiq.
“Makasih kakakku sayang, kakak baik deh!” ucap Syafira menggoda Syafiq yang tengah memasang raut wajah tidak enak itu.
“Hm,” Syafiq hanya berdehem menanggapi ucapan Syafira. Ah, sangat unfaedah sekali berbasa basi seperti itu menurut Syafiq.
“Fira masuk dulu ya?” Syafira langsung meraih tangan kekar Syafiq tanpa aba-aba dan mencium punggung tangan itu.
Syafiq tidak bereaksi, ia hanya menatap datar pada Syafira. Sungguh, kakak yang sangat unik.
“Assalamualaikum,” ucap gadis itu seraya tersenyum manis kearah Syafiq.
“Waalaikumsalam.”
Kemudian Syafiq pun melaju dengan motornya lalu menghilang dari pandangan Syafira.
Syafira langsung berjalan memasuki gerbang sekolah itu dan mulai melangkah dikoridor sekolahan. Setelah sampai didepan kelasnya, ia memasuki ruang petak tersebut. Tidak sesuai ekspektasi Syafira, ternyata ruangan itu masih sepi. Hanya ada Aldi, dan Rasya yang tengah duduk sambil memainkan ponselnya masing-masing. Rasya, adalah pemuda yang sangat tidak peduli pada sekitarnya.
“Assalamualaikum,” ucap Syafira ramah pada seisi kelas yang hanya ada dua orang tersebut.
“Waalaikumussalam,” jawab Aldi dan Rasya serempak. Mereka menoleh sebentar kearah Syafira lalu kembali menatap layar ponsel masing-masing.
“Kepagian ternyata,” gumam Syafira pelan. Syafira pun langsung menduduki kursinya yang ada dibarisan depan seraya meletakkan tas ranselnya dimeja. Syafira merogoh tas berwarna biru muda itu, ia tengah mencari ponselnya. Setelah menemukan ponselnya, ia segera membuka aplikasi Al-Qur'an untuk ia baca. Ya itung-itung mengisi waktu luang. Syafira memang selalu mengisi kekosongan waktu dengan membaca Al-Qur'an yang ada diponselnya.
Beberapa menit kemudian sahabat Syafira pun terlihat mulai melangkah memasuki ruang petak tersebut. Ayana Felisya, gadis itu langsung menghampiri kursinya yang ada dibelakang Syafira. Feli langsung nyelonong masuk tanpa mengucap salam terlebih dahulu.
“Masih sepi ternyata. Gue kira udah telat.”
“Waalaikumsalam,” sindir Syafira lembut dan tersenyum manis kearah Feli.
“Eh iya lupa. Assalamualaikum, Fira!” ucap Feli seraya tersenyum kearah Syafira.
“Waalaikumsalam,” jawab Syafira ramah.
“Fira doang nih yang disalamin? Gue nggak gitu?” sinis Aldi sambil mengangkat satu alisnya. Tak lupa, dengan memasang wajah sok galak khas Aldi.
“Nyamber mulu kek bensin!”
Feli menghela nafas kasar seraya menoleh kearah Aldi yang ada dipojokan. Ia tersenyum sinis saat satu ide terlintas di benaknya.
Feli mulai menarik nafas dalam-dalam. “Assalamualaikum, Ya Ahli Kubur!” pekik Feli dengan nada yang dinaikkan satu oktaf sambil menatap sinis kearah Aldi.
Aldi langsung menatap tajam pada gadis itu. Berani-beraninya dia mengucap seperti itu pada Aldi.
“Kurang ajar lo ya!” teriak Aldi sambil menatap horor pada Feli yang sedang nyengir tak berdosa.
“Ups, sorry sengaja!” sinis Feli sambil menutup mulutnya dengan satu tangan sambil terkikik menyeringai. Sedetik Kemudian Feli langsung berlari ke luar kelas ketika Aldi tampak sudah mulai berdiri dari duduknya.
“Woii sini lo! Gue gunting mulut lo!” teriak Aldi lantang seraya melompat ke meja dan mengejar Feli yang sudah berlari keluar dari kelasnya.
Syafira hanya tersenyum melihat tingkah konyol sahabatnya itu. Aldi dan Feli memang tidak pernah akur sama sekali saat bertemu. Mereka sudah seperti musuh bebuyutan yang saling melempar tatapan tidak mengenakkan saat terserempak secara tidak sengaja.
“Mungkin mereka jodoh,” batin Syafira mulai ngaco.
Tak selang beberapa lama, Elma dan teman sekelasnya yang lain pun mulai terlihat memasuki ruang petak tersebut. Sedangkan Aldi dan Feli masih menyelesaikan urusan rumah tangga mereka di luar kelas.
5 menit kemudian, guru wanita masuk kedalam kelas tersebut dan menginstruksikan pada seisi kelas untuk segera berkumpul di area lapangan untuk memulai acara. Di lapangan tersebut juga sudah ada panggung dan perlengkapan lain yang sudah dipersiapkan awal-awal.
Seluruh siswa MAN Nurul Islam pun segera berkumpul dilapangan dan memulai acara Hari Santri Nasional. Itu adalah rutinitas mereka setiap tahunnya, dan ini adalah tahun pertama Syafira mengikuti acara ini.
