Kekasih Halalku
...“Siapa yang memandang dirinya buruk maka dia adalah orang baik. Dan siapa yang memandang dirinya baik maka dia adalah orang yang buruk.”...
...-Ali bin Abi Thalib...
...Happy Reading❤...
...****...
Pagi yang cerah, sama seperti suasana hati gadis mungil ini. sinar matahari mulai menembus celah-celah jendela dan membuat siapapun terbangun dari tidurnya. Begitupun dengannya, ia sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ia tidak tidur setelah sholat subuh tadi. Ia lebih memilih membaca Al-Qur'an.
Sekarang ia sudah siap dengan tas ransel di punggungnya, seragam putih abu-abu, tak lupa dengan hijab syar'i berwarna senada yang selalu ia kenakan. Kini waktunya gadis itu untuk sarapan bersama keluarganya.
Kaki pendeknya mulai menuruni satu persatu anak tangga, dengan wajah yang berbinar.
“Assalamualaikum Abi, Umi, Kakak!” sapa Syafira bersemangat seraya mendudukkan diri di kursi yang ada di sebelah kakak laki-lakinya. Mereka sekeluarga sedang bersiap-siap untuk
“Waalaikumsalam,” jawab mereka semua serempak.
“Semangat banget, Ra.” Itu adalah ucapan dari Syafiq, kakak lelaki semata wayang Syafira. Lelaki dingin yang sangat susah diajak bercanda oleh Syafira.
Syafira Adzwa Zulaikha, gadis cantik yang memiliki hidung mancung dan mata bulat serta bibir yang mungil. Berusia 15 tahun dan masih duduk dikelas sepuluh di salah satu sekolah islam yang ada di Jakarta. Syafira adalah anak bungsu dari pasangan Alma Adriani dan Fuad Hidayat. Syafira mempunyai seorang kakak laki-laki yang bernama Syafiq Hendra Gunawan. Pemuda yang sangat dingin dan ketus, ia tidak pernah berbicara manis kepada Syafira. Selalu jutek dan ya gitu deh. Syafiq masih berkuliah dan kini sudah menginjak semester lima.
“Iyalah, harus semangat dong. Emang kayak kakak galau mulu,” ucap Syafira sambil menunjukkan deretan giginya yang rapi.
Syafiq menatap Syafira tajam bak serigala yang sudah siap menerkam mangsanya. Sedangkan Syafira hanya nyengir sejenak dan memulai sarapan tanpa memperdulikan Syafiq.
“Bodo amat nggak takut.”
“Sudah, Ra. Kamu ini suka banget godain kakak kamu,” peringat Alma dengan lembut pada Syafira.
“Maaf Umi, abisnya seru,” jawabnya santai sambil melirik kearah Syafiq sekilas yang tengah fokus menyantap roti yang tersaji di meja makan.
Fuad hanya tersenyum tipis seraya menggeleng pelan melihat tingkah konyol malaikat kecilnya yang satu ini.
Sifat Syafiq dan Syafira memang sangat berbeda. Syafiq mempunyai sifat yang dingin bak es batu dan tidak banyak omong. Sedangkan Syafira malah berbanding terbalik, ia periang dan sangat mudah menyembunyikan perasaannya dengan senyuman. Ia selalu ingin terlihat ceria didepan orang-orang yang ia sayangi. Itulah yang membuat Syafira sangat disayang oleh orang tuanya.
“Umi, Abi. Syafiq sama Fira berangkat dulu ya,” ucap Syafiq setelah selesai dengan makannya sambil meraih tangan kedua orang tuanya lalu mencium punggung tangan kedua orang tuanya itu.
“Hati-hati ya Nak, jangan terlalu ngebut bawa motornya. Ingat, kamu boncengin Syafira lo,” peringat Alma.
“Iya, Mi. Syafira mulu yang di khawatirin Syafiq enggak.”
“Kamu kan udah gede, nak. Kamu harus bisa ngejagain adik kecil kamu yang satu ini,” tutur Alma seraya mencubit hidung mancung Syafira.
“Ihh, sakit Umi ....”
Alma tersenyum manis, “Udah sana berangkat nanti kalian telat.”
“Iya, Mi. Fira berangkat ya. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam,” jawab Alma dan Fuad serentak.