Acara Hari Santri diawali dengan pembukaan kemudian sambutan dari kepala sekolah lalu dilanjut dengan sholawatan yang diiringi oleh grup hadroh kelas 11 dan kelas 12.
Feli yang menyadari acara sholawat sudah dimulai pun langsung segar. Ia yang tadinya lesu, lemas kini menjadi berbinar kala melihat kakak kelas yang ia tunggu-tunggu kini mulai naik ke atas panggung sambil membawa peralatan hadroh.
“Ya Allah, Masya Allah, Subhanallah, itu kakak-kakaknya ganteng banget, Ra!” pekik Feli antusias sambil menepuk-nepuk bahu Syafira yang berada disebelahnya.ucapan Feli membuat beberapa kakak kelas perempuan yang berada didekatnya menatap sinis kearah Feli.
“Fel, jaga sikap dong. Kita diliatin sama kakak-kakak cewek loh!” tutur Syafira yang merasa agak takut ketika Feli bertingkah seperti ini.
“Biarin,” jawab Feli acuh tak acuh dan masih setia menatap kearah panggung. Ya Tuhan, pemandangan yang benar-benar memanjakan mata Feli.
Syafira menghela nafas panjang. Ia juga tidak peduli siapa yang ada diatas panggung. Toh juga tidak ada urusannya dengan Syafira. Ia hanya sesekali melirik ke arah panggung kemudian segera mengalihkan pandangannya. Pandangan yang bisa menggoda iman Syafira jika Syafira terus menghadap kesana. Ia hanya menikmati alunan lagu-lagu islami yang dilantunkan oleh beberapa pemuda-pemuda itu tanpa memperhatikan siapa yang mengalunkan lagu tersebut.
Setelah acara sholawat selesai, acara dilanjutkan kembali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Hari Santri. Siswa siswi yang sedari tadi duduk kini disuruh berdiri untuk mengikuti acara.
Mereka semua mulai berdiri dan segera menyanyikan lagu nasional tersebut. Saat sedang fokus bernyanyi, mata Syafira tak sengaja bertemu dengan mata teduh milik salah satu lelaki yang berada diatas panggung. Pandangan mereka terkunci untuk beberapa saat. Syafira terdiam sejenak. Ia sepertinya mengenal pemuda itu. Siapa dia? Syafira sepertinya tidak asing. Apa Syafira pernah menemui pemuda itu sebelumnya?
Tiba-tiba saja jantung Syafira berpacu lomba setelah menatap manik mata milik pemuda itu. Apa yang terjadi?
“Ya Allah, jantung Fira kenapa? Please jangan ambil nyawa Fira sekarang, Fira belum nikah Ya Allah!” batinnya mulai ngaco. Disaat seperti ini masih sempat-sempatnya Syafira membatin unfaedah seperti itu.
“Kayaknya Fira pernah ngeliat dia deh, tapi dimana?” batinnya lagi. Ia benar-benar penasaran dengan pemuda itu.
“Ra, kamu kenapa? Kok muka kamu berubah gitu?” tanya Elma yang melihat perubahan raut wajah Syafira.
Syafira gelagapan, pertanyaan Elma membuat Syafira salah tingkah. ”Eh, e..enggak kok. Aku nggak papa,” jawabnya terbata-bata dan berusaha mengelak dari pertanyaan Elma.
Elma menyipitkan matanya menatap curiga pada Syafira. Tidak biasanya Syafira gelagapan seperti ini. Pasti ada sesuatu.
“Gue curiga.”
Rasyid Ibnu Malik, ia adalah pemuda yang sempat beradu pandang dengan Syafira tadi. Rasyid adalah kakak kelas Syafira,lebih tepatnya kelas 12 IPA 2. Rasyid sepertinya pernah melihat gadis tadi. Tapi dimana? Ah, mereka berdua sama saja. Sama-sama pikun.
*****
“Alhamdulillah acara hari ini berjalan dengan lancar tanpa ada halangan suatu apapun. Saya sebagai pembawa acara memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada salah kata yang disengaja maupun tidak disengaja. Akhirul Kalam Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Mari kita mengucap Hamdalah bersama-sama. Alhamdulillah hirobbil alamin.” Begitulah kata penutup yang disampaikan MC dari acara tersebut.
Setelah acara selesai, siswa siswi langsung berhamburan kembali ke kelasnya masing-masing dan bersiap-siap untuk pulang. Begitu juga Syafira. Selama perjalanan menuju kekelas, ia masih sering melirik keatas panggung. Melihat apakah disana masih ada pemuda tadi. Tapi nihil, Rasyid sudah tidak berada disana.
Syafira sebenarnya masih penasaran dengan sosok pemuda tersebut. Pemuda itu sukses menciptakan desiran hebat dalam hati Syafira dan membuat kinerja jantungnya terganggu. Ah, Syafira segera menepis rasa ingin tahunya yang berlebih. Persetan dengan pemuda itu, Syafira sudah tidak ingin mencari tahu lebih jauh lagi tentangnya.
“Biarlah Allah yang menjawab semuanya.”
*****
Gimana? Seru?
Maaf kalau alurnya gaje dan banyak typo. Jadilah pembaca yang intens. Tandai yang perlu diperbaiki.
Sampai ketemu lagi di part selanjutnya❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Rita Riau
jodoh masa depan Syafira udah dekat hilal 🥰🥰🥰
2024-01-16
1