Syafiq dan Syafira pun berangkat menggunakan motor sport milik Syafiq. Syafiq melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Syafiq akan menghantarkan Syafira sampai ke depan pintu gerbang sekolah sebelum ia berangkat ke kampus.
Sepanjang perjalanan menuju ke sekolahan, Syafira tidak henti-hentinya mengoceh membuat Syafiq jengah sendiri. Mengapa adiknya ini tidak bisa diam sebentar saja. Gendang telinga Syafiq bisa pecah jika terlalu lama mendengar suara cempreng Syafira yang sedang membicarakan sesuatu yang unfaedah menurut Syafiq. Ia kemudian mempercepat laju motornya hingga membuat Syafira terpelonjak kaget dan refleks memeluk pinggang Syafiq.
“KAK SYAFIQ! PELAN-PELAN DONG!! pekik Syafira tidak terima tepat didekat telinga Syafiq yang terbalut helm fullface itu sambil memukul punggung belakang Syafiq dengan keras.
Syafiq hanya tersenyum miring tanpa menjawab ucapan Syafira. Dan gadis itu pun seketika diam tanpa bersuara lagi. Sekarang Syafiq sudah bisa tenang menyetir motornya tanpa harus mendengar suara cempreng Syafira dan segala ocehan unfaedah gadis itu.
Lima belas menit perjalanan akhirnya mereka pun sampai tepat didepan gerbang sekolah Syafira. MAN NURUL ISLAM, tulisan itu terpampang jelas saat sampai ke sekolah islam tersebut.
“Turun,” titah Syafiq ketus dengan wajah datar bak triplek tanpa menoleh kearah Syafira sedikit pun.
“Nggak mau,” jawab Syafira acuh tak acuh.
Perlu diketahui, gadis itu sangat jahil terhadap Syafiq. Sejak kecil Syafira selalu saja menganggu kakak laki-lakinya itu dan membuat sang empu jengah sendiri.
“Ra ... nanti kakak bisa telat!” titah Syafiq dengan nada yang mulai meninggi.
Syafiq berdecak malas ketika Syafira tak kunjung turun dari motornya. Bolehkah ia menceburkan gadis kecil ini ke dalam got sekarang juga?
“Iya-iya, kakak kayak cewek pms deh marah-marah mulu.”
Syafira segera turun dari motor Syafiq.
Syafiq hanya memutar bola matanya ke sembarang arah tanpa berniat menjawab ucapan Syafira.
“Yaudah kakak hati-hati ya, Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam. Udah sana! Huss huss,” usir Syafiq. Ia kemudian langsung berlalu pergi begitu saja dengan motornya dan meninggalkan Syafira yang masih menatapnya sampai benar-benar hilang dari pandangan.
“Punya kakak gini amat dah. Eh, Astagfirullah gaboleh gitu, Fira. Dosa.” Syafira menepuk-nepuk jidatnya.
Syafira pun langsung berjalan masuk menuju ke kelasnya. X IPA 1, itulah tulisan yang terpampang didepan kelas gadis itu. Ia segera memasuki kelasnya dengan langkah santai. Di dalam kelas sudah ada sahabat-sahabat Syafira yang selalu setia menemaninya.
Ayana Felisya dan Elma Adisty.
“Assalamualaikum,” ucap Syafira ramah ketika sudah sampai di ambang pintu kelas.
“Waalaikumsalam,” jawab seisi kelas seraya melempar senyum kearah Syafira. Gadis itu tidak pernah sekalipun mempunyai masalah dengan teman sekelasnya. Masalah saja tidak punya apalagi musuh.
“Tumben kamu telat, Ra?” tanya Elma sambil melempar senyum kearah Syafira. Memang benar, gadis itu agak telat. 5 menit lagi bel masuk akan segera berbunyi dan ia baru sampai. Syafira langsung duduk di kursi kosong disamping Elma dan didepan Feli. Ia meletakkan tas ranselnya sebelum menjawab pertanyaan Elma.
“Iya El. Soalnya aku tadi gangguin Kak Syafiq dulu,” tuturnya seraya terkekeh pelan.
“Fira kebiasaan deh, aku aja pengen banget punya kakak yang ganteng kayak kakak kamu!” ucap Feli sambil menumpukan dagunya pada kedua tangan dan sikunya diletakkan dimeja seraya menatap langit-langit kelas membayangkan ketampanan Syafiq.
“Mulai deh mulai,” ketus Elma sambil menoyor kepala Feli.
“Sakit uwoi! Main noyor-noyor pala gue aja! Ngefans lo!” pekik Feli. Ini adalah sifat asli Feli, ia memang yang paling rempong diantara mereka bertiga. Namun begitu persahabatan mereka akan terasa hambar tanpa adanya Feli.
Syafira dan Elma memutar bola matanya malas mendengar ocehan sahabatnya yang satu ini. Feli memang ingin sekali memiliki seorang kakak yang bisa menjaganya, seperti Syafira yang selalu diantar jemput oleh Syafiq. Mengingat ia adalah anak tunggal dan selalu ditinggal oleh kedua orang tuanya ke luar kota karena urusan pekerjaan.
“Ra, besok sekolah kita bakalan ngadain acara Hari Santri, kamu udah tau apa belum?” tanya Elma penasaran
“Iya, udah kok. Udah dikasi tau juga sama Bu Aini di grup kelas kan?” jawab Syafira santai seraya mengeluarkan buku pelajaran dari dalam tas ranselnya.
“Aku kira kamu nggak tau, Ra. Secara kan kamu jarang banget tu buka hp,” ucap Elma sambil cengengesan.
“Eh! Pasti besok yang sholawatan kakak kelas yang ganteng-ganteng itu deh. Ya ampun! Ga sabar banget gue!!" pekik Feli antusias dan membuat seisi kelas menoleh kearahnya dan menatapnya heran.
“Dih ganjen banget sih lo comberan!” ketus Aldi Greyfano, sang ketua kelas.
“IRI BILANG SAHABAT!” pekik Feli sambil menjulurkan lidahnya kearah Aldi. Seperti kucing dan guguk, mereka berdua tidak pernah akur ketika bertemu. Ada saja hal kecil yang membuat keduanya bertengkar.
Syafira dan Elma hanya bisa terkekeh geli melihat tingkah Feli yang dari tadi membahas kakak kelas mereka. Ya memang apa yang diucapkan Feli itu semuanya benar.
Kringgg kringgg
Bel masuk sudah berbunyi, suasana yang tadinya gaduh kini menjadi hening seketika. Mereka semua pun akan segera memulai pelajaran.
“Assalamualaikum, anak-anak.” Terlihat seorang guru perempuan paruh baya sudah memasuki ruang petak tersebut.
“Waalaikumsalam, bu.” Jawab mereka semua serempak.
“Silahkan berdoa terlebih dahulu.”
*****
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, dan guru yang mengajar pun mengakhiri pelajarannya. Setelah selesai berdoa, semua siswa lari berhamburan keluar dari kelas untuk pulang ke rumah masing-masing.
Syafira dan kedua sahabatnya ini masih setia berada dikelas dan duduk dikursi masing-masing sembari menunggu sekolahan mereka sepi. Mereka tidak suka berdesak-desakan dengan siswa lain ketika pulang.
“Yahh.. Besok berangkatnya pagi lagi deh,” keluh Feli dengan wajah melasnya seraya menghela nafas kasar.
“Katanya lo pengen liat kakak kelas yang ganteng-ganteng itu. Semangat dong!” goda Elma kemudian tertawa renyah.
“Tapi kalau berangkatnya sepagi itu gue juga males sih. Lagian kakak-kakaknya pasti masih lama tampilnya.”
“Ya nggak papa, yang penting bisa liat si kakak ganteng. Itukan asupan gizi lo sehari-hari,” jawab Elma sambil tertawa lepas melihat tingkah Feli yang terlalu ganjen.
Syafira hanya tersenyum melihat tingkah keduanya.
“Udah sepi tuh. Pulang yuk,” ajak Syafira seraya menenteng tas ranselnya.
“Iya udah sepi. Ra, kakak kamu pasti udah nungguin dari tadi,” ucap Elma sambil berjalan keluar dari kelasnya bersama dengan kedua sahabatnya.
“Kakak kamu jemput, Ra? Aku ikut nganter kamu sampe depan pintu gerbang deh,” jawab Feli seraya mempercepat langkahnya mendahului Syafira dan Elma. Ia tidak sabar ingin melihat wajah tampan Syafiq yang selalu datar bak triplek. Walaupun begitu tapi Syafiq tetap terlihat tampan dimata Feli.
“Feli...Feli...” gumam Elma sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
Mereka pun menuju kedepan gerbang sekolah, dan benar saja Syafiq sudah berada disana. Ia sedang duduk di jok motor miliknya sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Sinar matahari sudah membuat keringat bercucuran diwajah Syafiq. Syafiq menatap datar pada Syafira yang kini sudah berada didepannya, sedetik kemudian tatapan yang tadinya datar kini berubah tajam.
“Ck. Lama banget sih, Ra! Capek tau nungguinnya!” protes Syafiq tepat depan muka Syafira.
“Ya maap kak. Tadi Fira nunggu sepi dulu,” jawab Syafira pelan seraya menundukkan pandangannya. Syafiq membuat Syafira menjadi takut.
“Yaudah ayo pulang!”
“Buset galak bet,” batin Feli. Ia bergidik ngeri saat melihat Syafiq yang tengah memasang wajah tidak mengenakkan seperti ini.
“El, Fel, aku pulang duluan ya,” pamit Syafira.
“Iya, Ra. Hati-hati.”
Syafira mengangguk pelan. “Assalamualaikum.”
“Waalaikumussalam.”
Syafiq kemudian melaju dengan motornya disertai Syafira yang memeluk erat pinggang pemuda itu. Motor sport hitam itu membelah keramaian jalanan kota di siang ini. Feli masih setia memandangi motor Syafiq yang sudah hilang dari pandangan.
“Dorr!!”
“Eh kuda lo!!”
“Ngelamun teros. Kesambet tau rasa lo.”
“Btw, Kakaknya Syafira ganteng ya. Jadi pengen gue khitbah,” tuturnya mulai ngaco dengan mata yang masih setia menatap kearah motor Syafiq yang benar-benar sudah hilang dari pandangan. .
“Emang dia bakal mau sama lo gitu?” ketus Elma sambil memincingkan bola matanya kearah Feli. Menatap tidak yakin pada gadis itu.
“Oh jelas! Secara gue kan makhluk yang paling cantik dibumi ini!” tuturnya menyombongkan diri sambil menyibakkan hijabnya ke belakang.
“Pede lo monyet!!”
“Nyenyenye.”
*****
Malam yang dingin dengan embun yang mulai mengecup bumi, ditambah dengan angin yang berhembus kencang menusuk tulang, menambah kesejukan di malam itu.
Dirumah asri yang sederhana itu terdengar suara merdu seorang perempuan yang sedang melantunkan ayat suci Al-Qur'an.
Syafira Adzwa Zulaikha. Gadis mungil yang sekarang telah menduduki kelas 10 disekolahnya. Malaikat kecil bagi orang tuanya dan makhluk peganggu bagi kakak laki-lakinya.
Syafira yang masih menggunakan mukenah berwarna putih dan kini tengah duduk diatas sajadah sedang fokus melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan sangat khusuk, ditambah dengan suaranya yang merdu membuat siapapun yang mendengarnya menjadi tentram.
Syafira memang tidak tinggal dipondok pesantren, tapi dari kecil orang tuanya sudah mengajarkannya tentang agama. Jadi tidak heran jika Syafira sangat pandai dalam membaca Al-Qur'an.
Tanpa disadari, seorang wanita paruh baya sedari tadi memperhatikan Syafira yang sedang khusuk membaca Al-Qur'an. Dia adalah Alma, ibunda Syafira.
“Shadaqallahul'adzim.” Syafira mengakhiri bacaan Al-Qur'annya dan meletakkan Al-Qur'an miliknya diatas nakas. Syafira segera melepas dan melipat mukenah putih tersebut dan meletakkannya di lemari kecil. Syafira berbalik badan dan menyadari ada Alma disana.
“Eh, ada umi,” ucapnya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
“Assalamualaikum, malaikat umi,” ucap Alma seraya berjalan menuju ke kasur empuk milik Syafira.
“Waalaikumsalam, umi.” jawab Syafira lembut seraya mencium punggung tangan yang sudah tak mulus itu.
*****
Maaf kalau alurnya ngelantur dan banyak typo. Tandai yang perlu diperbaiki ya :)
Sampai ketemu lagi di part selanjutnya❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Rita Riau
mampir Thor,,,, assalamu'alaikum wrwb 🙏🏼
2024-01-16
0